Chapter 1 : Awal Mula

Be My Queen

Match won by Nichkhun Buck Horvejkul 21-19 21-23 25-23.

Ucapan dari umpire tersebut menegaskan kemenangan Nichkhun atas lawannya. Dilemparkannya raket yang digenggamnya itu ke sembarang arah, berguling bahagia di atas karpet hijau mengekspresikan kebahagiaan dan kelegaannya sebentar kemudian berlari memeluk pelatih yang mendampinginya di sisi lapangan baru menghampiri lawannya untuk berjabat tangan usai pertandingan. Dengan isyarat singkat, ia mengapresiasi performa lawannya. Pertandingan yang baru saja mereka lalui harus diakui bukanlah pertandingan yang mudah. Keduanya ingin menang. Keduanya ingin juara.

****

Siapa yang tak mengenal Nichkhun Buck Horvejkul. Pebulutangkis muda dengan segudang prestasi. Sudah puluhan gelar juara berhasil ia rengkuh. Baik dari kejuaraan lokal, nasional, maupun internasional. Pencapaiannya itu mmbuatnya disegani oleh banyak pemain dan juga pelatih dari klub lokal hingga mancanegara. Belum lagi ditambah dengan parasnya yang tampan serta pribadinya yang ramah dan baik kepada semua orang membuatnya seakan menjadi pribadi yang sempurna tanpa celah.

"Jadi Khun, bagaimana perasaannya akhirnya dapat memenangkan turnamen ini?" tanya seorang wartawan muda berkaca mata membuka sesi press conference usai Khun, sapaan akrab Nichkhun memenangkan pertandingan.

"Yang pasti senang karena saya masih bisa terus berprestasi dan menambah gelar juara," jawab Nichkhun yang disimak dengan seksama oleh seluruh wartawan olahraga yang hadir di ruang press conference. "Meski harus diakui dalam pertandingan kali ini jalan saya tidak mudah. Lawan bermain dengan sangat apik bahkan tadi saya hampir saja kalah jika saja lawan tidak terburu-buru untuk mematikan bola. Mungkin lawan sudah mulai lelah makanya ingin segera mengakhiri pertandingan," lanjut Nichkhun diiringi dengan kekehan yang disambut dengan tawa dari seluruh wartawan yang ada dalam ruangan.

Begitulah Nichkhun. Ia selalu bisa mencairkan suasana. Dengan jokes-jokes ringannya ia bisa membawa suasana yang tegang menjadi lebih santai dan ringan tanpa meninggalkan esensi keseriusan. Pembawaan dari sifatnya ini juga menjadikan Nichkhun sebagai 'Prince of Media Center'. Karena setiap Nichkhun mampir ke media center untuk melakukan press conference atau sekedar wawancara singkat, semua wartawan akan berkerumun menyimak penjelasannya.

News is about Nichkhun and Nichkhun is News.

Begitu julukan yang diberikan oleh para wartawan kepada Khun.

"Khun, turnamen ini kan turnamen nasional akhir tahun. Lalu apa rencana Khun di tahun yang akan datang?" tanya seorang wartawan perempuan melanjutkan sesi tanya jawab yang sempat terinterupsi oleh tawa.

Sebelum menjawab, Nichkhun mengangguk sembari melempar senyum ramah kepada wartawan perempuan tersebut yang justru membuat si wartawan tersipu malu akibat ulah Nichkhun itu.

"Untuk rencana tahun depan, saya tetap masih akan rutin mengikuti pertandingan. Ada beberapa pertandingan yang saya target untuk menjadi juara. Jadi saya akan lebih meningkatkan porsi latihan dibanding sebelumnya," jawab Nichkhun yang kembali diakhiri dengan senyum yang membuat wartawan-wartawan perempuan histeris tertahan.

Tidak ada yang bisa menolak pesona Nichkhun. Terutama para yeoja. Melihat wajah Nichkhun saja sudah sanggup membuat hati berbunga-bunga, apalagi jika ditambah dengan senyuman bahkan wink-nya yang menggemaskan. Mungkin mereka akan menganggap dunia ini adalah surga dan Nichkhun sebagai malaikatnya.

"Dengar-dengar Pelatnas dan Tim Nasional menawarkan Khun untuk bergabung?"

Pertanyaan yang tiba-tiba dilontarkan oleh salah seorang wartawan berambut kribo yang duduk di ujung ruangan itu membuat seisi ruangan presscon yang semula riuh mendadak hening. Satu-dua wartawan bahkan tampak menggeleng dan mengedikkan bahu satu sama lain yang menandakan bahwa mereka tidak sepenuhnya paham akan situasi yang terjadi.

"Apakah tawaran tersebut akan diterima? Atau Khun akan tetap berkarier di jalur profesional?" si wartawan kribo melanjutkan pertanyaannya menghiraukan rekan-rekan wartawan yang lain yang tidak paham.

Hening cukup panjang terjadi dalam ruang presscon yang beberapa menit yang lalu sempat riuh. Beberapa wartawan saling berbisik mencari bocoran informasi. Sedangkan Nichkhun, terlihat memejamkan mata seperti memikirkan dan mempertimbangkan sesuatu.

"Ehem.."

Nichkhun berdeham bukan karena tenggorokannya gatal atau ada sesuatu yang mengganggu saluran bicaranya, tapi untuk menghilangkan kekagetan dan kegugupan akan pertanyaan yang baru saja ia dengarkan.

"Untuk pertanyaan tesebut, saya masih belum bisa memutuskan dan memberikan jawaban. Tapi jika Pelatnas dan Tim Nasional membutuhkan saya, dan memberikan penawaran serta kesempatan untuk saya bergabung, saya sangat berterima kasih dan akan mempertimbangkannya dengan matang," jawab Nichkhun diplomatis.

Selama ini Nichkhun memang dikenal sebagai atlet yang berkarier secara profesional. Segala kebutuhan akan pelatih, sparring partner, jadwal serta porsi latihan, hingga keikutsertaan dalam pertandingan diurusinya sendiri bersama tim sponsor dan tim manajemen yang membantunya. Tim sponsor serta manajemennya pun bukan orang-orang asing, melainkan sahabat-sahabat dan adik semata wayangya Cherreen. Maka tak perlu heran mengapa Nichkhun selalu terlihat enjoy dalam setiap kesempatan. Hal itu karena ia dikelilingi oleh orang-orang yang sangat dekat dengannya, yang sangat membantu dan mendukung karier serta keputusan-keputusan yang diambilnya.

Selain masih aktif menjalani karier sebagai pemain, Nichkhun juga memiliki sebuah klub yang didirikannya bersama pelatih dan beberapa mantan pemain nasional. Seringnya Khun meminta tolong untuk dicarikan sparring partner untuk teman latihan, membuat Khun akhirnya akrab dan sering bertemu dengan mantan-mantan pemain nasional seperti Ra Kyung Min, Kim Dong Moon, Lee Dong Soo, dan Yoo Yong Son yang pada akhirnya bersama sepakat mendirikan sebuah club untuk tempat pemain-pemain muda berlatih sekaligus tempat mencari bibit pemain yang mungkin akan menggantikan posisi Nichkhun di masa mendatang. Hasilnya? Beberapa pemain asuhan klub Khun berhasil menjuarai turnamen junior regional.

****

"Khun... coba jelaskan apa arti dari semua ini!"

Taecyeon sahabat sekaligus pemilik OkCat Inc perusahaan yang mensponsori sebagian kegiatan Nichkhun di luar pemenuhan keperluannya seperti raket, sepatu, tas, dan jersey muncul menginterupsi kesenangan Nichkhun yang sedang asyik menikmati libur akhir tahunnya dengan menonton film melalui TV Plasma di ruang santai apartemennya. Diangsurkannya iPad yang dibawa Taec, sapaan akrab Taecyeon tepat di depan wajah Nichkhun yang tak seinci pun menghiraukan interupsi Taecyeon. Ia tetap asyik dengan film yang ditontonnya.

"Apa sih Taec, kau tidak lihat kalau aku sedang nonton film?" elak Nichkhun menyingkirkan iPad yang diangsurkan Taecyeon dari depan wajahnya.

Taecyeon mendengus melihat reaksi Nichkhun yang menurutnya menyebalkan itu. Ia lantas menghempaskan tubuhnya di sofa tepat di sebelah Nichkhun. Mengambil remot yang tergeletak di atas meja kemudian mematikan layar televisi secara tiba-tiba.

"Yaaa, Ok Taecyeon..!!" suara Nichkhun menggelegar memenuhi ruangan. "Bisa tidak kau tidak bersikap menyebalkan?"

Giliran Taecyeon yang memasang wajah tanpa ekspresi menanggapi protesan Nichkhun yang menurutnya hampir mirip dengan demo buruh menuntut kenaikan UMR.

"Kembalikan remote tiviku!"

Nichkhun mencoba merebut remote televisi yang dipegang Taecyeon. Namun Taecyeon lebih sigap menyembunyikannya dan justru mengangsurkan iPad miliknya di depan wajah Nichkhun sehingga wajah tampan Nichkhun menabrak iPad yang diangsurkan Taecyeon itu.

"Jelaskan tentang ini dulu," ucap Taecyeon dengan suara tenang yang dalam. Yang diketahui Nichkhun itu adalah nada suara yang digunakan Taecyeom jika ia memang benar-benar serius dalam membahas atau membicarakan sesuatu.

Nichkhun menghela napas sebentar. Membetulkan posisi duduknya kemudian meraih iPad yang diangsurkan oleh Taecyeon ke hadapannya. Di layar iPad Nichkhun melihat sebuah artikel dengan judul besar, "Tawaran Bergabung Pelatnas, Nichkhun : Saya akan Mempertimbangkan." Ibu jari Nichkhun menggeser layar iPad, membaca artikel tersebut hingga tuntas. Dari pembacaan singkatnya, artikel tersebut memang berisi tentang statement yang diucapkannya pada konferensi pers beberapa hari yang lalu usai ia memenangkan Kejuaraan Nasional akhir tahun.

"Coach Ha menawariku untuk bergabung di Pelatnas," Nichkhun akhirmya membuka suaranya.

Taecyeon yang mendengar jawaban dari Nichkhun refleks menggeser posisi duduknya hingga tepat menghadap Nichkhun.

"Masih secara pribadi. Belum ada surat resmi yang dikirimkan," lanjut Nichkhun sembari meletakkan iPad Taecyeon ke atas meja. Matanya bertemu dengan mata Taecyeon yang terlihat serius.

"Lalu kenapa kau tidak segera memberi tahuku?" tanya Taecyeon.

Nichkhun kembali menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa. Menghindari tatapan Taecyeon yang semakin mengintimidasi.

"Aku berencana untuk memberi tahumu besok. Tapi kau sudah tahu lebih dulu. Ya sudah."

Nichkhun mendengar Taecyeon mendengus sebagai reaksi akan jawabannya. Ia juga mengira bahwa Taecyeon akan mendebat jawabannya tapi ternyata Taecyeon justru ikut menyandarkan punggungnya di sofa. Bersisian dengan dirinya yang menatap lurus layar televisi yang gelap.

"Sejujurnya aku bingung Taec. Apakah aku harus menolak ataupun menerima jika tawaran itu benar-benar datang," ujar Nichkhun dengan suara lemah setelah hening yang cukup lama.

Taecyeon menghembuskan nafas panjang. Ia tahu betul apa yang dirasakan oleh sahabatnya itu. Nichkhun, di satu sisi sangat ingin bergabung dengan Tim Nasional dan Pelatnas yang hal tersebut dijadikan jalan oleh Nichkhun untuk mewujudkan mimpi-mimpinya menjuarai berbagai kejuaraan yang selama ini tidak bisa diikutinya karena tersandung syarat harus menjadi pemain Tim Nasional. Tapi di sisi lain, ia memiliki satu alasan khusus yang hanya Nichkhun dan sahabat-sahabat terdekatnya yang tahu mengapa Nichkhun lebih memilih untuk berkarier secara profesional. Padahal kesempatan untuk bergabung dengan Pelatnas dan Tim Nasional pernah ia dapatkan beberapa tahun yang lalu.

"Aku tidak mau mengacaukan semuanya, Taec..."

****

"Eonnie..."

Panggilan setengah berteriak dari perempuan remaja itu membuat seorang perempuan yang tengah merapikan shuttlekock yang usai ia gunakan berlatih refleks menoleh. Remaja itu berlari ke arahnya dengan bulir-bulir keringat yang menetes dari pelipisnya. Sepertinya ia baru saja kembali dari jogging track usai melakoni latihan endurance.

"Eonnie..." ucapnya sembari mengatur napasnya. "Apa kau sudah mendengar kabar promosi-degradasi untuk tahun depan?" lanjutnya dengan napas yang masih terengah-engah.

Perempuan yang dipanggil 'eonnie' itu hanya menggeleng. Kemudian mengangsurkan botol minum pada remaja di hadapannya itu. Dengan cekatan, diraihnya botol minum itu oleh si remaja dan langsung menghabiskan isinya hingga tandas.

"Akan ada beberapa yang terkena degradasi. Masing-masing dua orang dan dua pasang dari masing-masing sektor tunggal dan ganda," ucap si remaja sambil duduk di sisi depan orang yang sudah dianggapnya kakak itu.

"Cukup banyak juga," komentar si perempuan terhadap info yang diberikan sang junior yang sudah dianggapnya adik. "Tapi bukannya memang seperti itu? Akan ada yang pergi dan akan ada yang bergabung," lanjutnya.

"Tapi bukan itu yang membuatku buru-buru untuk menemui Eonnie..."

"Lalu?"

Si remaja menoleh ke kanan dan ke kiri sebelum akhirnya mendekatkan kepalanya dan berkata, "Ada nama Jae hyung di daftar list degradasi di sektor tunggal putra," ucapnya dengan sedikit berbisik.

"Mwoo..??" teriak si perempuan sebagai reaksi. Menjauhkan tubuhnya dari sang junior. "Bagaimana bisa?"

Si remaja mengedikkan bahu sebagai jawaban.

"Kau tahu darimana informasi ini?"

Si remaja memberikan isyarat agar seniormya itu kembali mendekatkan tubuh dan kepalanya pada dirinya.

"Aku tadi tidak sengaja melihatnya di bench dekat Coach Ha duduk. Kebetulan ada berkas Coach Jung yang lupa belum diambilnya di dekat situ, dan Coach Jung memintaku untuk mengambilnya. Saat itu lah aku tidak sengaja melihatnya."

"Lalu apa kau melihat, siapa yang kemungkinan akan menggantikan Jae?"

Si remaja berpikir, mengingat-ingat gambaran kertas yang hanya sekilas dilihatnya.

"Sepertinya aku melihatnya. Tapi aku tidak yakin,"

"Siapa?"

"K-Khun," jawab si remaja yang seketika membuat si perempuan shock saat mendengarnya. Tapi ia buru-buru menetralkan ekspresinya sebelum si juniornya itu menyadarinya.

"Apa kau yakin?" tanyanya memastikan.

"Molla.. karena Coach Ha juga menuliskannya masih dengan tulisan tangan," jawab si remaja mulai dengan suasana santai. "Memangnya kenapa?" tanyanya kemudian.

"Anni... aku hanya ingin tahu saja."

Kemudian keduanya bersama-sama bergegas membereskan shuttlekock yang masih tercecer dan sempat mereka abaikan akibat perbincangan yang mereka lakukan. Setelahnya, keduanya kembali ke kamar asrama masing-masing untuk beristirahat sebelum esok hari menghadapi rutinitas yang sama. Berlatih... berlatih... dan berlatih.

Di perjalanan menuju kamar asrama, si perempuan terngiang kembali nama yang diucapkan oleh juniornya yang jika informasi tersebut valid dan benar adanya akan bergabung menjadi anggota Tim Nasional yang itu artinya mereka akan setiap hari bertemu. Suatu hal yang selama ini sangat dihindarinya. Memang mereka terkadang harus bertemu ketika mereka mengikuti turnamen yang sama, tapi menghindarinya di sebuah turnamen masih jauh lebih mudah dibanding harus menghindarinya di tempat ini. Di Pelatnas. Tempat setiap hari ia tinggal dan berlatih.

"Kenapa harus dia?" ​​

 

TBC....

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet