Part 2 – Dream?

When Story Comes Alive
Please Subscribe to read the full chapter

 

Apa yang akan kau lakukan jika kau hidup dalam cerita buatan mu ?

 

When Story Comes Alive ( Part 2 – Dream? )

 

‘ TANG! TANG!’

Sebuah pisau menghujam tepat di piring ceper, menghujam tepat tanpa ampun, jauh menusuk kedalam sebuah roti yang tergeletak tak berdaya, sementara sang pemegang pisau, menatap tajam namja dihadapannya, tanpa henti, tanpa kedip, seraya mengucapkan sumpah serapah tanpa suara , hanya bibir merahnya yang terlihat bergerak-gerak tanpa henti.

‘TANG! TANG! TANG!’

Sang pemilik pisau menusuk roti yang tampaknya kini terlihat menyedihkan secara cepat, sebelum berteriak kesal.

“AISH JINJJA!! OMMA! KENAPA NAMJA INI ADA DIRUMAH KITA?”

 

xXx

 

Park Chanyeol manatap datar tanpa ekspresi yeoja dihadapannya, ia tak mengerti apa yang terjadi, mengapa? Dan kenapa? Dimana ? dan apa yang sedang ia lakukan disini, ditempat asing yang ia tak kenali?

Tunggu, tak kenali?

Chanyeol terdiam sejenak, tangannya yang hendak menyendokkan sepotong roti ke dalam mulutnya terhenti ditengah jalan, kepalanya menoleh ke kiri dan kanan.

Ia mengenal ruangan ini, ia mengenal peralatan makan ini, ia mengenal suasana meja makan ini, dan ia mengenal dengan jelas yeoja di hadapannya.

Song Hye Ri, teman kecilnya .

‘ TEMAN? SEJAK KAPAN ?’

Seketika, entah bagaimana, beberapa memori asing menelusup ke dalam kepalanya, membuatnya terbengong beberapa saat, memori itu memasuki kepalanya, perlahan, tapi cukup untuk membuatnya terbelalak.

‘WHAT THE FCK? IGEO MWEOYA?’ ( WTF? INI APA?)

Kilasan memori masa kecilnya dengan yeoja dihadapannya tiba-tiba terbayang, saat appa dan ommanya membawa nya pertama kali datang ke rumah yeoja ini dan menitipkannya, karena appa dan omma nya harus melakukan dinas keluar negeri, sementara Chanyeol masih harus menyelesaikan sekolahnya.

 Saat ia berkenalan dengan yeoja ini. saat Chanyeol terpaku menatap yeoja dihadapannya yang terlihat begitu manis, dengan rambut hitam dikuncir kudanya. Saat akhirnya mereka menjadi dekat dan berteman. Saat mereka mandi bersama. Saat mereka tidur berpelukan dan merengek meminta diberikan kamar yang sama karena Chanyeol kecil terlalu takut tidur sendiri.

Saat kedua orangtuanya meninggal dan ia masih duduk di bangku smp, yeoja dihadapannya menghampirinya, tak memeluknya, tak berbicara, hanya diam di sampingnya, menemaninya tanpa bicara sepatah katapun semalaman, tanpa tertidur sedikitpun.

Saat mereka memilih sma yang sama, dan ia mulai bermimpi untuk menjadi idol. Saat yeoja ini mendukungnya, bahkan menemaninya melakukan penampilan perdananya sebagai drummer di sebuah televisi. Saat ia menerima tawaran untuk melakukan casting, dan masuk ke dalam salah satu agency terbesar di korea selatan.

Saat ia menghabiskan semalam suntuk menari dan bernyanyi bersama yeoja dihadapannya, untuk merayakan keberhasilannya. Saat akhirnya ia diharuskan melakukan debut, dan membuatnya harus meninggalkan rumah tempatnya berada sekarang, membuat yeoja dihadapannya tersenyum bangga, tetapi Chanyeol bisa melihat bulir air mata disudut mata yeoja itu.

Saat ia memeluk yeoja itu untuk menenangkannya, dan berjanji akan kembali secepat yang ia bisa, tapi ia tak bisa melakukannya, karena ternyata grupnya menjadi grup yang sangat populer. Hingga tanpa sadar kini ia dan yeoja dihadapannya menjadi begitu jauh. Sehari, dua hari, seminggu, sebulan, berbulan-bulan, Chanyeol menjadi asing dengan yeoja dihadapannya, sampai akhirnya , ia diberi kebebasan oleh managementnya untuk berlibur, maka disini lah ia sekarang.

Kembali menjalani hari-harinya menjadi siswa SMA biasa, lalu..

Chanyeol mengedipkan matanya, kepalanya terasa blank. Kosong. Lalu? Ia tak tahu lalu bagaimana, atau penjelasan tentang bagaimana memori itu bisa masuk ke dalam kepalanya.

“apa aku bermimpi?”

“kau tidak bermimpi, sekarang cepat habiskan rotimu dan berangkat ke sekolah! Aigo~ bibi tidak tahu setelah sekian lama kau vakum karena menjadi artis di seoul, otakmu sepertinya jarang dipakai disana, hingga menjadi kusut. Chanyeollie, apa kau tahu bahwa kau sekarang sering bengong ?”

Suara itu milik ibu Song Hye Ri, yeoja di hadapannya, menyadarkan Chanyeol dari lamunannya.

“ ne adjumma “

“adjumma? Sejak kapan kau memanggilku adjumma? Panggil aku omma!”

Chanyeol mengedipkan matanya, menatap itu, sebelum kembali menyadari sesuatu.

‘ tunggu, bagaimana aku tahu bahwa dia ibu dari yeoja brutal ini ?’

 

xXX

 

Song Hye Ri melangkahkan kakinya secara enggan, menuju sebuah sekolah, yang ia ingat sebagai sekolahnya.

Tidak, kakinya melangkah sendiri tanpa ia perintah, kepalanya berfikir keras. Sebenarnya apa yang terjadi.

Ia masih ingat jelas, apa yang terjadi sehari sebelumnya. Ia bertemu dengan idolanya, Park Chanyeol, tapi namja itu ternyata jauh dari bayangannya.

Namja itu begitu kasar, tidak sopan, dan sombong.

“Aish jinjja! Kenapa aku bisa menyukai nya!”

Hye Ri menghentakkan kakinya, memori itu memang termaksud katagori ‘memori yang tidak ingin diiingat’ . meski ia akui, Chanyeol memang terlihat sangat tampan, jauh lebih tampan dari semua cover dan poster dari majalah yang ia punya atau poto yang ada di ponselnya.

‘Ponsel!’

Hye Ri merogoh-rogoh ponselnya sejenak, mencoba menelpon seseorang yang ia kenal dengan sangat.

“aigo, kemana nomornya!”

Hye Ri terus mencari nama ‘ jo hyuna’ dalam kontak ponselnya, tapi ia tak menemukannya, ia malah menemukan beberapa nama yang seharusnya tak berada dalam ponselnya.

‘apa ini ponselku ?’

Hye Ri mendesis kecil, sebelum membolak –balik ponselnya, menatap tiap detail dalam ponselnya. Dan ia tahu jelas, ini adalah ponselnya.

Stiker Chanyeol yang tertempel di belakang layar ponselnya, membuatnya sadar ini memang ponselnya, ia menatap kosong seraya meraba pelan wajah namja yang tertempel di ponselnya itu. Gantungan HP berwarna Putih  yang terkait dengan boneka karakter Chanyeol yang sedang memakai topi terlihat bergerak pelan tak tentu arah.

“sedang kau apakan pipiku?”

‘DEG’

Hye Ri terdiam. Secara reflek kepalanya menoleh ke arah sumber suara tersebut.

‘PARK CHANYEOL?’

 

xXx

 

Chanyeol sedikit membungkukkan tubuhnya, menjulurkan kepalanya melewati bahu Hye Ri. Ia melirik yeoja di sampingnya yang terlihat menatapnya kaget, kini terpaku, tak bergerak sama sekali, terdiam menatapnya.

“wajahku memang tampan, tapi aku tak menyangka sebegitunya kau menyukaiku”

Chanyeol melirik sekilas boneka miniature kecil miliknya yang tergantung di strip berwarna putih, mengerutkan keningnya, sebelum tertawa pelan.

‘ Putih? Apa benar dia fans ku ?’

Chanyel menggeleng pelan, seraya berjalan meninggalkan Hye Ri.

“sayang sekali, tapi aku tak tertarik denganmu, arra?”

 

xXx

 

Butuh beberapa detik bagi Hye Ri, sebelum kembali ke dunia tempatnya berada. Perkataan Chanyeol serasa melayang-layang dikepalanya.

‘ mweo?’

Hye Ri mendesah kasar, menahan amarahnya, sebelum mendelik ke arah sosok Chanyeol yang kini sudah berjalan beberapa meter di dedepannya.

‘tertarik padanya ?’

Hye Ri memejamkan matanya, meniup ujung poninya yang terjuntai di atas kedua matanya, sebelum berjalan cepat ke arah Chanyeol, dan menendang keras kaki namja itu, membuat namja dihadapannya terloncat-loncat kesakitan.

“YA!”

“Ibayeo, aku sama sekali tak tertarik denganmu, arra? Ini hanya kesalahan, arra?”

Hye Ri mencopot stiker Chanyeol di ponselnya kasar, membuangnya, menginjaknya, sebelum kembali menatap Chanyeol tajam, dan tersenyum lebar.

Ia membalikkan tubuhnya, dan meninggalkan Chanyeol yang terlihat masih terlompat-lompat seraya memegang kakinya. Ia bisa mendengar rentetan makian yang Chanyeol lontarkan kepadanya, ia tak peduli.

 Senyumnya terus terpasang di wajahnya. Ia merasa puas dan telah melakukan hal yang benar kali ini.

‘RASAKAN!’

 

xXx

 

“HYE RI-A!”

Hye Ri membalikkan badannya, sebelum melihat sosok yang ia cari selama ini.

“ YA, RI JIN-A! ODDIEGA? Kenapa aku tak bisa mencari namamu di daftar ponselku ?”

‘ Ri Jin?’

Hye Ri terdiam seketika. Apa yang barusan dia katakan? Ri Jin? Ia memang merasa tak asing dengan nama ini, tapi..

Hye Ri mengernyitkan dahinya, menatap bingung ke arah sosok yeoja yang kini telah berada disampingnya, merangkulnya.

‘ bukan kah dia Jo Hyuna?’

 

xXx

 

Ri Jin merangkul erat sahabat yang ia kenal baik selama setahun ini. Dulu mereka berkenalan, saat Ri Jin menjadi anak baru disekolah ini, dan hanya bangku disebelah  Hye Ri yang kosong, membuatnya mau tak mau duduk di sebelah yeoja tersebut.

Meski saat itu, yeoja itu terlihat keberatan saat wali muridnya menyuruh Ri Jin duduk di bangku sebelah Hye Ri. Dan belakangan ia baru mengetahuinya, bahwa bangku itu adalah bangku milik Park Chanyeol, kekasih Hye Ri.

“ya, otte? Apakah ia semakin tampan ?”

 

xXx

 

Hye Ri masih terpaku dengan pikirannya, karena jelas-jelas ia mengenal yeoja disampingnya ini adalah Jo Hyuna, sahabatnya. Muka rambut, penampilan, bahkan cara berbicara dan bergayanya, semuanya yang ada pada yeoja itu adalah hal-hal yang ada pada Jo Hyuna.

Tapi ia tak bisa menepis, bahwa ia sangat akrab dengan nama Ri Jin. Tapi dimana ?

“Yaaa~ aku sedang bertanya padamu, kenapa kau mengacuhkanku ?”

Hye Ri tersentak, sebelum melirik Ri Jin yang tengah merajuk.

‘ Bahkan cara merajuk nya saja sama’

“Mweo? Mweo? Mweo??”

Hye Ri berkata cepat, ia tak mau ambil pusing sekarang dengan hal-hal baru yang ada di sekitarnya, toh ia tak merasa asing-asing amad. Mungkin ini merupakan bagian dari mimpinya, kenapa ia tak menjalaninya saja? Toh besok saat ia bangun, hal ini akan kembali seperti biasanya?

“ Namja chingu mu, apa kah ia sangat tampan sekarang?”

Hye Ri terdiam, kakinya berhenti melangkah, alisnya terangkat satu seraya menatap Ri Jin horror.

“Na-namja chingu? Dega?”

“Ne, bukankah kau bilang bahwa ia hari ini kembali  tinggal di rumahmu? Karena ia diberi waktu beberapa bulan untuk menjalani hidup sebagai seorang anak sma biasa? Eng, siapa namanya aku lupa, kalau tidak salah marganya park..”

“ Park Chanyeol?”

Sebuah nama tak asing terlontar mulus dari bibir Hye Ri. Tanpa ia sadari, tanpa maksud apapun. Hanya terlontar begitu saja.

“ Ah, Ne~~ Park Chanyeol, anggota boyband EXO! Namja chingumu!”

Hye Ri mengedipkan kedua matanya. Satu detik, dua detik, tiga detik, sebelum ia menyadari kalimat yang baru saja terlontar dari mulutnya, dan kalimat yang ia dengar selanjutnya.

“MWEORAGO??????”

 

xXx

 

Chanyeol berjalan pelan menuju ruang kepala sekolah, meski sejujurnya, ia tak berjalan sesuai kehendaknya, kakinya melangkah sendiri, dan seakan di perintah, otaknya pun memberitahu kemana ia akan melangkah.

Ia nyaris memuji dirinya sendiri, ketika ia melihat papan nama ‘ ruang kepala sekolah’ tergantung di sebuah ruangan. Well, ia tak pernah ke gedung ini sebelumnya, tapi tanpa meminta tolong kepada siapapun ia bisa sampai ke ruang kepala sekolah, hebat bukan?

Tunggu, tidak pernah?

Chanyeol kembali terdiam. Perlahan, kilasan memori yang bahkan ia tak tahu kembali merasuki kepalanya.

Saat ia dan Hye Ri lulus smp, dan berkeliling sma hanya untuk mencari sma mana yang harus ia masuki bersama. Saat ia dan Hye Ri akhirnya memilih SMA kini tempatnya berada. Saat ia dan Hye Ri memasuki sma ini pertama kali sebagai murid sma ini, saat hari-harinya dimulai penuh dengan canda tawa nya dan Hye Ri, saat orang-orang mulai menyebutnya ‘Namjachingu’ Hye Ri. Dan saat ia mulai menikmati sebutannya itu, karena ia toh tak pernah menyangkalnya.

‘ MWEO? NAMJACHINGU?’

Perasaan hangat, tiba-tiba menelusuk kedalam dadanya, membuat tangannya tanpa sadar memegang dadanya. Ia mengerutkan keningnya, tak mengerti.

‘ Igeo mweoya?’ ( Ini apa? )

Kepala Chanyeol mulai berdenyut pelan, semakin ia memikirkan apa yang terjadi padanya sekarang, semakin tak mengerti dirinya. Semua kenangan dan kilasan memori bahkan perasaan yang ia rasakan saat ini sunggu terasa nyata.

Apa mungkin ia sedang bermimpi?

Tapi jika ia sedang bermimpi, kenapa semuanya terasa begitu.. mendetail?

Chanyeol menggelengkan kepalanya beberapa kali, sebelum menghembuskan nafasnya. Ia tak mau pusing dan tak mau tahu. Ia hanya cukup menjalani saja.

‘ Ini pasti mimpi, aku pasti akan terbangun besok’

Chanyeol mengulas senyumnya, sebelum mengetuk pelan ruang kepala sekolah.

“ Masuk “

Tangan Chanyeol memutar pelan knop pintu kepala sekolah, saat sekilas kenangan kembali merasuki pikirannya.

 

LI FLASHBACK LI

“ Park Chanyeol, kau dipanggil kepala sekolah “

Suara ketua kelas menggema di penjuru kelas, menyita perhatian beberapa murid, sebelum menoleh ke arah Chanyeol yang terlihat mengerjapkan matanya.

“ Chanyeol-a? sedang apa kau? Kepala sekolah menunggumu”

Chanyeol tersentak dan membungkuk canggung ke arah Lee Songsaengnim. Melirik sekilas ke arah Hye Ri yang terlihat menatapnya khawatir.

Ia tersenyum, mengacak pelan rambut Hye Ri.

“ jangan khawatir, aku takkan lama “

 

LI END OF FLASHBACK LI

 

Park Chanyeol terdiam. Kilasan memori yang ia ingat barusan terlalu nyata, berbeda dengan beberapa memori yang sebelumnya menelusup ke dalam kepalanya. Kilasan memori itu terasa begitu..hidup?

“Park Chanyeol?”

Suara kepala sekolah menyadarkan Chanyeol dari lamunannya.

“N-Ne”

Chanyeol mendorong pelan pintu kepala sekolah dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan kepala sekolah.

Menatap seluruh penjuru ruangan, hanya untuk menyadari dirinya membandingkan keadaan ruangan kepala sekolah yang dulu dan yang sekarang.

Tunggu, ia membandingkan keadaan ruangan kepala sekolah?

‘apa aku pernah kesini sebelumnya?’

 

xXx

 

“ Hye Ri, kau sedang demam?”

Ri Jin memegang kening Hye Ri beberapa saat , membandingkan suhu nya dengan keningnya sendiri. Ia terlihat memiringkan kepalanya, sebelum mendesah pelan.

“kau tidak sedang demam”

Hye Ri menatap Ri Jin tanpa ekspresi, entah sebagai jo hyuna atau sebagai Ri Jin, sikap bodoh sahabatnya ini memang tidak pernah berubah.

Ia menepis pelan tangan Hye Ri, menatap kosong sahabatnya tersebut, ia sudah terbiasa dengan sikap sahabatnya.

“Gwen-Ca-Na!”

Ujarnya dengan sedikit penekanan, namun tak memberikan effect apa-apa terhadap Ri Jin yang masih sibuk dengan pikirannya.

Hye Ri menghela nafas, mengalihkan pandangannya ke arah jendela di sisi kirinya, matanya menerawang jauh ke luar jendela, menatap kosong lapangan basket yang terlihat kosong.

Tiba-tiba, sekilas memori serasa merasuk pelan kedalam ingatannya, membuatnya terdiam beberapa saat, mengedipkan matanya, dan mengerutkan keningnya.

‘igeo mweoya?’

Tangannya, tanpa ia sadari dan suruh,bergerak pelan membuka jendela kelasnya pelan, ia mengulurkan tangannya keluar jendela, seraya memejamkan matanya, tanpa

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet