PART III: Another 12 Hours

Give Me A Heart, Loneliness

Yunho menghela nafasnya panjang setelah menekan tombol turn off laptop kerjanya di kantor. Laporan penjualan di acara pameran di Incheon sudah ia selesaikan tuntas. Pameran tiga hari dan 2 hari menyelesaikan laporan, artinya 5 hari berselang dari 12 jam yang aneh itu.

Luar biasanya, di tengah kesibukan itu Yunho masih teringat Changmin sesekali.

Bukan karena ciuman itu karena dirinya bukanlah anak muda yang serba dibawa perasaan untuk urusan hormonal seperti itu. Bagian ia tanpa sadar sangat mempercayai Changmin adalah hal paling mengganggu pikirannya. Baru pertama bertemu, kenal hanya nama, tapi ia mempercayakan keselamatan dirinya.

Gangguan kedua adalah kenapa Changmin tak mencarinya lagi.

Khusus bagian ini, Yunho mengakui bersikap labil.

Seandainya ia tahu sedikit saja informasi pribadi Changmin pasti sudah ditemuinya orang asing itu dan menuntaskan semuanya. So pathetic, right? Menunggu seseorang yang tidak jelas. Tanpa alasan jelas.
Demi apa juga tidak jelas.

Serba tidak jelas.

Sudahlah, batin Yunho sambil merapatkan lilitan syal di lehernya kemudian mengenakan coat tebalnya. Musim dingin yang kejam, tak menghargai hatinya yang sedang tidak jelas begini. Gerutuan sampai terlontar dari mulutnya saat mengunci pintu keluar toko kamera itu saking dinginnya. Ia memang tidak pernah suka musim dingin selain turunnya salju pertama.

Tapi suhu rendah itu tak ia gubris saat melihat Changmin berdiri di depannya. 

"Kamu menunggu dari tadi? Di luar begini?" Yunho tak menutupi kekhawatirannya, apalagi Changmin mengangguk. "Babo."

"You make me stupid."

Yunho melengos dan berjalan tanpa mempedulikannya sehingga Changmin mulai mengejar langkahnya. "Kupikir aku bakal dapat sambutan lebih dramatis."

"Sebenarnya aku ingin menamparmu tapi paling-paling sebentar lagi kamu akan kena hipotermia."

"Jahatnyaaaa~~"

Yunho tiba-tiba menghadap Changmin dan menudingnya. "Lebih jahat siapa? Seenaknya saja mencium lalu pergi begitu saja. Itu namanya pelecehan seksual dan aku bisa melaporkanmu ke polisi."

"Sorry..."

Yunho bisa merasakan ketulusan permintaan maaf itu dan sorot mata nervous Changmin. Ia sedang emosi jadi tak memberinya jeda tarik ulur. "Kamu berhutang cerita padaku saat itu tapi aku sudah tidak minat sekarang."

"Jinjja?"

"Karena aku bisa menebaknya. Paling-paling gombalan dan modus untuk mengajakku ke tempat tidur kan?"

"Tidak sepenuhnya salah sih."

"For your information, I'm not that kind of person."

"That's why i like you."

Yunho diam saja dan Changmin memanfaatkan kesempatan itu untuk mencoba kemungkinan kedua. 

"Kita sama-sama pria dewasa jadi ya aku mengakui bagian itu dan memang lebih baik mengatakannya di awal kan? Tapi sebagai pria dewasa aku juga bisa mengesampingkan itu karena aku serius. Kamu bisa membuktikannya. Let's talk about it. Anything."

Yunho masih diam.

"Just talk. We need someone to talk right? Mengobrolkan hal-hal sepele, serius, tidak berguna atau candaan norak-"

"Okay, let's talk about it." Yunho kemudian menggandeng tangan Changmin memasukkan ke saku coat-nya. "Selain gombalan, rayuan, atau apapun itu."

Changmin tak percaya ini bisa terjadi padanya. Bertemu seorang Yunho, seseorang yang seperti ini.

 


***********

 


Akhirnya mereka pergi ke kafe yang hangat, sama-sama menghindari keterlibatan alkohol yang bisa berujung melakukan tindakan bodoh semacam one night stand. Masih sama-sama waras rupanya.


"Jadi utang cerita apa waktu itu?"

"Katanya kamu sudah tidak tertarik?"

Yunho memutar bola matanya jengah lalu menyibukkan diri dengan isi gelas di tangannya. Changmin tahu didiamkan karena dia memang menjengkelkan. Tapi setidaknya ini membuatnya leluasa memandangi wajah Yunho yang lebih soft dari dugaannya. Mungkin karena tidak sedang kelelahan?

"Aku tidak suka first snow karena itu mengingatkanku pada Yuki no Hana-"

"Sebut saja dia mantan."

Changmin mendelik dan Yunho hanya mengangkat alias lalu menyandarkan punggung. "It's not big deal. Semua orang pernah patah hati dan punya mantan. Kamu tidak menderita sendirian."

"Masalahnya aku tidak tahu ternyata menyukainya, melebihi perkiraanku sendiri."

"You didn't believe in love?"

Changmin mengangguk setelah meminum kopinya sedikit. Pahit sepahit cintanya yang telah berlalu. "Seperti lagu cinta murahan. Aku menyadarinya setelah dia meninggalkanku. Klise. Dia menikah dengan wanita lain di saat salju pertama turun."

Yunho manggut-manggut tanpa kesan bersimpati. "Itu pasti menyakitkan sekali ya."

"Kenapa kamu suka dengan first snow?"

"Dibilang kok, aku suka aja, kesannya gimana gitu. Mellow." Yunho berhenti sebentar karena ditatap curiga oleh Changmin. "Memangnya kamu mikir karena alasan apa? Mantan? Gak semua orang punya drama dalam hidupnya."

"Jahatnyaaaa~"

Yunho terkekeh. "I didn't believe in love too. Tapi aku setia."

"Sudah punya pacar?"

"Setelah menciumku baru nanya? Ckckck..."

"Can't help it, you-"

"Eits, no cheesy line please."

Changmin otomatis mengatupkan bibirnya setelah mengatakan "Sorry" pelan sekali.

"Aku tidak punya pacar, belum terikat selain dengan pekerjaan, dan sudah kebal ditanya kapan nikah di umurku yang 32 ini."

"Ah masih 32 ini kan. Aku 30 by the way."

"Aaahh, mulai sekarang kamu harus memanggilku hyung."

"Aku ingin memanggil hanya namamu saja. Kalau ada embel-embel pun aku inginnya chagi."

Yunho termangu menatap Changmin yang juga balas menatapnya tajam. Kali ini sama-sama paham kalau ini serius. Entah berapa lama hingga bunyi bel pintu membuyarkan mereka.

"We're same, we didn't believe in love."

"Iya untuk itu memang sama, tapi aku tidak seperti yang kamu duga Changmin. I can see who you are."

"Memangnya aku seperti apa?"

"Orang yang akan kuhindari untuk urusan perasaan karena tidak pernah memakai perasaannya."

Changmin tersenyum sinis. "Kamu memang benar-benar kejam-"

"...and i'm not a game for you." Yunho tiba-tiba beranjak. "Kita tidak usah bertemu lagi."

Changmin menghentikan Yunho dengan menahan tangannya. "Semua mantanku mengatakan aku tidak punya perasaan."

"Mantan? Kamu yakin menganggap mereka seberharga itu dengan menyebutnya 'mantan'? Kurasa mereka tak menganggapmu begitu."

Seketika Changmin lupa dengan semua kekesalan yang memenuhi isi kepalanya. Tadinya ia ingin memaki arogansi Yunho. Tapi itu benar adanya. 

Changmin tak menyadari Yunho sudah meninggalkannya sendirian ketika ia sibuk berpikir bahwa selama ini memang semuanya semu. Semua hanya perasaannya saja, tak peduli apakah mereka sebenarnya tulus padanya. Lalu kenapa ia bisa sampai bersikap seperti itu?

Awal mulanya bagaimana?

Lalu aku sekarang harus bagaimana?

 

 

************

 

 

Yunho menghembuskan nafas panjang ketika sudah berada di luar kafe. Malam masih terasa begitu dingin namun rasa kesal membuat suhu tubuhnya naik. Kenapa orang asing bisa membuatnya kacau begini?

Yunho menyumpalkan earphone dan memakai tudung jaketnya lalu berjalan menyusuri trotoar yang masih dihiasi lampu-lampu natal. Hari-harinya sudah lelah berurusan dengan klien dan customer, kenapa harus bertemu pria atraktif tapi tahunya mempermainkan perasaan orang. Menganggap orang lain sama sepertinya. Arogan sekali.

Mungkin air matanya itu juga palsu.

Sia-sia sudah waktunya.

...........

Lalu sebuah pelukan melingkupinya dari belakang. 

...........


Yunho refleks menoleh ke belakang dan berusaha melepaskan pelukan itu sambil memikirkan untuk mengeluarkan jurus bela diri. Benar saja, Changmin yang memeluknya dan menolak melepasnya. Yunho akhirnya memutuskan membiarkannya saja.

"Kamu boleh menganggapku pria brengsek karena memang begitulah aku. Setidaknya aku berani jujur sekarang."

Yunho terkesiap dan Changmin melepaskan pelukannya.

"Aku patah hati dan kesepian lalu bertemu denganmu, kurasa itu penyebabnya."

Yunho mengerutkan alis, semakin menilai Changmin.

"Aku paham kalau kamu parno dengan rayuan mungkin karena terlalu sering bertemu dengan orang sepertiku. Aku bisa membayangkan, pria setampan kamu. Aku saja langsung berpikir ingin membawamu ke tempat tidur."

"Jadi intinya?"

"Hmm....let's be friends."

Yunho tak mengubah ekspresinya.

"Just friend....really."

Yunho akhirnya tersenyum dan Changmin ikut tersenyum.

Let's have another 12 hours.

 

 

*******

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
garnet87
i'm so boring and suddenly feel want to write something. Please don't excpecting too much on me ^^"

Comments

You must be logged in to comment
angelmax #1
Chapter 5: Sweat banget.. Tp sayangnya terlalu singkat.... Sequel juseyo ya author nim.... Hehe
angelmax #2
Kyaaaaa..eke Baru nyadar ada epep ini.... Huweeee TT ga nyadar ah ada epep homin lg dari author nim yg satu ini hiks
Capcusss deh eke mo baca...
Bigeast88 #3
Chapter 5: Sukaaaaaa ceritanya~
Ngarep ada lanjutannya :3
bonamama0201 #4
Chapter 4: Finally!!! Tapi ini bukan akhirnya kaan?
Pengen cerita pas mereka akhirnya ud pacaran.. hehe
Makasih ya udah update.. fighting!!
Anashim #5
Chapter 4: ahirnya lebih dari sekedar teman..
itu yunho beneran suka cjangmin kan? bukan karena takut ditinggalin?
LMS_239
#6
Chapter 3: Wooo changmin, pantes mantannya kykny banyak u.u
Ciyeee yunho baper gegara changmin
Kekeke
LMS_239
#7
Chapter 2: Pray for their next meeting XD
Changmin berani jg lngsung nyium yunho hahahaha
LMS_239
#8
Chapter 1: Pertemuan yg unik XD
Tp moga membawa berkah buat yunho n changmin XD
Anashim #9
Chapter 1: sepertinya changmin bakal dijadiin pacar pura2 yunho..hihi