Chapter 1: The Beginning

The Story of a Very Confused Lee Daehwi

Lee Daehwi masih ingat bagaimana reaksi dan kesannya ketika pertama kali melihat Kang Dongho secara langsung. Dengan badan besar dan muka sangar, kesan pertamanya adalah sangat menakutkan. Dan ketika Kang Dongho menyapukan pandangan ke seisi ruangan, Daehwi seperti ingin bersembunyi saja agar pandangan mereka tidak bertemu.

Daehwi masih ingat bagaimana hyung-hyungnya meledeknya saat Daehwi mengaku sangat ingin bersembunyi di belakang punggung mereka saat empat orang member NU'EST —sekarang mereka disebut sebagai trainee dari Pledis Ent.— masuk ruangan. Lagipula, siapa, sih, yang tidak terintimidasi dengan tatapan Kang Dongho? Daehwi, sih, lebih dari terintimidasi. Ketakutan setengah mati.

Daehwi merasa sedikit lega karena tidak ada satupun trainee Pledis yang berada satu kelas dengannya. Sebenarnya lebih tepat dikarenakan Kang Dongho tidak satu kelas dengannya. Membayangkannya saja sudah membuatnya merinding ketakutan, apalagi jika memang satu kelas.

Tetapi Daehwi sepertinya memang ditakdirkan untuk selalu berhubungan dengan Kang Dongho.

(Sebenarnya Daehwi sudah berteriak ketakutan dalam hati saat harus mengatakan tim mana yang dipilihnya sebagai lawan di team mission. Tetapi Daehwi tetap akan selalu memilih tim tempat Kang Dongho berada berapakalipun dibandingkan jika harus melawan kombinasi yang dibuat Hwang Minhyun. Daehwi cukup tahu diri, kok, kalau kombinasi yang dibuat Hwang Minhyun itu mengerikan.)

"Melihat apa?" suara Jihoon membuat Daehwi melepaskan pandangan dari anggota Boy in Luv team 2. "Team 2?"

Daehwi hanya menganggukkan kepalanya.

"Sepertinya tertarik sekali dengan team 2."

"Hanya berpikir. Tim kita dan tim mereka terlihat berbeda sekali, ya? Tim kita terlihat seperti kumpulan pretty boy yang ingin mencoba jadi berandalan, tapi tim mereka sudah seperti tim berandalan yang sesungguhnya."

Ada tiga reaksi atas apa yang Daehwi ucapkan barusan.

Yang pertama, "Hei, jangan lihat orang dari luarnya saja!" - Sungwoon.

Yang kedua, terdiam.

Yang ketiga, tertawa. Hanya satu orang yang tertawa. Kim Samuel.

"Kau kerasukan apa hingga bisa berpikir seperti itu, hyung? Benar-benar membuatku tertawa."

"Bagaimana aku tidak berpikir seperti itu? Lihatlah!" Daehwi menunjuk Dongho. "Bukankah memang terlihat seperti berandalan?"

"Astaga, ternyata hanya Dongho hyung yang kau maksud," Samuel menggeleng-gelengkan kepalanya. "Dongho hyung tidak semenyeramkan itu, kok. Tampangnya memang seperti itu, dan kuakui kalau Dongho hyung memang kuat, tapi aslinya tidak menyeramkan sama sekali. Aku memang tidak sedekat itu dengan Dongho hyung jika dibandingkan dengan Seventeen hyungdeul, tapi percaya, deh. Dongho hyung tidak menyeramkan. Dongho hyung itu bisa diibaratkan seperti a big fluffy teddy bear."

"Benarkah? Aku masih tidak percaya."

Daehwi terdiam. "Jujur saja, aku ketakutan setengah mati saat mereka masuk ruangan. Tatapannya seperti orang yang ingin membunuh satu ruangan, tahu! Kalau tidak ingat sedang recording, rasanya aku ingin bersembunyi saja saat itu!"

Anggota timnya yang lain terdiam. Sepertinya mengingat-ingat kejadian yang sama dan memikirkan sejauh apa ketakutan Lee Daehwi terhadap Kang Dongho.

Tapi tidak dengan Samuel. Yang Samuel lakukan adalah tertawa. Lagi.

"Serius. Berhenti mengatakan Dongho hyung mengerikan di depanku, hyung. Kau mau membuatku mati karena tertawa?"

Daehwi hanya bisa menatap Samuel dengan tatapan tidak percaya.

Ditatap seperti itu malah membuat Samuel nyengir.

"Kuberi tahu satu hal, hyung. Diantara lima orang member NU'EST bukan Dongho hyung yang harus kau takuti. Dongho hyung adalah orang terakhir yang harus kau takuti dari lima orang itu. Yang harus benar-benar kau waspadai dan kau takuti adalah Minki hyung. Jangan tertipu dengan wajahnya, Minki hyung bisa sangat mengerikan walau sebenarnya Minki hyung itu sangat baik."

Yang lain hanya bisa menatap Samuel tidak percaya.

"Minki? Yang benar saja?"

Samuel hanya bisa menghela napas, "Kan sudah kukatakan untuk tidak tertipu dengan wajahnya."

Semuanya diam.

"Sepertinya kau meranking siapa di antara mereka yang paling menyeramkan, ya?" tanya Sungwoon.

Samuel menggumam, membenarkan. "Aku, sih, tidak tahu apakah artist/trainee Pledis yang sekarang tahu tentang ranking yang kubuat ini. Tapi, dulu, waktu aku masih di Pledis hampir semua orang tahu. Bahkan Kahi saem pun tahu."

Yang lain hanya bisa menatap Samuel.

"Apa? Kenapa malah diam?"

Masih hening.

"Kalian ingin tahu rankingnya?"

Enam kepala mengangguk bersamaan. Samuel menghela napas.

"Nomor satu sudah kukatakan tadi. Minki hyung. Nomor dua Jonghyun hyung dan Minhyun hyung."

"Bersamaan?"

Samuel mengangguk.

"Alasannya?"

Samuel terdiam sebentar. "Well, Jonghyun hyung itu leader NU'EST. Baginya, kepentingan tim itu lebih di atas daripada kepentingannya. Kupikir tim apapun yang ada Jonghyun hyung, pasti lebih diutamakan olehnya. Kalau Minhyun hyung, sih, bisa dikatakan hampir mirip dengan Jonghyun hyung dengan tambahan kebahagiaan Jonghyun hyung."

Kebahagiaan Jonghyun? Aneh.

"Setelahnya ada Aron hyung. Aron hyung itu yang paling tua, jadi dia sangat protektif dengan adik-adiknya. Yang terakhir barulah Dongho hyung. Tapi, jika ada yang berani macam-macam dengan membernya yang lain, jangan tanya bagaimana mengerikannya Dongho hyung. Oh! Dongho hyung juga mengerikan kalau di dalam studio. Itu yang dikatakan Jihoon hyung, sih."

Daehwi memandang bingung Samuel. "Katamu tidak mengerikan, tetapi kenapa ujung-ujungnya tetap mengerikan, sih? Yang benar yang mana, sih?"

Yang ditanya cuma bisa nyengir. "Dua-duanya benar, sih."

Daehwi sudah hampir memukul kepala Samuel jika tidak ditahan Jinyoung.

"Lalu, kau sendiri, siapa yang paling kau takuti?" tanya Euiwoong.

"Yang paling kutakuti? Hmmm... sebentar kupikir dulu." Samuel diam. "Aku lebih takut pada Jihoon hyung. Aku melihat bagaimana Jihoon hyung mengejar Mingyu hyung dengan gitarnya mengelilingi ruang latihan. Mengingatnya saja, membuatku bergidik."

"Itu! Itu yang kurasakan saat melihat Kang Dongho!" Daehwi berteriak dengan tangan menunjuk Samuel. Beruntungnya, team 2 tidak mendengar teriakan Daehwi. Entah mau ditaruh di mana muka Daehwi kalau mereka sampai mendengarnya.

Anggota Boy in Luv team 1 lainnya hanya bisa diam sambil memikirkan sejauh apa ketakutan Lee Daehwi terhadap Kang Dongho. Lagi.

 

***

 

Kesan mengerikan yang disematkan Daehwi terhadap Kang Dongho sepertinya tidak akan hilang begitu saja. Sampai saat ini, Daehwi masih belum bisa percaya dengan penjelasan Samuel tempo hari tentang trainee Pledis.

Bagaimana Daehwi bisa percaya pada Samuel jika Daehwi mengingat insiden doubling saat rehearsal? Daehwi sudah ingin menangis saat itu —sekarang pun, jika teringat tentang insiden itupun, rasanya Daehwi langsung ingin menangis— apalagi saat namanya disebut. Tatapan Kang Dongho benar-benar membuatnya ketakutan. Tatapannya tajam sekali, jika kau bisa mati gara-gara ditatap seperti itu, Daehwi yakin dia sudah mati berkali-kali.

Selain insiden doubling, adu panco antar tim juga semakin menguatkan kesan mengerikannya terhadap Kang Dongho. Daehwi tahu Kang Dongho itu kuat. Dari perawakannya saja sudah terlihat. Daehwi merasakan sendiri kuatnya Kang Dongho saat Daehwi harus berhadapan dengannya. Tidak mengherankan jika seluruh anggota timnya dikalahkan begitu saja tanpa perlawanan. Melihat Kang Dongho bermain-main dengan Haknyeon membuat Daehwi teringat perkataan Samuel tempo hari tentang bagaimana protektifnya Kang Dongho terhadap anggota timnya.

(Daehwi tahu, kok, kalau Kang Dongho hanya membalas perlakuan Haknyeon kepada Kuanlin, tapi tetap saja, itu sangat mengerikan.)

Mengingat semua insiden itu membuatnya bergidik.

"Kau kenapa?" Jinyoung yang duduk disebelahnya bertanya. Sepertinya melihat Daehwi bergidik tadi. "Kau sakit?"

Daehwi menggelengkan kepalanya.

"Tapi tadi kulihat kau sepertinya sedang menggigil kedinginan," Jinyoung meletakkan punggung tangannya ke dahi Daehwi. "Tidak panas."

"Daehwi hyung bukannya sakit, hyung, tapi sepertinya ketakutan mengingat Dongho hyung," malah Samuel yang menjawab dengan nada geli di suaranya.

"Bagaimana aku tidak ketakutan, jika dia menatapku seperti itu kemarin? Lagipula kau tidak ingat, bagaimana dia bermain-main dengan Haknyeon hyung kemarin? Kau saja juga langsung dikalahkan begitu saja."

Tanggapan Samuel masih saja sama. Tertawa.

"Dongho hyung hanya bermain-main saja kemarin. Tidak usah beranggapan jika Dongho hyung akan selalu menantang adu kekuatan seperti kemarin, hyung."

Samuel hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat Daehwi yang terdiam. Melihat Samuel, Daehwi hanya bisa menghela napas. Daehwi benar-benar ketakutan kemarin. Apa Samuel tidak bisa melihatnya? Hmmp. Menyebalkan.

Mengabaikan Samuel yang kembali sibuk dengan sarapannya, Daehwi lebih memilih mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Mengamati semua trainee, melihat bagaimana mereka menikmati pagi dengan semangat, yang terlihat seperti tanpa beban. Melupakan kemungkinan beberapa dari mereka akan tereliminasi.

(Jika kau bertanya pada Daehwi, apa yang lebih menakutkan, tereliminasi atau Kang Dongho. Jawabannya sudah pasti Kang Dongho. Semenakutkan itu Kang Dongho bagi Daehwi.)

Seperti magnet, pandangan Daehwi seolah-olah ditarik untuk mengarah pada trainee Pledis. Kim Jonghyun dan Hwang Minhyun —dengan magnae Cube, Yoo Seonho yang bergelendotan di lengan Hwang Minhyun— duduk semeja dengan tim 2 Sorry Sorry dengan tambahan Lee Woojin. Choi Minki duduk dengan segerombolan bocah.

("Kau sendiri juga masih bocah, Lee Daehwi," kata Sungwoon saat Daehwi menyebut para magnae sebagai bocah.)

Daehwi tidak melihat Kang Dongho di manapun. Daehwi hanya berharap, jika nanti Kang Dongho muncul untuk sarapan, Daehwi sudah selesai dengan sarapannya.

Daehwi benar-benar benci takdirnya dengan Kang Dongho.

"Minji-ah~... Minji-ah."

Baru saja Daehwi selesai berharap, bukannya terkabul malah suara Kang Dongho yang terdengar. Daehwi hanya bisa melirik, tidak berani terang-terangan melihat, bagaimana Kang Dongho masuk —diekori oleh Kuanlin— dengan memanggil seseorang yang bernama Minji dengan ceria.

Kang Dongho? Ceria? Tidak mungkin. Bukan kombinasi yang cocok menurut Daehwi. Tapi, siapa itu Minji? Seingatnya tidak ada yang bernama Minji. Daehwi bingung.

Yang lebih membuatnya bingung adalah sikap Kang Dongho setelahnya. Kang Dongho duduk di sebelah Choi Minki, mengalungkan lengannya ke atas bahu Choi Minki, sebelum berkata, "Minji-ah... Aku kangen~" dengan nada merajuk —dan mungkin bisa dikatakan, manja. Manja— sambil meletakkan kepalanya di bahu Choi Minki.

Daehwi, yang kebetulan duduk di depan meja mereka, hampir tersedak melihat pemandangan tersebut.

"Minggir. Ganggu Minhyun saja sana," kata Choi Minki sambil melepaskan rangkulan tangan Kang Dongho.

Kang Dongho cemberut —cemberut! Ya Tuhan, Daehwi ingin pingsan melihatnya— "Kau tega padaku, Minji-ah? Kau ingin aku mati dibunuh Minhyun gara-gara mengganggu waktunya dengan permaisurinya? (Permaisuri?) Ya Tuhan, aku punya salah apa sampai aku punya teman sepertimu?" Kang Dongho berbicara dengan tangan di dada dengan gestur terluka.

(Daehwi sempat melirik Hwang Minhyun saat mendengar ucapan Kang Dongho. Ekspresi Hwang Minhyun benar-benar dingin saat mendengarnya.)

Choi Minki melemparkan pandangan yang seolah-seolah mengatakan 'kau sudah gila, ya?', memalingkan wajahnya, dan berkata, "Pergi sana. Kau membuatku kehilangan selera makan."

Daehwi tersentak. Daehwi tahu kalau trainee Pledis itu sangat dekat —bagaimana tidak dekat jika mereka sudah tinggal bersama bertahun-tahun— tapi, mengatakan hal tersebut dengan nada sekasual itu sama artinya cari mati. Ya Tuhan, tidakkah Choi Minki bisa melihat perubahan ekspresi Kang Dongho?

"Hyung, berhenti bertingkah seperti itu. Geli, tahu! Sekali-kali bersikaplah sesuai dengan umurmu," Samuel tiba-tiba saja berbicara. Sepertinya anak ini juga cari mati.

Daehwi berdoa untuk keselamatan temannya.

"Ya, Kim Samuel! Apa yang kau katakan tadi?!" Kang Dongho berbalik dan meraih Samuel dalam sebuah headlock, "Coba ulangi lagi, apa yang kau katakan tadi Kim Samuel? Katakan atau kau kugelitiki."

"Hyung! Hentikan! Ampun, hyung, geli. Hahahahaha.." Samuel berontak sambil tertawa geli. "Jonghyunnie hyung, tolong aku! Aku tidak mau mati gara-gara tertawa!"

Daehwi hanya bisa memandang dengan mulut terbuka lebar. Terlalu terkejut. Yang lebih membuat terkejut adalah, bukan Kim Jonghyun yang bersuara tapi Hwang Minhyun. "Tak bisakah kau berhenti? Kepalaku sakit melihatnya."

Daehwi terkejut dengan nada suara Hwang Minhyun. Dingin sekali. Daehwi sampai merinding mendengarnya. Mengapa trainee Pledis mengerikan sekali, sih?

Daehwi melihat Kang Dongho melepaskan Samuel dan berjalan menuju ke tempat Hwang Minhyun duduk.

Astaga, lihatlah raut wajah Kang Dongho! Daehwi ngeri melihatnya. Raut wajah Kang Dongho seperti orang yang ingin menantang berkelahi saja.

"Umm, hyung, Minki hyung?" Daehwi memanggil takut-takut Choi Minki.

"Ya? Ada apa?"

"Umm, itu," menunjuk Kang Dongho yang sudah berdiri di belakang Hwang Minhyun, "tidak apa-apa?"

Choi Minki hanya melirik sekilas, lalu mendengus. "Biarkan saja."

Ya, Tuhan. Bagaimana ini? Daehwi bingung, ya, Tuhan.

Daehwi —dan trainee lain di sekitarnya— hanya bisa melihat apa yang akan Kang Dongho lakukan,

yang membuat Daehwi melongo dan akhirnya tambah bingung.

Yang Kang Dongho lakukan bukan mengajak Hwang Minhyun berkelahi tetapi malah duduk di samping Kim Jonghyun dan —Daehwi mengucek matanya karena tidak percaya dengan apa yang dilihatnya— merangkul Kim Jonghyun (ngedusel itu, ngedusel!).

"Jonghyunnie, Minhyun jahat padaku. Marahi, ya?" Kali ini Daehwi benar-benar tersedak melihat kelakuan Kang Dongho.

Astaga, apa-apaan itu?

Mendengar perkataan Kang Dongho, raut muka Hwang Minhyun mengeras, "Kang Dongho, berhentilah bersikap kekanakan seperti itu. Benar kata Samuel, menggelikan."

"Tuh, kan, benar apa yang kukatakan. Minhyun hyung saja setuju denganku!"

Kang Dongho malah semakin mengeratkan pelukannya pada Kim Jonghyun, "Jonghyunnie~"

"Ya, Kang Dongho!" Daehwi benar-benar takut mendengar nada suara Hwang Minhyun.

Semua aktivitas di hall langsung terhenti mendengar suara Hwang Minhyun. Sepertinya semua orang kaget dengan apa yang terjadi di antara trainee Pledis. Sepertinya semua orang menunggu apa yang akan terjadi berikutnya.

Dan yang terjadi adalah suara tertawa Kim Jonghyun. Daehwi belum pernah mendengar suara tertawa Kim Jonghyun, (melihat bagaimana reaksi anggota tim 2 Sorry Sorry, sepertinya mereka juga belum pernah mendengar suara tertawa Kim Jonghyun yang sebebas itu) hanya sapaan sopan dan senyum yang tertukar saat berpapasan.

Kim Jonghyun menepuk-nepuk pundak Kang Dongho, "Dongho-yah, berhenti mengganggu Minhyunnie. Kau ini senang sekali, sih, mengganggu Minhyunnie."

"Hehehe... Habis, menggangu Minhyun menyenangkan, sih," perkataannya membuahkan pukulan di kepala dari Hwang Minhyun.

"Pergi. Kembali sana ke mejamu. Kerjamu hanya membuat kepalaku sakit saja. Dan, tidak bisakah kau melepaskan tubuhmu dari Jonghyun? Badanmu jauh lebih besar dari badan Jonghyun, tahu."

"Kau hanya tidak suka aku merangkul Jonghyunnie secara terang-terangan, kan?" Kang Dongho berkata sambil menaikturunkan alisnya. Alhasil, kepalanya mendapatkan pukulan lagi.

"Sudah, sudah. Tidak baik berkelahi," lerai Kim Jonghyun. "Dongho-yah, kau mau duduk di sini?"

"Duduk di sini? Tidak. Kau kembali saja ke mejamu sana. Ganggu Minki saja sana. Jangan ganggu kami."

"Ya! Kenapa aku ikut dibawa-bawa?!"

Kang Dongho tersenyum miring. Daehwi kembali ketakutan.

"Sepertinya, aku duduk di sini saja. Lagipula lebih enak mengganggumu daripada mengganggu Minki. Sikutannya lebih sakit daripada pukulanmu," kali ini Kang Dongho bisa menghindari pukulan Hwang Minhyun. "Kuanlin-ah! Pindah sini saja!"

Daehwi melihat Kuanlin berdiri dari duduknya dan pindah menuju meja tim Sorry Sorry, mendudukkan dirinya di samping Seonho.

Dan semuanya kembali seperti semula. Daehwi hanya bisa melongo, bingung.

"Hyung, tak bisakah kau menutup mulutmu? Aku takut kalau ada lalat yang masuk, hyung," suara Samuel menyadarkannya. "Kau sudah seperti orang yang kebingungan saja, kau kenapa?"

Daehwi hanya bisa membuka dan menutup mulutnya. Tak tahu harus berkata apa, otaknya tidak sanggup memberikan perintah kepada mulutnya untuk berbicara, hanya bisa memandang bergantian antara Samuel, Choi Minki, dan meja tempat Kang Dongho, Kim Jonghyun, dan Hwang Minhyun duduk.

"Sudah, kau makan saja Daehwi," itu Sungwoon yang berbicara.

 

つづく

 

-------

Sedang mencoba untuk membuat chaptered fiction, keluar dari zona nyaman oneshot yang kalau udah selesai ya selesai aja

(Heleh, bilang aja nggak mau nge-post long oneshot, makanya dipost jadi chaptered fiction {diem, deh! makin lama itu suara makin nyebelin})

Umm. . .

Terima kasih sudah mampir dan menyempatkan membaca.

 

Sampai jumpa di chapter selanjutnya ~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
server_room #1
Chapter 3: Woww ini cerita gado2 banget..friendship brothership nya dapet banget. Ditunggu selanjut nya ya.
ToxicVixen #2
Chapter 3: aduh baper berkepanjangan nihhhhh ngakak banget dan bener2 suka sma ceritanya soalnya ketakutan daehwi bikin mau ketawa. Continue the amazing job!!
emarginata
#3
Chapter 2: aaah inspirit juga yaa >< iya sedih bgt hoya pergi, tp y itu udh keputusan dia, kita cm bs support aja.. Anyway aku br sadar lho kalo Minki g dikasih clip on mic, emang beneran gt??
emarginata
#4
Chapter 1: ceritanya lucuu, sukaaak :) coba dongho masuk wanna one ya, pasti akan banyak momen sm daehwi. Ah, kok jd baper lg, sudah lupakan! Anyway, bikin yg pas mereka satu tim bbuljangnan dong, Thor-nim :)