Chapter 3 : The Big Reveal

The Story of a Very Confused Lee Daehwi

Halo, selamat datang kembali...

Terima kasih sudah mau menunggu...

Happy reading...


Daehwi sepertinya harus meralat perkataannya tentang momen paling menakutkannya. Jika sebelumnya Daehwi mengatakan bahwa momen paling menakutkannya adalah saat empat orang trainee Pledis (hanya Kang Dongho maksudnya) memasuki ruangan, atau insiden doubling saat rehearsal, kedua hal tersebut masih kalah menakutkannya dibandingkan dengan apa yang terjadi saat ini.

 

Saat ini, Daehwi sedang duduk di pojok ruangan latihan individu dengan Kang Dongho duduk di depan pintu, lebih tepatnya duduk menghalangi pintu agar Daehwi tidak bisa kabur, dan tiga orang trainee Pledis lainnya duduk mengelilinginya.

 

(Daehwi bisa melihat seberapa dekat Hwang Minhyun dan Kim Jonghyun duduk.)

 

Daehwi benar-benar takut dan tak tahu harus bersikap bagaimana mengahadapi empat orang di depannya ini. Lima orang, jika kau menghitung wajah Aron yang terlihat dari layar tablet.

 

Daehwi sudah duduk di dalam ruang latihan selama sepuluh menit sejak insiden terjatuhnya botol minum milik Daehwi dan terpergok sedang menguping pembicaraan para trainee Pledis, ralat, member NU'EST. Sebenarnya bukan salah Daehwi, sih. Jika memang pembicaraannya tidak ingin didengar orang lain, tutup pintu dengan benar, dong. Jangan seenaknya menyalahkan Daehwi yang tidak sengaja mendengar.

 

(Daehwi ingin sekali mengatakannya, tapi melihat raut wajah mereka menciutkan nyalinya.)

 

"Daehwi-ya," tiba-tiba saja Choi Minki berbicara, "kalau boleh aku tahu, sejak kapan kau berdiri di depan pintu?" Menguping, Daehwi bisa mendengar kata tak terucap tersebut.

 

Kang Dongho memicingkan matanya, "Kau sengaja?"

 

"Dongho-yah," kali ini Kim Jonghyun yang bersuara, ada nada memperingatkan di dalamnya. "Lebih baik dengarkan dulu apa yang ingin Daehwi katakan."

 

Semuanya kembali memandang Daehwi.

 

"Jadi, bisa kau ceritakan pada kami sejak kapan kau berdiri di depan pintu, Daehwi-ya?"

 

Daehwi hanya bisa menelan ludahnya. Gugup. Mengapa mereka menakutkan sekali, sih? Bahkan Aron yang hanya terlihat dari layar tablet juga terlihat sangat menakutkan.

 

"Umm.... Aku… umm.. dari saat Dongho hyung ingin memberikan tomat pada Jonghyun hyung. Maafkan aku, hyung, aku benar-benar tidak bermaksud untuk menguping. Aku tahu kalau kalian memang ingin berkumpul," Daehwi dapat melihat bagaimana perubahan raut wajah Kang Dongho, dari yang semula menakutkan jadi tambah menakutkan saat mendengar perkataan Daehwi, "tapi, aku benar-benar tidak sengaja! Aku hanya ingin berlatih! Aku tidak tahu kalau kalian berkumpul di sini. Aku berani bersumpah, hyung!"

 

Daehwi menundukkan kepalanya. Tidak berani untuk beradu pandang.

 

"Mengapa kau berlatih sendiri? Di mana anggota timmu yang lain? Mengapa tidak berlatih bersama? Mengapa..."

 

Jika Kim Jonghyun tidak segera menutup mulut Hwang Minhyun dengan telapak tangannya, mungkin daftar pertanyaan Hwang Minhyun akan jauh lebih panjang. Tapi, pertanyaan Hwang Minhyun, kok, sepertinya hanya pertanyaan yang asal keluar, ya?

 

"Hyung, kau serius bertanya seperti itu atau kau hanya asal bertanya, sih?" Entah dari mana munculnya keberanian Daehwi untuk bertanya seperti itu. "Dua anggota timku ada di sini sekarang, dan kau masih bertanya di mana anggota timku yang lain?" Daehwi memutar bola matanya.

 

"Eh?"

 

"Kau itu benar-benar tidak tahu atau hanya pura-pura tidak tahu, sih? Lagipula aku dan Dongho juga sudah memberitahumu siapa saja anggota tim kami. Atau jangan-jangan, kau malah tidak mendengarkan kami?" Choi Minki bertanya dengan mata memincing. "Astaga, jangan katakan kau hanya fokus pada siapa yang menjadi anggota timmu dan Jonghyun saja! Ya, Tuhan. Apa salah kami, hingga kami punya teman yang seperti Hwang Minhyun?"

 

Daehwi hanya bisa melongo. Apakah member NU'EST punya hobi membully membernya sendiri?

 

"Aku yang memilih posisi rap saja tahu siapa saja anggota tim Playing With Fire, bahkan aku tahu Hyunbin ada di tim mana," sahut Jonghyun.

 

Hyunbin? Kwon Hyunbin?

 

"Tentu saja kau tahu Hyunbin ada di tim mana, Jonghyun-ah. Anakmu itu, kan, berada satu tim dengan kekasihmu," Kang Dongho menimpali.

 

(Jadi memang benar kalau Kim Jonghyun dan Hwang Minhyun itu sepasang kekasih.)

 

Hening kembali. Sepertinya mereka menyadari perkataan Kang Dongho.

 

"Ya, Kang Dongho!"

 

"Hehehe... aku keceplosan," Kang Dongho berkata dengan menggaruk-garuk tengkuknya. Daehwi hanya bisa mengedipkan matanya.

 

"Mulutmu sepertinya memang perlu diplester, Dongho-yah. Bagaimana bisa kau mengatakan hal yang sensitif seperti itu di depan orang lain?" Choi Minki masih menggerutu pelan setelah memarahi Kang Dongho.

 

Daehwi hanya bisa memperhatikan. Hanya bisa memperhatikan bagaimana member NU'EST menegur Kang Dongho hanya lewat tatapan mata. Daehwi iri. Iri dengan ikatan yang terjalin di antara mereka. Aahhh... Daehwi ingin.

 

"Umm, hyung?"

 

Semuanya menoleh ke arah Daehwi, termasuk wajah Aron yang berada di layar tablet.

 

"Umm.. kalian boleh, kok, membicarakan masalah Jonghyun hyung dan Minhyun hyung di depanku. Aku tidak masalah. Jika kalian menganggap aku homophobic, kalian salah besar. Aku bukan homophobic. Aku tidak percaya kalian menganggapku seperti itu," Daehwi menyelesaikan kalimatnya dengan tangan bersedekap dan bibir yang mengerucut.

 

Semuanya terdiam mendengar perkataan Daehwi.

 

Tiba-tiba saja Choi Minki bergeser dari tempatnya duduk menuju ke arah Daehwi dan mengarahkan tangannya ke pipi Daehwi. Merematnya gemas.

 

"Utututu... imut sekali. Bukankah Daehwi sangat imut, Dongho-yah?"

 

Mengapa harus bertanya kepada Kang Dongho, sih? Mengapa tidak bertanya kepada yang lain saja, sih?

 

"Iya, imut sekali," Daehwi bisa melihat bagaimana Kang Dongho mengepalkan tangannya, seolah-olah tidak ingin mengiyakan pertanyaan Choi Minki.

 

"Oh, Dongho likes it! Hahaha..." itu suara milik Aron. "Go ahead and act all cute, kiddo, Dongho likes it very much. Well more likely, Dongho likes you. Hahaha... ."

 

Hah? Kang Dongho? Menyukainya? Yang benar saja! Tidak mungkin!

 

"Umm, pardon? Apa maksudnya? Tidak mungkin, kan, Dongho hyung suka dengan hal yang imut-imut? And, don't call me 'kiddo', I'm not a kid!"

 

"Hanya bocah yang tidak mau disebut sebagai bocah. Lagipula dibandingkan denganku, kau itu masih bocah."

 

"Bukan aku yang masih bocah, kau saja yang sudah tua."

 

Dan, kemudian dimulailah adu tatap antara Daehwi dan Aron. Agak aneh sebenarnya, karena wajah Aron hanya terpampang lewat layar tablet.

 

"Hyung, hentikan. Apa kau tidak malu berkelahi dengan Daehwi yang delapan tahun lebih muda darimu?" Kim Jonghyun bersuara.

 

"Semua salah bocah itu, menyebut aku sudah tua."

 

"Kau, kan, memang sudah tua, hyung. Dan lagi, kau juga masih belum punya pacar," kali ini Hwang Minhyun yang berbicara.

 

Sepertinya member NU'EST memang hobi membully membernya sendiri.

 

"Terus saja ungkit masalah pacar, mentang-mentang kau dan Jonghyun sudah lama berkencan."

 

Astaga. Benarkah Aron itu yang paling tua, tapi mengapa caranya merajuk seperti jika Aron adalah yang paling muda?

 

"Mulai lagi, deh. Daehwi-ya, abaikan saja, ya, mereka. Kau ngobrol denganku saja."

 

Daehwi hanya bisa menganggukkan kepalanya sambil melihat 'pertengkaran' antara Hwang Minhyun dan Aron, dan sesekali Kang Dongho yang ikut bergabung. Choi Minki dan Kim Jonghyun sendiri hanya memperhatikan sambil kadang tertawa. Inikah wajah NU'EST yang sebenarnya?

 

"Daehwi-ya," Daehwi dikagetkan oleh suara Kim Jonghyun, "aku boleh minta tolong padamu?"

 

Daehwi menganggukkan kepalanya, "Katakan saja, hyung."

 

"Aku mohon apa yang kau dengar di sini tadi jangan kau ceritakan pada trainee yang lainnya, ya? Lebih tepatnya soal hubunganku dengan Minhyun. Aku, kami, tidak ingin ada skandal Daehwi-ya. Grup kami memang bukanlah grup tenar seperti Seventeen, tapi jika hubungan ini tercium media, pasti akan tetap timbul skandal. Dan kami tidak ingin hal itu terjadi. Kami memang ingin terkenal, tapi bukan dengan skandal sebagai grup dengan member homoseksual. Kami ingin dikenal karena musik kami. Mungkin, suatu saat nanti, aku dan Minhyun bisa mengumumkan hubungan kami, tapi tidak saat ini, saat kami bahkan belum bisa mewujudkan impian kami."

 

Lima pasang mata terarah pada Daehwi.

 

"Aku tahu, kok, bagaimana kolotnya masyarakat Korea terhadap segala hal yang berbau homoseksualitas. Jadi, kalian tenang saja, hyung, aku tidak akan menceritakannya kepada trainee yang lain," Daehwi melihat bagaimana mereka menghembuskan nafas, lega. "Tapi, kalau boleh aku tahu, hyung, apakah label kalian tahu?"

 

Hening.

 

"Tidak dijawab pun tidak apa-apa, kok! Aku hanya penasaran saja. Soalnya, kan, hubungan Jonghyun hyung dan Minhyun hyung bukan hubungan yang bisa dengan bebas diumumkan."

 

"Well, kau benar, Bocah. Hubungan mereka memang bukan hubungan yang dengan mudah bisa diumumkan. Aku suka padamu, Bocah. Kapan-kapan ajak bocah itu untuk pulang ke rumah, aku ingin mengenalnya lebih dekat."

 

"Kenapa kau masih memanggilku 'bocah', sih? Sudah kukatakan, aku ini bukan bocah!"

 

"Aron hyung!"

 

Daehwi menolehkan kepalanya dari layar tablet ke arah Kang Dongho. Terkejut. Daehwi dan Kang Dongho berbicara pada saat yang bersamaan.

 

"Hyung, apa maksudmu? Jangan macam-macam," suara Kang Dongho dingin sekali saat mengatakannya. Daehwi pikir sangat tidak cocok. Hwang Minhyunlah yang lebih cocok mengeluarkan nada suara dingin.

 

"Aku tidak ada maksud apa-apa, Dongho-yah. Apa salahnya jika aku ingin mengenal lebih dekat calon adikku? Lagipula Jonghyun, Minhyun, dan Minki pun pasti juga akan senang kalau aku bisa dekat dengan calon adikku. Benar, kan, Jonghyun-ah, Minyeon-ah, Minki-ya?"

 

Calon adik? Apa maksudnya? Dan, apakah Kang Dongho sedang merona? Apa maksudnya ini?!

 

Daehwi mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Menatap member NU'EST satu per satu. Semuanya sedang tersenyum. Seperti ketika kau sedang tersenyum saat mengetahui sesuatu yang orang lain tidak tahu. Seperti itulah senyum mereka.

 

"Sialan kalian semua," Daehwi terkejut mendengar umpatan Kang Dongho. "Apa yang membuatku tahan dengan kalian semua selama ini, sih? Aku benci kalian, tahu."

 

Apakah itu rengekan?

 

"Tak bisakah kau menggunakan kalimat yang lain, Dongho-yah, Jonghyunnie sudah menggunakannya tadi."

 

"Kau tidak kreatif, Dongho-yah."

 

"Copy and then paste."

 

Benar-benar hobi membully membernya sendiri.

 

Dan Kim Jonghyun hanya tertawa.

 

"Hyung, Jonghyun hyung..."

 

"Ya, Daehwi-ya?"

 

"Kau belum menjawab pertanyaanku tadi."

 

"Ah, ya, aku belum menjawab pertanyaanmu. Bisa dikatakan bahwa hampir semua orang di Pledis tahu hubungan kami. Yang jelas, para petinggi dan staff NU'EST tahu hubungan kami."

 

"Hampir semua orang tahu?" Kim Jonghyun menganggukkan kepalanya. "Samuel juga tahu?"

 

"Menurutmu bagaimana, Daehwi-ya?"

 

Daehwi diam. Mengingat-ingat percakapannya dengan Samuel dan tim 1 Boy in Luv tempo hari.

 

"Sepertinya, Samuel tahu, ya?"

 

Hening.

 

"Tapi bukankah waktu Samuel masih menjadi trainee di Pledis, Samuel masih bocah?"

 

"Kau juga masih bocah, Daehwi-ya," perkataan Choi Minki mengingatkannya pada perkataan Sungwoon.

 

"Tentu saja Samuel tahu. Tidak mungkin Samuel tidak tahu jika mengingat bagaimana Seungcheol menggembor-gemborkan andilnya dalam hubunganku dan Jonghyun. Aku masih tidak tahu bagaimana Seungcheol bisa menjadi leader, jika otaknya kadang tidak dipakai."

 

Eh?

 

"Kau lupa, Seventeen punya Jihoon, Minyeon-ah."

 

"Ah, ya. Jihoon. Penguasa yang sebenarnya," dan kemudian mereka tertawa. Menertawakan inner joke sepertinya.

 

Melihat tawa di wajah para member NU'EST, mau tidak mau juga membuahkan senyum di bibir Daehwi. Wajah seperti itulah yang lebih cocok untuk berada di wajah mereka. Bukan wajah frustrasi atau semacamnya seperti siang tadi yang Daehwi temukan di wajah Kang Dongho maupun Choi Minki.

 

"Oh, lihat itu! Lihat senyumnya! Ya, Tuhan, kau masih sekali, Bocah. Sudah benar-benar kuputuskan! Ajak dia saat kalian pulang nanti. Biarkan aku lebih mengenal calon adikku! Tidak ada bantahan! Ini perintah kakak tertua kalian!"

 

Eh? Aku masih disebut sebagai calon adik? Apa maksudnya, ya?

 

"Hyung! Kumohon berhentilah. Kau tidak kasihan padaku?" Kang Dongho menutup muka meronanya dengan telapak tangan.

 

Eh? Apa hubungannya dengan Kang Dongho?

 

Daehwi bingung.

 

***

 

Daehwi berguling-guling di atas kasurnya, di kamar yang sama dengan anggota timnya. Sekarang sudah pukul satu dini hari dan Daehwi masih juga belum bisa tidur. Pikirannya kembali kepada hal yang terjadi di ruang latihan individu tadi. Lebih tepatnya, kepada tingkah aneh (dan juga wajah merona) Kang Dongho.

 

Daehwi memutuskan untuk kembali ke kamar, setelah —mungkin sekitar— 30 menit menyaksikan member NU'EST membully Kang Dongho dengan segala macam hal yang bahkan tidak terpikirkan oleh Daehwi dilakukan oleh Kang Dongho. Daehwi masih ingat bagaimana terkejutnya ia saat Hwang Minhyun menggoda Kang Dongho dengan obsesi yogurtnya. Tidak cocok. Benar-benar tidak cocok.

 

Keputusan Daehwi untuk kembali ke kamar benar-benar tepat. Karena Daehwi tidak bisa memikirkan apapun selain kejadian yang terjadi di ruang latihan individu tadi. Imbasnya adalah Daehwi tidak bisa menutup matanya sama sekali. Setiap Daehwi mencoba untuk tidur, bayangan wajah merona Kang Dongho selalu muncul, dan jantungnya mulai berdetak tidak karuan. Kang Dongho benar-benar tidak baik untuk kesehatannya.

 

Bahkan saat Kang Dongho dan Choi Minki kembali tadi, Daehwi lebih memilih untuk berpura-pura sudah tertidur, daripada harus menyapa Kang Dongho dan Choi Minki dan membuat jantungnya tambah tidak sehat. Ada apa sebenarnya dengan tubuhnya?

 

"Minki-ya," Daehwi mendengar Kang Dongho memanggil Choi Minki dengan berbisik.

 

"Hmm."

 

"Kau belum tidur?"

 

"Aku masih bisa menjawabmu, Dongho-ya. Kau pikir aku masih mau meladenimu jika aku sudah tidur?"

 

"Aku, kan, hanya memastikan, Minki-ya," jika ada nada merajuk di suara Kang Dongho, Daehwi sudah tidak terlalu terkejut lagi.

 

"Kamera sudah kau matikan?" Huh, mereka ingin membicarakan apa hingga perlu mematikan kamera?

 

"Sudah, semua sudah kumatikan, " eh, kapan? "Kau mau membicarakan apa, Dongho-yah?"

 

"Tidak ada yang penting sebenarnya. Hanya tidak ingin pembicaraan kita terekam kamera saja."

 

"Tidak ada yang penting? Kalau memang tidak ada, lebih baik kau tidur saja, Dongho-yah. Aku juga mau tidur. Istirahatlah."

 

"Bagaimana aku bisa tidur, Minki-ya, jika..."

 

"Jika apa? Daehwi?"

 

Hening.

 

"Astaga. Seharusnya kau senang, Dongho-yah. Kau bisa satu tim dengannya, bahkan Aron hyung pun sepertinya menyukainya. Apa lagi?"

 

Ada apa ini sebenarnya?

 

"Aku senang, Minki-ya. Sangat senang malah. Tapi, tidakkah kau bisa melihat bagaimana tatapannya padaku? Dia tidak menyukaiku, Minki-ya, malah cenderung takut padaku. Bahkan, saat kita berkumpul tadi pun, aku masih dapat melihat tatapan takutnya. Apa yang harus aku lakukan, Minki-ya?"

 

Ada nada frustrasi di suara Kang Dongho.

 

"Kau benar-benar menyukainya, ya, Dongho-ya?"

 

Kang Dongho hanya menggumam mengiyakan. Choi Minki menghela napas.

 

"Aku pikir, aku tidak akan pernah melihatmu semenyedihkan ini gara-gara jatuh cinta. Ah, bocah itu memang luar biasa, jika bisa membuatmu jadi seperti ini. Aku salut."

 

Kang Dongho sedang jatuh cinta? Dengan siapa? Bocah? Daehwi? Eiy, tidak mungkin, kan.

 

Choi Minki menghela napas lagi. "Manfaatkan waktumu, Dongho-ya. Kau satu tim dengannya saat ini. Manfaatkan itu. Buat dia melihat kau yang sebenarnya, bukan hanya melihat tampang sangarmu itu. Tertawalah sekali-kali, jangan menekuk mukamu terus. Kalau perlu kau tertawa terus juga tidak apa-apa."

 

"Saran macam apa itu? Kau ingin aku dianggap gila karena tertawa terus menerus? Bukankah setidaknya aku harus jaga imejku di depannya?"

 

"Memangnya kau punya imej apa, Dongho-ya? Kupikir imejmu sudah hancur di matanya saat dia mendengar obsesi yogurtmu tadi," Choi Minki terkikik.

 

"Sialan kau."

 

Hening.

 

"Kau memang benar-benar menyukainya, ya, Dongho-yah?"

 

"Ya. Aku benar-benar menyukainya, Minki-ya. Aku sekarang tahu bagaimana rasanya jadi Minhyun. Aku benar-benar sudah jatuh pada pesona Lee Daehwi."

 

Daehwi masih bisa mendengar samar-samar suara percakapan antara Kang Dongho dan Choi Minki. Tetapi, pikirannya tidak dapat menangkap apa yang mereka bicarakan. Hanya suara Kang Dongho yang terngiang-ngiang. Suara Kang Dongho saat mengakui bahwa dirinya sudah jatuh cinta kepada Lee Daehwi.

 

つづく

--

Halo...

Terima kasih sudah mau menunggu cerita ini updet...

Maaf,ya, kalau updetnya lama *deep bow*

Terima kasih sudah mampir dan menyempatkan membaca

Terima kasih juga buat yang sudah membaca dan mereview chapter sebelumnya *deep bow*

sampai jumpa di chapter selanjutnya...

*lambai tangan*

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
server_room #1
Chapter 3: Woww ini cerita gado2 banget..friendship brothership nya dapet banget. Ditunggu selanjut nya ya.
ToxicVixen #2
Chapter 3: aduh baper berkepanjangan nihhhhh ngakak banget dan bener2 suka sma ceritanya soalnya ketakutan daehwi bikin mau ketawa. Continue the amazing job!!
emarginata
#3
Chapter 2: aaah inspirit juga yaa >< iya sedih bgt hoya pergi, tp y itu udh keputusan dia, kita cm bs support aja.. Anyway aku br sadar lho kalo Minki g dikasih clip on mic, emang beneran gt??
emarginata
#4
Chapter 1: ceritanya lucuu, sukaaak :) coba dongho masuk wanna one ya, pasti akan banyak momen sm daehwi. Ah, kok jd baper lg, sudah lupakan! Anyway, bikin yg pas mereka satu tim bbuljangnan dong, Thor-nim :)