PART IV: Something beetwen loneliness

Give Me A Heart, Loneliness



Musim dingin di kota besar yang dipenuhi manusia urban kesepian.

Apa yang kau harapkan ketika salju pertama turun wahai jiwa-jiwa sibuk namun kesepian?

A friend, a lover, a family or something between them?

Changmin memilih yang nomor tiga, bahkan setahun setelah berteman dengan Yunho. Sosok yang duduk di sampingnya dalam kafe yang hangat sambil menikmati cangkir kopi mereka dan laptop yang baru saja ditutup.

Berawal dari kenalan yang aneh diikuti kepercayaan yang aneh pula lalu menjadi teman curhat dan mencari saran.

"Sebenarnya..." ucapan Yunho setelah beberapa lama hening itu menarik perhatian Changmin dari jalanan yang mulai dipenuhi butiran putih. "Di hari itu aku sedang tidak jelas sampai membolehkanmu mendekatiku, biasanya aku akan lari. Bahkan aku yakin kamu orang jahat."

"Kenapa?"

"Hidupku lurus-lurus saja dan tiba-tiba aku merasa bosan."

"Aaah, mencoba-coba nakal ya."

"Ternyata itu tidak cocok dengan style-ku."
 
Changmin yang dari tadi memperhatikan tiba-tiba mengulurkan tangan dan menggenggam lembut tangan Yunho di atas meja. Yunho kaget namun tidak menolak.

"Kamu baik sekali, sungguh. Aku bersyukur bertemu denganmu."

Selama mengenal Changmin, Yunho yakin tidak pernah mendengar pujian semanis itu terlontar. Dia selalu sarkas dan menjawab dengan joke saat mengobrol. Jadi Yunho hanya bisa mengucapkan terima kasih dengan canggung. Changmin kemudian membuka mulutnya seperti ingin mengatakan sesuatu namun diurungkannya.

Yunho lalu menarik tangannya.

Changmin masih menatapnya penuh arti dan Yunho menarik diri dari area itu. Mereka memang berteman namun tetap memiliki area yang tak boleh dimasuki masing-masing. Kini hangatnya dalam kafe diinvasi kebekuan canggung.

"Kalau begitu aku pulang duluan ya. Belakangan ini kurang tidur banget."

Changmin mengangguk canggung dan Yunho sibuk memakai perlengkapannya menerjang dingin. "Mau kuantar?"

Yunho yang mengalungkan tasnya ke bahu berhenti sejenak lalu mengangguk.

Perjalanan menggunakan mobil Changmin pun hening, bahkan Yunho sempat ketiduran sebentar dan dibangunkan saat sampai di depan kontrakannya. Setelah mengucapkan terima kasih ia berjalan malas-malasan menuju pintu pagar.

"Yunho!" Changmin yang berlari kecil dengan cepat sampai di hadapan Yunho lalu terdiam. Yang dipanggil menunggu dengan sabar menanti kelanjutan.

"Jangan coba-coba menciumku lagi ya."

Yunho berniat bercanda dengan kalimat itu namun malah itu yang terjadi. Kaget tapi tidak kaget juga walau rasanya seperti tokoh dalam drama picisan.

Berbeda dari tahun lalu, kali ini Yunho bisa merasakan segenap perasaan yang dicurahkan Changmin dalam ciumannya. Bahkan mampu membuat wajah dan telinganya memerah.

Tanpa sadar Yunho membalas ciuman itu samar-samar dan membuat Changmin melepas lalu menatapnya tak percaya. "Aku mengenalmu jadi aku tidak berani merasa terlalu pede. Kalaupun malam ini kita habiskan untuk berciuman, itu bukan jaminan kita officially dating kan?"

Yunho tersenyum kecut. Kenapa di saat seperti ini?

"Lalu kenapa kamu berani menciumku?.....lagi."

"Aku ini sudah desperate!" tiba-tiba Changmin begitu emosional hingga membuat Yunho membelalak kaget. "Aku yakin banget kamu tahu perasaanku, alasanku kenapa mau berteman denganmu selama setahun ini, tapi aku sudah tidak kuat lagi. Aku bukan second lead dalam drama-drama. Aku tidak mau kita sebatas berteman, aku tidak bisa menerima itu!"

Yunho merasakan adrenalinnya naik tapi sekuat tenaga ia tutupi. Hujan salju lembut yang mulai turun lagi tak mampu meredamnya. Mereka.

"Ini akan jadi yang terakhir. Jika kamu tidak menerimaku, hapus kontakku di ponselmu dan aku hapus nomormu. Kita tidak usah berhubungan lagi."

"Tapi-"

"Berhentilah bersikap egois hyung! Tidak semua hal berjalan sesuai keinginanmu."

.........

rasanya salju semakin deras dan menggigit.

.........

"Apa maksudmu?"

"Kamu selalu bersikap seperti itu. Melakukannya tapi tidak merasa. Kamu tidak tahu bagaimana pandangan teman-temanku padaku yang menuruti kemauanmu tapi tidak jelas statusnya apa, karena yang namanya teman tidak seperti itu. Aku capek."

"Apa kita ini masih remaja? Kenapa kamu mengatakan hal seperti itu?"

"Karena kita sudah bukan anak remaja jadi aku bisa mengatakan itu hyung!"

"Saljunya semakin deras, kita lanjutkan saja di dalam rumah." Yunho meraih tangan Changmin dan ditepis.

"Kan, kamu melakukannya lagi."

Yunho tak punya pilihan selain menarik tangannya canggung. Changmin yang sedang emosi selalu membuatnya pusing dan takut. Semakin hari semakin takut.

"Tadi kamu bilang sendiri ingin segera tidur kan. Kalau begitu aku pulang." Changmin yang sudah berjalan menuju mobil lalu berbalik. "Dan kita tidak usah bertemu lagi."

Yunho mematung melihat mobil Changmin pergi meninggalkannya.

Changmin menyetir sambil menangis. Tak paham pasti kenapa dia bisa seperti ini padahal seharusnya semua ini tidak seserius itu. Ya, seharusnya.

Changmin membuka lock ponselnya ketika berhenti di lampu lalu lintas.


Diketikkannya "Sorry, I'm quit" dan dilemparkan begitu saja. Tak peduli pesannya terkirim atau tidak.

Ini sudah membuatnya gila.

Perulangan memori ciuman tadi membuatnya semakin gila. you!! Both of you!!

 


**********

 

 

Sudah pasti kejadian itu membuat Changmin tak bisa tidur di ranjangnya. Penghangat sudah menyala dan gadget dimatikannya tapi otaknya tak bisa berhenti berpikir. Hatinya tidak bisa berhenti merasa sakit dan kecewa.

Menyerah, Changmin akhirnya membuka simpanan wine dan meminumnya di kegelapan rumahnya. Gelap ini secara aneh menenangkan hatinya dan pikirannya perlahan mulai kosong. Meredakan gejolak emosi yang tadi.

Kenangan masa lalu dan hubungan percintaannya yang absurd terlintas lagi. Changmin terkekeh sendiri saat ingat salah satu mantannya menyumpahinya ditolak orang yang benar-benar dicintainya. Sepertinya kutukan itu datang sekarang.

Ya sudahlah kalau ternyata dirinya ternyata takluk di tangan Yunho.

Changmin sedang mengingat-ingat apa yang membuatnya begitu menyukai Yunho ketika bel rumahnya berbunyi. Jelas saja dia terlonjak kaget. Antara takut, khawatir dan gerutuan kesal toh tetap membuat Changmin mengintip siapa tamu dini hari itu.

Yunho???

Changmin sempat ragu namun akhirnya membuka pintu setelah bel dibunyikan kelima kali. Jelas Yunho tak akan beranjak jika tidak diterimanya. Dengan tampang clueless, Yunho mengucapkan "sorry".

Changmin menarik Yunho masuk karena khawatir mengganggu tetangga. "Ini jam 3 pagi dan kamu ke sini hanya untuk minta maaf?"

"Kamu marah ya?"

Changmin memutar bola matanya malas dan meninggalkan Yunho begitu saja di ruang tamu. Yunho sudah tahu isi apartemen kecilnya ini. Yakin Yunho mengikutinya, Changmin pun menawarkan minum wine.

"Aku tidak bisa tidur kalau tidak segera minta maaf."

"Oke, aku menerimanya. Sekarang minum wine ini lalu pulanglah." Changmin menyodorkan gelas wine dengan isi sedikit. Warnanya yang khas seakan memantulkan jutaan perasaan di dalam diri Yunho saat ini.

Bukannya tak tahu atau kasihan, Changmin lebih memilih menikmati "balas dendam" ini. Itu sebabnya ia sengaja menawari wine. He deserves it.

We both deserves it, Yunho.

Yunho memandangi gelas di tangannya yang sudah kosong dan Changmin langsung mengambilnya. "Sudah habis kan, pulanglah dan istirahatlah. Lupakan semua ini. Let's move on."

Lalu tiba-tiba Yunho menciumnya. Untuk pertama kali ia melakukannya duluan. So passionate.

Changmin yang sempat kehilangan keseimbangan karena kaget akhirnya meletakkan gelas itu di meja tanpa memutus ciuman mereka. Ciuman yang begitu berharga dan tak bisa diukur dengan kata. Saling mengukur dengan lidah, syaraf, perasaan, tangan dan nafas. Sudah tidak ingat nama sendiri.

Yunho melepaskan ciuman itu karena mulai kehabisan nafas. Dibiarkannya semua merah dan semakin panas. "Rasanya aku mau pingsan."

Changmin yang melihat Yunho menyeringai saat mengatakan itu dalam keadaan berantakan membuat sirkuit otaknya mati. "I can't go back hyung."

"Call me hyung in your bed."

Senyuman itu berbeda, suara itu berbeda, semuanya tampak berbeda dalam sekejab di atas ranjang. Changmin kini memahami kenapa orang itu begitu terpikat dengan Yunho.

"Dia itu seorang pemuja sejati, tapi tak seperti yang kamu pikirkan."

For the first time, Changmin don't want to hurt his partner.

Because Yunho not just a but his beloved lover.

 

****************

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
garnet87
i'm so boring and suddenly feel want to write something. Please don't excpecting too much on me ^^"

Comments

You must be logged in to comment
angelmax #1
Chapter 5: Sweat banget.. Tp sayangnya terlalu singkat.... Sequel juseyo ya author nim.... Hehe
angelmax #2
Kyaaaaa..eke Baru nyadar ada epep ini.... Huweeee TT ga nyadar ah ada epep homin lg dari author nim yg satu ini hiks
Capcusss deh eke mo baca...
Bigeast88 #3
Chapter 5: Sukaaaaaa ceritanya~
Ngarep ada lanjutannya :3
bonamama0201 #4
Chapter 4: Finally!!! Tapi ini bukan akhirnya kaan?
Pengen cerita pas mereka akhirnya ud pacaran.. hehe
Makasih ya udah update.. fighting!!
Anashim #5
Chapter 4: ahirnya lebih dari sekedar teman..
itu yunho beneran suka cjangmin kan? bukan karena takut ditinggalin?
LMS_239
#6
Chapter 3: Wooo changmin, pantes mantannya kykny banyak u.u
Ciyeee yunho baper gegara changmin
Kekeke
LMS_239
#7
Chapter 2: Pray for their next meeting XD
Changmin berani jg lngsung nyium yunho hahahaha
LMS_239
#8
Chapter 1: Pertemuan yg unik XD
Tp moga membawa berkah buat yunho n changmin XD
Anashim #9
Chapter 1: sepertinya changmin bakal dijadiin pacar pura2 yunho..hihi