Part 1 – Notebook

When Story Comes Alive
Please Subscribe to read the full chapter
   

Apa yang terjadi jika semua tulisan mu muncul menjadi kenyataan ?

When Story Comes Alive ( Part 1 – Notebook )

 

     ‘ Song Hyeri berjalan pelan menyusuri lorong sekolahnya, matanya menatap kosong beberapa jejeran bangku yang terlihat melalui jendela kelas yang tidak bertirai. Kenangan itu perlahan –lahan merasuki kalbunya, mengusik nuraninya, dan membuat jiwanya seakan meronta, tak tenang. ‘

     “ Ia terdiam sejenak, memegang dadanya, aneh, kali ini dadanya tak merasa nyeri, apakah ia sudah sembuh ?”

     Jo Hyuna, membaca dengan cukup lantang , kata demi kata yang Hyeri tulis, tanpa perasaan bersalah sedikitpun. Membuat beberapa pasang mata di perpustakaan itu menoleh ke arahnya, seraya menggrutu kesal, terganggu oleh suaranya.

    Song Hyeri, sang penulis kata-kata yang Hyuna baca, memejamkan matanya , saat ia rasakan darahnya bergerak naik, memuncak sampai ke ubun-ubun kepalanya.

    “ Ya, Jo Hyuna, apa kau tahu yang kau lakukan itu tidak SOPAN ?”

Ia menutup kasar laptopnya, sebelum mendelik kasar ke arah Hyuna, yang terlihat terkekeh geli.

    “ Ya , Hyeri-a, aku kan berniat baik, membuat tulisan mu didengar oleh orang –orang “

    “ Tulisan ku untuk dibaca bukan di dengar Hyuna-a “

    “ Aish, sama saja bagiku “

    Hyeri mencibir pelan saat Hyuna merebahkan dirinya di kursi sebelah Hyeri, meletakkan tasnya di atas meja, dan dengan rapi mengeluarkan isi dalam tas nya satu- persatu. Sambil bergumam menyanyikan lagu milik DBSK – Balloons.

    Hyeri menatap datar Hyuna, apa yang temannya keluarkan itu jauh berbanding terbalik dengan keadaan sekitarnya.

    “ Jo Hyuna, memangnya kau mau kemana, mengeluarkan semua alat tempur mu itu? ini di perpustakaan , bukan di ruang tunggu artis “

 

***

    Hyuna melirik Hyeri sejenak, sebelum sibuk dengan ‘ alat tempurnya ‘. Tangannya dengan cekatan membuka satu-persatu perlengkapan make upnya, mulai dari foundation , bedak halus, eyeshadow, blush on , mascara, dan dengan hati-hati di jejerkannya ‘alat tempurnya’ itu di atas meja yang kini sedang ia tempati.

     “Wae? Iri? Karena aku bisa tampil cantik dengan alat-alat ini ?”

 

***

    Song Hyeri menghela nafas panjang, Make up? Tak ada dalam kamusnya memakai make up, Hyeri tidak suka memakai make up, mencium bau make up saja membuatnya mual.

    Ia lebih memilih memakai bedak bayi dan minyak telon daripada berepot-repot menggunakan alat yang lebih cocok digunakan melukis.

    “ Aku sudah cantik Hyuna-a, aku tak butuh itu “

    Hyeri berkata seraya mengibaskan rambutnya, membuat Hyuna mencibir pelan, sebelum kembali sibuk mengoleskan lipstick di bibirnya.

    “  Arra-arra, kau cantik. Sangat cantik “

    Hyeri tersenyum lebar, mendengar perkataan Hyuna. Matanya menatap yeoja itu, saat yeoja itu berhenti bercermin, dan menatapnya datar.

    “ Sampai-sampai kau tidak pernah berpacaran sampai sekarang? “

    “YA JO HYUNA!!!”

    “SSSSSSSSSSSSSSTTTTT”

 

***

    Song Hyeri, wanita kutubuku yang sangat menyukai buku , dan bercita-cita suatu saat tulisannya akan menjadi kenyataan ini, adalah yeoja yang amat sangat cuek, tidak peka, dan tidak sensitive.

    Yep, Song Hyeri hanya sensitive jika mengenai novelnya, ia tidak tertarik untuk bersosialisasi , atau sekedar bertegur sapa or bergosip ria. Ia berbeda dari gadis seumurannya, yang sibuk bermain kesana kemari, karena menurut orang-orang, masa SMA adalah masa-masa paling indah.

    Yah setidaknya itu yang Hyuna selalu katakan, sahabatnya yang selalu menerima ia apa adanya, tetapi sifatnya berbanding terbalik dengan Hyeri.

    Jo Hyuna, yeoja yang sangat periang ini, tidak tertarik dengan buku, dan sangat menyukai bersosialisasi, kalian bisa sebutkan nama anak-anak satu sekolah, satu saja, dan biarkan Hyuna menebak dari mana dan kelas apa dia. Hyuna pasti tau jawabannya.

    Hyeri, bisa dibilang beruntung karena berteman dekat dengan Hyuna, karena setidaknya, temannya yang ‘ gaul ‘ itu sedikit menutup kekurangan Hyeri yang ‘anti sosial’. Well, setidaknya Hyuna cukup membantu Hyeri, jika Hyeri dipanggil guru dan disuruh memanggil masing-masing ketua kelas untuk mengadakan rapat siswa yang selalu rajin di adakan tiap bulan di SMA Hakdo ini.

   “ Hyuna-a , coba baca “

    Hyeri menyodorkan laptopnya kearah Hyuna, membuat yeoja itu menatap laptop Hyeri serius, sebelum tangannya menscroll pelan layar laptop tersebut.

    Hanya butuh lima menit, anni, satu menit, untuk membuat Hyuna terlarut dalam tulisan Hyeri. Yep, kim Hyeri sangat suka menulis cerita , entah horror, romance atau drama, action, apapun yang ada di kepalanya , saat ide itu terlintas Hyeri akan mulai membuka laptop dan mengetik semua ide yang ada di kepalanya.

    Hyeri meraih ponselnya, ia tahu jelas, Hyuna sudah masuk ke dunia nya sendiri, dan akan selalu begitu, jika Hyuna sudah membaca cerita buatan Hyeri.

    Tangan Hyeri dengan lihai mengetik sebuah nama yang selama ini selalu mengisi hatinya siang dan malam. Dan menjadi tokoh utama disetiap cerita yang ia buat.

    Park Chanyeol.

    Ponsel Hyeri masih me loading , ketika ia mendengar suara laptopnya ditutup dengan kasar.

    ‘ DAK’

    Hyeri menoleh ke arah Hyuna, menatapnya kaget, dan hendak menyemprot sahabatnya itu dengan kata-kata makian –mengingat laptop itu adalah belahan jiwanya – ketika ia sadari,kedua mata sahabatnya itu terlihat memerah.

     “ Ya, igeo mweoya? “ ( Ya , ini apa? )

 

***

 

   Jo Hyuna menatap Hyeri jengkel, sementara ia mati-matian menahan air matanya biar tak menetes. Ia bisa melihat temannya menatapnya kaget, dan kini bingung?

   “ W-Wae? “

   Suara Hyeri terlihat takut-takut , membuat tangis Hyuna pecah, ia membiarkan air mata menetes dari sudut matanya , dan mulai merengek kencang.

    “ Nappeun yeoja! Kenapa kau bisa kejam sekali membuat kehidupan mu begitu miris? “

 

***

 

   Hyeri mengedipkan matanya beberapa kali.

   ‘Kehidupanku?’

   Ia memiringkan kepalanya, menatap ke kiri dan kekanan, berusaha menerka-nerka apa yang dimaksud Hyuna dengan kehidupannya.

   ‘ Apa aku mengatakan sesuatu tentang kehidupanku pagi ini kepadanya? Apa aku bercerita bahwa aku dan appa bertengkar karena berebut kamar mandi ?’

    Hyeri sedikit berdecak, sebelum menggelengkan kepalanya cepat.

   ‘ Anni, meskipun aku menceritakan itu, Hyuna tak mungkin menangis hanya karena hal itu kan?’

    Hyeri menghela nafas, menyerah , sebelum menatap Hyuna dan mengerutkan keningnya.

   “ Aish, kenapa kau menangis? Kehidupanku kenapa? Ya! Kehidupanku baik-baik saja !”

 

***

 

    Jo Hyuna masih sibuk mengelap air matanya, ketika ia mendengar Hyeri berbicara, reflek, tangannya segera terangkat dan hendak menoyor Hyeri, yang dengan cepat menangkis tangan Hyuna.

    “ Bukan di kehidupan nyata mu, aigo~ di ceritamu! Aish, neo paboya ? “

 

***

 

    Hyeri perlu beberapa detik , sebelum ia mulai tertawa , membuat beberapa orang di perpustakaannya itu melirik ke arahnya, beberapa menggumamkan kata ‘ssst’ yang membuat Hyeri tersenyum canggung, sebelum menatap Hyuna dan mulai berbisik.

    “ Kau menangis karena nasibku di cerita? Aigo~~ ya itukan hanya cerita, neomu neomu paboya ? “

    Hyeri berdecak kesal, seraya mendelik ke arah Hyuna. Sedang temannya masih mengelap wajahnya dengan tissue yang entah sejak kapan sudah berada di atas meja.

    “ Ceritamu itu, jika menjadi kenyataan, apa yang akan kau lakukan ? “

 

***

 

    Hyeri terdiam. Perkataan Hyuna membuatnya terdiam beberapa saat.

   ‘ Apa Hyuna sedang sakit ?’

   “ Ya~ Jo Hyuna, apa yang kau katakana, ini cumin cerita, khayalanku, imajinasiku, takkan mungkin menjadi kenyataan dan merubah hidupku”

   “ Tapi kau menggunakan nama aslimu saat menulis cerita itu, dan dirimu yang menjadi tokoh utama dicerita itu !”

    Hyeri kembali tertawa, dan kali ini tak segan-segan beberapa pasang mata menatapnya kesal, dan suara berbunyi ‘ SST’ lebih keras terdengar. Ia kembali tersenyum canggung.

   “ Hyuna –a, aku membuat nama tokoh utama menggunakan namaku agar feelnya lebih terasa, agar aku bisa merasakan apa yang karakter utama rasakan, agar bisa kutuliskan di ceritaku, bukan karena aku ingin, menjadi tokoh utamanya~~ aigoo~ kau ini salah paham~~”

 

***

 

   ‘ Tidak ingin menjadi tokoh utamanya? Kau membuat cerita romance itu untuk mewujudkan fantasi mu yang tak terwujudkan? Tidak mungkin kau tidak mau menjadi tokoh utamanya kan?’

   Jo Hyuna mendelik tajam, tangannya merapikan alat-alat make upnya, memasukkannya kedalam tasnya.

   “Ya-ya~ oddiega ? “ ( ya-ya~ mau kemana ?)

    Suara Hyeri membuat Hyuna kembali meliriknya. Ia malas berdebat dengan sahabatnya yang kutubuku ini, karena berdebat dengan Hyeri hanya kan membuat otak kram dan mulut pegal. Karena Song Hyeri akan mencari alasan agar bisa mematahkan argument yang sedang di debatkan.

   “ Ya! Jo Hyuna, oddiega? “

   Hyuna mengangkat tasnya, yang berisi peralatan make upnya, berdiri dari bangkunya, menatap Hyeri sinis.

   “Kamar mandi, aku tidak bisa dandan disini karena dirimu akan menyodorkan cerita-cerita melankolis romance mu itu yang membuat air mataku mengalir”

   “ Mweo? Melankolis?”

    Jo Hyuna menjulurkan lidahnya seraya berjalan meninggalkan Hyeri yang terlihat tak terima dengan perkataan Hyuna.

    Beberapa langkah berjalan, Hyuna berhenti, menghela nafas, memejamkan mata, dan membalik badannya, kembali menghadap Hyeri, ia bisa melihat yeoja itu masih menatapnya tak terima, dan hendak berbicara lagi, tapi Hyeri memotongnya.

    “ Hyeri-a, mulai sekarang, tulis cerita yang menyenangkan, arrachi ? “

    ‘ Hyeri-a, jika suatu saat ceritamu menjadi kenyataan, apa yang akan kau lakukan ?’

     Hyuna mengheka nafas, memutar tubuhnya dan meninggalkan Hyeri yang terlihat makin tak terima dengan perkataan Hyuna.

 

***

 

   “ Cerita menyenangkan ? cih “

    Hyeri melengos kesal, justru karena hidupnya terlalu menyenangkan, maka nya ia membuat cerita yang menyedihkan untuk dirinya.

    Tunggu sebentar, untuk dirinya ?

     Hyeri terdiam, cerita ini untuk dirinya? Apa ia menginginkan kehidupan yang menyedihkan seperti cerita yang ia buat ?

    Entahlah, Hyeri tidak menolak jika ia ingin sekali menjadi tokoh utama di dunia nyata seperti cerita-cerita yang ia buat selama ini. begitu penuh perasaan, begitu penuh.. emosi, begitu… menyedihkan ?

    Apa ada orang yang ingin hidupnya menjadi menyedihkan ?

   Hyeri masih berkutat dengan fikirannya, ketika akhirnya ia menyerah dan menyimpulkan bahwa Hyuna hari ini sedang eror.

   “ Walau bagaimanapun dipikirkan juga ceritaku takkan jadi kenyataan kan ? “

   Ia terkekeh geli, karena baru menyadari fakta terpenting. Ia menghela nafas sejenak, sebelum memasukkan semua bukunya, memakai tasnya, berdiri sambil memeluk laptopnya, dan memutar badannya, ketika sesuatu menyenggol lengannya, membuat ‘ harta karun ‘ kesayangannya itu terbang indah melayang dan mendarat mulus beberapa meter di depannya, disusul sebuah bunyi asing yang membuat semua mata menatap ‘harta karunnya’ yang tergeletak pasrah di lantai perpustakaan.

    ‘BRAKK!’

    Satu detik.

    Dua Detik.

    Tiga Detik.

    Hening sejenak, sebelum terdengar suara lengkingan panjang milik seorang perempuan yang membuat seisi perpustakaan mau tak mau menatap ke arah sumber suara.

    “NAE AEGYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYY” ( BAYIIIIIIIIIIIKUUUUU )

 

***

 

    Park Chanyeol, menutup kedua telinganya, saat suara lengkingan panjang itu terdengar menggema ke seluruh penjuru perpustakaan. Kedua matanya tertutup rapat, ia menahan nafasnya beberapa saat, sebelum  membuka mata dan dan menghela nafas perlahan.

    Ia sangat benci suara teriakan. Sudah cukup banyak teriakan yang ia dengar saat konser dan sekarang ada seorang yeoja dengan suara menggelegar (?) berteriak di depannya.

   “YA!”

    Chanyeol tersentak. Kini matanya menatap lurus ke depan, menatap seorang yeoja yang terlihat menatapnya geram, dengan muka memerah dan terlihat sekali sedang menahan marah.

    ‘Oke Chanyeol, jangan bersuara, hanya dengarkan saja ucapannya ‘

 

***

 

    Song Hyeri menatap namja di hadapannya garang. Tangannya mengepal bersiap-siap diayunkan ke arah namja itu.

    ‘ Apa-apaan dia, di dalam perpustakaan memakai kacamata hitam dan masker, ommo, dia juga memakai topi! Seperti sorang koruptor yang sedang bersembunyi saja‘

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet