Chapter 2 : Is It or Is It Not?

The Story of a Very Confused Lee Daehwi

Selamat datang kembali.

Maaf kalau chapter 2 nya lama...

Enjoy...


Jadwal hari ini adalah recording setelah eliminasi pertama. Daehwi benar-benar bersyukur dengan peringkatnya, meskipun banyak komentar negatif tentang sikapnya setelah menjadi center dan saat pemilihan tim saat evaluasi tim kemarin. Daehwi sempat mengadu pada Youngmin hyungnya tentang komentar-komentar tersebut. Daehwi masih ingat apa yang dikatakan oleh Youngmin hyung saat Daehwi datang dengan menangis.

"Jangan kau pikirkan komentar-komentar negatif seperti itu, Daehwi-ya. Kau tahu itu adalah salah satu risiko menjadi seorang idol. Lagipula kau masih sangat muda, wajar jika kau punya ambisi yang sebesar itu untuk memenangkan stage dengan memilih anggota tim yang kau pikir akan bisa memenangkan hati penonton. Lebih baik kau memikirkan tentang penampilanmu selanjutnya, jangan terus-terusan murung seperti ini. Kau seperti bukan Daehwi yang kukenal jika kau murung terus seperti ini."

Daehwi benar-benar berterima kasih pada Youngmin hyungnya. Jika bukan karena Youngmin hyung, mungkin Daehwi sekarang masih berada di bawah awan kelabu. Daehwi benar-benar sayang pada Youngmin hyungnya, bukan berarti Daehwi tidak sayang pada Donghyun hyung atau Woojin hyung, tapi Daehwi paling sayang pada Youngmin hyung.

("Tentu saja kau paling sayang pada Youngmin hyung, kau, kan, sering dimanja sama Youngmin hyung." — Woojin.

"Enak, ya, jadi maknae." — Donghyun.)

Daehwi menunduk, melihat angka yang tertera di dadanya, di samping namanya. Angka yang tercetak besar. Angka tujuh, rankingnya setelah eliminasi pertama. Dia antara keempat orang traineeBrand New Music, rankingnyalah yang paling tinggi, Daehwi kembali menyucapkan syukur.

Daehwi ingat apa yang pernah Somi ceritakan padanya saat Somi mengikuti Produce 101 tahun kemarin. Jika format tahun ini sama dengan tahun kemarin, maka sekarang ini saatnya evaluasi posisi. Daehwi tahu benar posisi apa yang dia inginkan, dan berhubung rankingnya cukup tinggi, Daehwi yakin bisa mendapatkan posisi yang diinginkannya.

(Daehwi hanya berharap untuk tidak satu tim dengan Kang Dongho.)

Daehwi mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan sambil menunggu siapa yang akan menjadi anggota timnya nanti. Format tahun ini sedikit berbeda dari tahun kemarin. Tahun ini, para trainee memilih posisi yang diinginkannya dengan rahasia, tidak seperti tahun kemarin yang terang-terangan. Daehwi akui, sedikit plot twist seperti ini akan terlihat lebih menegangkan.

Dari tempatnya berdiri, Daehwi bisa mendengar dengan jelas suara Boa daepyonim memanggil Kang Dongho. Daehwi berdoa kembali. Semoga Kang Dongho memilih lagu lain, semoga Kang Dongho tidak satu tim dengannya. Keberadaan Kang Dongho sangat tidak baik bagi kesehatan jantungnya.

Daehwi benar-benar benci takdirnya dengan dengan Kang Dongho.

Ya, Tuhan, Daehwi sudah ingin pingsan melihat judul lagu yang dibawa Kang Dongho. Bagaimana bisa? Masih ada lagu lain yang bisa dipilih, mengapa Kang Dongho harus memilih lagu yang sama dengannya? Tak cukupkan Daehwi harus bersaing dengan Jung Sewoon dan Choi Minki? Sekarang Kang Dongho juga satu tim dengannya.

Ya, Tuhan, punya salah apa Daehwi di kehidupan yang lalu hingga harus terus dan terus berhubungan dengan Kang Dongho? Tak bisakan Kau memutus benang takdir yang mengikat kami?

Daehwi menangis dalam hati.

***

Daehwi hanya bisa menghela napas. Keadaan timnya kacau sekali. Setelah selesai pemilihan leader dan center/main vocal, timnya langsung berubah menjadi kacau, benar-benar kacau. Tiga dari empat orang anggota timnya punya pengalaman mengaransemen lagu. Terutama Kang Dongho. Daehwi tahu Kang Dongho aktif dalam memproduseri lagu-lagu di album NU'EST. Tiga kepala dalam satu tim. Tiga pendapat. Tidak ada titik temu. Kacau.

Timnya kacau. Bahkan, hanya dengan sekali lihat pun, sudah terlihat timnya yang paling kacau. Ditambah lagi dengan tidak diberikannya clip on mic pada Choi Minki, membuat mood tim semakin turun.

Lebih tepatnya, Kang Dongho yang merubah mood tim. Kang Dongho bahkan sempat mematikan micnya hanya untuk marah-marah karena Choi Minki tidak mendapat mic. Bahkan akan sempat maju menerjang PD yang ditugaskan bersama timnya. Jika tidak ditahan Choi Minki, mungkin Kang Dongho sudah benar-benar berkelahi dengan PD.

(Di antara kekacauan yang terjadi, Daehwi masih sempat merasakan kekaguman terhadap Choi Minki. Dengan tubuh kurusnya, Choi Minki bisa dengan mudah menahan Kang Dongho yang tubuhnya jauh lebih besar. Sepertinya Daehwi harus mulai percaya dengan apa yang Samuel katakan tempo hari.)

Daehwi mengedarkan pandangannya. Matanya menyapu seisi ruangan. Meneliti tim lain. Daehwi iri. Iri dengan tim lain yang bisa dengan mudah bekerja sama. Daehwi ingin timnya juga seperti tim yang lainnya. Ingin secepatnya menemukan titik temu. Tidak kacau seperti ini.

Tapi, bagaimana? Melihat ekspresi Kang Dongho yang masih menahan marah seperti saat ini saja menciutkan nyalinya. Ya Tuhan, tolong Daehwi. Daehwi tidak ingin mati muda karena ketakutan.

"Beristirahatlah. Kita sudah cukup bekerja hari ini. Besok kita bisa kerjakan lagi," tiba-tiba Daehwi mendengar Kang Dongho berbicara. Daehwi melirik sekilas, dan melihat Jung Sewoon menganggukkan kepalanya.

Walaupun Kang Dongho berkata seperti itu, tapi tak sedikitpun Kang Dongho beranjak dari tempatnya duduk. Yang dilakukannya adalah menepuk tempat di sebelahnya dan meminta Choi Minki untuk duduk di sebelahnya.

"Tempat biasa, nanti?" Daehwi mendengar Kang Dongho bertanya. Tempat biasa? Apa maksudnya?

"Ya, jam biasa juga."

"Sepertinya harus ada yang menyeret Jonghyun kali ini. Kau tahu bagaimana dia."

"Itu tugas Minhyun. Kau tahu Jonghyun hanya menurut pada Minhyun."

Ah, pertemuan internal. Pertemuan internal member NU'EST, bukan trainee Pledis. Daehwi paham sekarang.

"Awas saja kalau mereka berdua mangkir lagi seperti kemarin, akan kucekoki Jonghyun dengan banyak tomat."

Daehwi terkejut. Apakah ini Kang Dongho yang sama dengan Kang Dongho yang bermanja-manja dengan Kim Jonghyun tempo hari?

"Dan akhirnya mati di tangan Minhyun? Lakukan saja jika kau berani. Walau sebenarnya aku mendukungmu melakukannya, sih."

Astaga, apa-apaan ini? Sebenarnya apa yang terjadi di antara trainee Pledis? Daehwi bingung.

"Astaga," Daehwi melihat Kang Dongho menepuk jidatnya sendiri, "tak bisakah Minhyun tidak melihatnya dengan pandangan merindu seperti itu?" Daehwi melirik Hwang Minhyun. Tidak ada pandangan merindu yang seperti Kang Dongho katakan, bahkan Daehwi saja tidak tahu ke mana arah pandangan Hwang Minhyun.

"Permaisurinya bahkan duduk tidak jauh darinya dan dia memberinya pandangan seperti itu? Astaga, bisa gila aku lama-lama."

Permaisuri? Kang Dongho menggunakan kata permaisuri lagi. Siapa, sih, yang disebut permaisuri itu sebenarnya? Staff produksi? Sedekat apa staff produksi dengan mereka hingga disebut sebagai permaisuri?

"Kau tahu bagaimana Minhyun, Dongho-yah. Kau yang paling dekat dengannya selain Jonghyun."

"Ya, saking dekatnya aku bahkan ingin sekali membenturkan kepalaku ke tembok setiap dia mulai membicarakan permaisurinya. Tak sadarkah Minhyun bahwa aku juga sangat mengenal permaisurinya?"

"Kau pikir aku tidak mengalami hal yang sama?" Choi Minki menghela napas. "Hubungan mereka juga bukan hubungan yang baru saja terjalin, lebih lama daripada anniversary NU'EST, dan mereka selalu bertingkah seolah-olah mereka baru saja kemarin menjalin hubungan. Apa kau tahu kalau Aron hyung kemarin marah-marah saat kita pulang? Bahkan Aron hyung yang hanya memantau kita lewat TV pun bisa melihatnya. Aku tak mau ada skandal, Dongho-yah."

Skandal? Skandal apa? Bukankah wajar jika kau punya seorang kekasih?

Kang Dongho menghela napas, "Aku juga tidak ingin ada skandal atas nama kita, Minki-ya. Sudah cukup tim kita dipandang sebelah mata, aku tidak ingin masyarakat menjelek-jelekkan tim kita hanya karena preferensi membernya."

Preferensi? Preferensi apa? Preferensi seksualkah yang dimaksud? Mungkinkah ada member NU'EST yang homoseksual? Daehwi tahu bagaimana kolotnya masyarakat Korea terhadap sesuatu yang berhubungan dengan homoseksualitas. Jika apa yang Daehwi asumsikan benar, maka wajar jika Kang Dongho dan Choi Minki khawatir akan adanya skandal yang seperti itu.

Tapi, siapa? Hwang Minhyunkah? Tapi tidak mungkin, kan? Sedari tadi yang Kang Dongho dan Choi Minki bicarakan adalah Hwang Minhyun dan permaisuri rahasianya. Permaisurinya seorang wanita, kan? Atau bukan? Ah, Daehwi jadi semakin bingung.

Mengapa segala hal yang berhubungan dengan trainee Pledis selalu membuatnya bingung, sih?

***

Daehwi benar-benar ingin membenturkan kepalanya ke tembok sekarang. Setelah break tiba-tiba tadi, Kang Dongho dan Jung Sewoon sepakat untuk kembali berunding tentang aransemen lagu. Tapi, bukannya menemukan titik temu, malah argumen kembali yang dicapai. Rasanya ingin sekali Daehwi melemparkan barang-barang di sekitarnya hanya untuk membuat mereka berhenti berselisih pendapat. Bahkan Choi Minki pun sudah menyerah dan memilih untuk bergabung dengan tim Downpour yang sedang break. (Lebih tepatnya, sedang ngobrol dengan Hwang Minhyun. Sepertinya mengingatkan tentang pertemuan mereka.)

Jika terus seperti ini, lebih baik Daehwi menyingkir saja.

Daehwi melihat ke sekeliling. Youngmin hyung sepertinya tidak bisa diganggu, sedang sibuk membuat lirik rap dan mengajari Dongbin. Woojin hyung? Daehwi malas main dengan Woojin hyung, walau timnya Woojin hyung ada Samuel dan Jihoon. Matanya tertuju pada Jinyoung. Main ke tim Jinyoung hyung saja, deh.

"Hyung, Jinyoungie hyung," Daehwi mendekat pada Jinyoung, "aku boleh, ya, duduk di sini sebentar?"

Jinyoung mengangguk sambil menepuk-nempuk tempat di sebelahnya.

"Timmu sedang break juga, hyung?" itu suara Yoo Seonho.

"Tidak, aku melarikan diri dari timku."

Jinyoung mengalihkan pandangannya dari Daehwi ke arah di mana tim Playing With Fire berada.

"Kau masih takut dengan Dongho hyung, Daehwi-ya?"

Mendengar perkataan Jinyoung, Seonho yang semula sedang bermain dengan pena langsung menatap Daehwi. Lama. Lalu bertanya dengan nada bingung, "Daehwi hyung takut dengan Dongho hyung?" Daehwi mengangguk. "Dongho hyung menakutkan?" Daehwi mengangguk lagi. "Menakutkan bagaimana? Dongho hyung tidak menakutkan, kok. Aku cukup sering, lho, bermain dengan Dongho hyung. Menyenangkan, tahu, bermain dengan Dongho hyung."

"Tapi, kan, kau tidak tahu bagaimana sikapnya tadi. Dia hampir saja berkelahi dengan PD tadi!"

"Pasti ada penyebabnya, kan?" kali ini Jinyoung yang bertanya.

"Iya, sih. Gara-gara Minki hyung tidak dapat mic. Sebenarnya kalau aku di posisi Dongho hyung pun, aku pasti juga akan marah."

"Itu kau tau, Daehwi-ya. Sudah lupakan saja ketakutanmu itu, tak baik menyimpan prasangka terus seperti itu."

Daehwi diam. Daehwi tahu ketakutannya terhadap Kang Dongho sudah berlebihan, tapi Daehwi tidak tahu bagaimana caranya membuang rasa takut itu.

Ah, bagaimana ini? Daehwi tidak ingin seperti ini.

Daehwi mengedarkan pandangannya. Matanya secara otomatis tertuju pada dua anggota timnya. Jung Sewoon dan Kang Dongho sudah tak terlihat sedang berselisih pendapat. Sepertinya sudah ada titik temu. Semoga.

Daehwi mengangkat kepalanya dari bahu Jinyoung saat merasakan seseorang menepuk pundaknya. Ternyata Choi Minki yang menepuk pundaknya.

"Ayo, kembali. Sepertinya situasi sudah amam," kata Choi Minki.

Daehwi mengangguk. Berdiri lalu berjalan di belakang Choi Minki.

"Daehwi-ya," Choi Minki tiba-tiba berhenti, "bisa ikut aku sebentar tidak?"

Daehwi hanya bisa mengiyakan dan mengikuti Choi Minki berjalan ke luar, ke arah kamar mandi.

"Maaf, jika aku lancang, Daehwi-ya, aku tidak sengaja mendengar percakapanmu dengan Jinyoung dan Seonho tadi. Sekali lihat aku pun sudah tahu kalau kau takut pada Dongho, tapi bisakah aku minta padamu untuk tidak terlalu memperlihatkannya pada kamera? Aku tahu kau tidak bisa menahannya saat pertama kali waktu itu, tapi aku mohon untuk selanjutnya tolong jangan perlihatkan pada kamera kalau kau takut pada Dongho. Apalagi sekarang kau dan Dongho satu tim. Kami memang butuh popularitas, tapi bukan image mengerikan yang ingin kami dapat. Aku minta maaf jika aku menyinggung perasaanmu, Daehwi-ya, tapi kumohon pertimbangkanlah perkataanku jika kau belum bisa langsung melaksanakan permintaanku. Mengikuti acara ini adalah jalan terakhir kami, Daehwi-ya. Ada banyak hal yang kami pertaruhkan, jadi kumohon pertimbangkan, ya."

Nada putus asa dalam suara Choi Minki yang membuat Daehwi langsung mengiyakan permintaan Choi Minki tanpa pikir panjang. "Akan kucoba, hyung." Semoga apa yang dilakukannya ini benar. Semoga.

Mendengar jawaban Daehwi, ekspresi Choi Minki langsung berubah. Ada senyum di wajahnya, tapi Daehwi bisa melihat matanya tidak. Hanya senyum yang dipaksakan, formalitas.

"Terima kasih, Daehwi-ya. Sebaiknya kita kembali sebelum leader dan main vocal kita berulah lagi."

Daehwi mengamati Choi Minki yang berjalan di depannya. Entah ini hanya pemikirannya saja, atau memang sepertinya langkah Choi Minki terlihat ringan. Seperti beban yang menghimpitnya sedikit terangkat. Mungkinkah sikap Daehwi terhadap Kang Dongho selama ini merupakan beban bagi trainee Pledis? Jika memang benar, Daehwi sepertinya harus cepat-cepat meminta maaf. Daehwi tidak ingin dihantui rasa bersalah.

Ya, harus cepat-cepat meminta maaf. Daehwi ingin punya banyak hubungan baik. Bahkan dengan Kang Dongho.

***

Recording hari ini selesai tepat jam tujuh, sebelum jam makan malam. Walaupun Daehwi tidak banyak melakukan aktivitas hari ini, tapi Daehwi merasa badannya sangat letih. Letih karena memikirkan timnya.

Saat Daehwi dan Choi Minki kembali tadi, Jung Sewoon dan Kang Dongho sepertinya sudah menemukan titik temu perbedaan pendapat mereka. Tapi, saat latihan dimulai, mereka lagi-lagi berbeda pendapat. Ya Tuhan, mau sampai kapan perselisihan ini berlangsung? Daehwi sudah capek. Tak bisakah Daehwi mengurung Jung Sewoon dan Kang Dongho berdua di gudang dan membiarkan mereka menyelesaikan perbedaan mereka?

(Daehwi ingin sebenarnya, tapi Daehwi tidak punya keberanian.)

Daehwi ingin mengadu pada Youngmin hyung sebenarnya, tapi melihat bagaimana sibuknya Youngmin hyung mengajari Dongbin yang sama sekali tidak mengerti tentang rap, membuat Daehwi membatalkan niatnya. Beban Youngmin hyung sudah banyak, Daehwi tidak ingin menambahnya dengan aduan-aduannya.

Karena itulah, sekarang Daehwi berada di sini. Berada di tangga menuju ruang latihan individu. Biarpun timnya kacau dalam masalah aransemen, bukan berarti Daehwi bisa bersantai dengan tidak latihan. Setidaknya Daehwi harus bisa menguasai lagunya terlebih dahulu.

Tujuan Daehwi adalah ruang latihan individu yang paling pojok. Daehwi hanya tak ingin diganggu siapapun. Dan kebetulan, tak ada satu trainee pun yang sedang menggunakan ruang latihan individu sekarang.

Tapi, sepertinya tidak begitu. Ruang latihan individu yang dituju Daehwi sedang dipakai. Pintunya sedikit terbuka, ada suara tertawa keluar dari dalam. Suara tertawa Kang Dongho.

Daehwi membeku seketika. Jadi, di sini mereka berkumpul?

"Hentikan, aku tidak mau, Dongho-yah," kesadaran Daehwi kembali saat mendengar suara Kim Jonghyun. "Kau tahu aku tidak suka tomat, kan. Lagipula kau dapat tomat sebanyak itu dari mana? Untuk apa?"

Daehwi hampir tertawa mendengarnya. Kim Jonghyun, JR, leader NU'EST, tidak suka dengan tomat. Astaga, kejutan yang lucu.

"Kau tidak perlu tahu aku dapat tomat sebanyak ini dari mana. Yang perlu kau tahu adalah ini semua akan masuk ke mulutmu jika kalian berdua mangkir lagi dari jadwal pertemuan kita."

"Berani melakukannya, siap-siap saja mati di tanganku, Kang Dongho," entah mengapa suara Hwang Minhyun selalu membuat Daehwi merinding.

"Seperti kau tidak pernah menggoda Jonghyun dengan tomat saja, Minyeon-ah." Huh? Suara siapa itu? Daehwi tidak mengenal suaranya. Sepertinya bukan suara trainee lain.

"Benar kata Aron hyung, kau sendiri suka sekali menggoda Jonghyun dengan tomat," kali ini suara Choi Minki yang terdengar. Jadi, yang tadi adalah suara Aron? Tapi, bagaimana bisa?

"Aku punya hak eksklusif, tidak seperti kalian." Huh? Apa maksudnya? "Iya, kan, Jonghyunnie?"

Daehwi mengerutkan keningnya, bingung.

"Ya, Tuhan, aku tidak tahu apa yang membuatku tahan dengan kalian semua. Menyebalkan. Aku benci."

Daehwi terkejut mendengar nada suara Kim Jonghyun. Daehwi tidak yakin dengan pendengarannya. Kim Jonghyun tidak mungkin sedang merajuk, kan? Sangat tidak sesuai dengan imagenya.

"Kau menyayangi kami semua, leadernim. Kami pun begitu," suara Hwang Minhyun terdengar sangat manis, berbeda dari saat mengancam Kang Dongho tadi.

Tak terdengar apapun dari dalam, mereka seperti berbicara dengan menggunakan telepati. Daehwi bertanya dalam hati apakah mungkin suatu saat nanti grupnya akan mempunyai hubungan yang sedekat itu. Yang bahkan hanya dengan memandang saja bisa mengetahui apa yang sedang member lain pikirkan. Semoga saja.

"Ngomong-ngomong, hyung, besok jadwalmu check up, kan? Jangan terlalu memaksakan diri, aku tak mau kondisi lututmu semakin parah. Maaf, aku tidak bisa menemanimu, hyung."

"Jonghyun-ah, aku baik-baik saja. Kau lihat sendiri, kan, bagaimana kondisi lututku saat kalian pulang kemarin. Kau bahkan memaksaku untuk check up, padahal kemarin bukan jadwalku check up. Dan besok aku masih harus check up lagi? Ya, Tuhan. Jangan khawatirkan aku, lebih baik kau konsentrasi pada penampilanmu selanjutnya. Kalian juga, Dongho-yah, Minyeon-ah, Minki-ya. Berikan yang terbaik, oke?"

Ruang latihan kembali hening.

"Ya! Kenapa kau malah menangis, Jonghyun-ah? Astaga, kau ini... Aku kadang lupa, kalau kau ini kadang masih seperti anak-anak. Sudah, berhenti menangis!"

"Hyung, jangan memarahi Jonghyunnie seperti itu! Kalian juga! Kalian pikir aku tidak bisa melihat kalian menahan tawa?! Ya, Tuhan, apa salahku hingga aku punya member seperti kalian bertiga?"

"Minhyunnie, lepas. Jangan memelukku terlalu erat. Aku tidak bisa bernapas."

Astaga. Benarkah apa yang Daehwi dengar ini? Kim Jonghyun benar-benar sedang merajuk! Kepada Hwang Minhyun!

"Aku tidak memelukmu terlalu erat, Jonghyunnie. Aku sedang melindungimu dari tiga member setan."

"Apa maksudmu dengan member setan, hah?"

"Jika kami setan, maka kau iblisnya, Minyeon-ah."

"Sekali-kali mengacalah, Minhyun-ah, kelakuanmu juga tak jauh berbeda dari kelakuan kami. Kau hanya bersikap manis di depan Jonghyun saja."

"Untuk apa aku bersikap manis terhadap kalian? Tidak ada untungnya sama sekali."

Apa-apan ini?

"Astaga, Minyeon-ah! Tak bisakah kau sedikit lebih subtle? Aku hampir saja melemparkan ponselku ke arah televisi saat melihat siaran kalian minggu lalu, tahu!"

"Sedikit lebih subtle bagaimana? Aku bahkan tidak melakukan skinship berlebihan. Aku sudah menahan diriku untuk tidak melakukan skinship, hanya saat bersama kalian seperti ini saja aku melakukan skinship."

"Kau memang minim skinship, Minhyun-ah, tapi tolong kondisikan pandanganmu. Bagaimana mungkin kau melempar tatapan merindu seperti itu di depan kamera yang sedang menyorotmu? Kau tahu, bahkan Dongho hampir saja membenturkan kepalanya di lantai hari ini saat melihatmu melemparkan pandangan rindu."

"Bagaimana mungkin aku tidak melihatnya dengan pandangan seperti itu, jika kekasihku, kesayanganku, permaisuriku sedang tidak berada di dekatku?"

Jadi, memang benar jika Hwang Minhyun sudah punya kekasih.

"Rasanya aku benar-benar ingin membenturkan kepalaku ke tembok sekarang. Tak sadarkah kau sedang melakukannya lagi, Minhyun-ah? Jonghyun-ah, aku mohon beri tahu kekasihmu itu, minta dia untuk mengurangi kelakuannya yang seperti itu. Ya, Tuhan, kalian sudah berkencan selama enam tahun, tapi kenapa kelakuan kalian seperti jika kalian baru saja mulai berkencan, sih?"

"Jangan dengarkan Dongho, Jonghyunnie. Dongho hanya iri dengan apa yang kita punya. Dongho juga ingin sepertiku yang punya seorang kekasih yang sangat manis seperti dirimu."

Daehwi mematung.

"Minhyunnie, jangan seperti itu. Apa yang mereka katakan itu benar. Tolong dikurangi, ya? Saat ini, kita tidak sedang berada di rumah, atau melakukan siaran atas nama NU'EST, jadi aku minta kurangi, ya?"

"Baiklah, jika itu memang yang diinginkan oleh kekasihku ini, akan aku lakukan. Ah, apa, sih, yang tidak untuk kesayanganku? Akan kulakukan apapun."

Hening. Lalu tiba-tiba saja pintu ruang latihan terbuka. Empat orang trainee Pledis keluar dari dalam dengan ekspresi yang tidak dapat Daehwi gambarkan. Daehwi baru saja tersadar jika botol minum yang dibawanya terjatuh. Dan menimbulkan suara.

"Lee Daehwi?!"

つづく


Halo...

Akhirnya chapter 2 nya publish juga...

Sebenarnya sudah mau dipublish hari Rabu kemarin, tapi Woollim dropped a very sad news. Masih dalam suasana hype Golcha akhirnya debut, malah keluar kabar Hoya left, moodku anjlok langsung.

Masih bersyukur sebenarnya karena gak disbanded, tapi OT7 sudah bukan OT7 lagi. Jadi ingat hashtag 7th aniv kemaren.

Hoya, Lee Howon, thank you for 7 years worth of memories, love you, will always love you, will always support you...

Jangan putus hubungan sama member yang lain, ya...

Ah, jadi pengen nangis kan jadinya...

Please, excuse my INFINITE ranting, it's because Inspirit was, is, and will be my first and foremost fandom.

Maaf, sudah nyampah, hehehe... hanya ingin meluapkan saja...

Terima kasih sudah mampir dan menyempatkan membaca.

Terima kasih juga buat yang sudah membaca, mereview, dan subscribe...

Terima kasih juga sudah mau menunggu cerita ini...

*deep bow*

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
server_room #1
Chapter 3: Woww ini cerita gado2 banget..friendship brothership nya dapet banget. Ditunggu selanjut nya ya.
ToxicVixen #2
Chapter 3: aduh baper berkepanjangan nihhhhh ngakak banget dan bener2 suka sma ceritanya soalnya ketakutan daehwi bikin mau ketawa. Continue the amazing job!!
emarginata
#3
Chapter 2: aaah inspirit juga yaa >< iya sedih bgt hoya pergi, tp y itu udh keputusan dia, kita cm bs support aja.. Anyway aku br sadar lho kalo Minki g dikasih clip on mic, emang beneran gt??
emarginata
#4
Chapter 1: ceritanya lucuu, sukaaak :) coba dongho masuk wanna one ya, pasti akan banyak momen sm daehwi. Ah, kok jd baper lg, sudah lupakan! Anyway, bikin yg pas mereka satu tim bbuljangnan dong, Thor-nim :)