Prolog

I Love You (and him)

27 Maret 2015. Tanggal itu menjadi tanggal istimewa bagiku. Sekali lagi aku mengangkat kalender duduk di atas meja belajarku. Biarkan saja buku dan lembar tugas berserakan. Aku sedang ingin memandangi kalender. Dan sekali lagi aku membuka kunci layar ponsel untuk membaca sebuah pesan.

Besok aku ingin bertemu denganmu.

Pesan itu hanya berisi lima kata. Ia memang bukan orang yang aktif mengetik. Tapi ia tergolong ke orang yang aktif bicara. Sekali lagi aku memandangi kalender. Tepat hari Rabu tanggal 27 bulan Maret tahun 2015. Tidak biasanya ia ingin bertemu di tanggal khusus itu.

Setelah menutup buku dan memberesi lembaran tugas yang tidak kusentuh, aku bergegas naik ke atas kasur lalu menarik selimut.

Aku jadi tidak bisa tidur. Aku jadi tidak ingin tidur. Aku masih bisa mendengar suara motor berlalu-lalang. Layar ponsel yang kupegang menyala. Aku tidak menyangka ia akan mengirimiku pesan di jam segini. 11:37 PM.

Jangan terkejut. Aku besok akan sangat cantik.

Aku sadar kalau bibirku membentuk sebuah senyum. Jarang sekali ia mengetik pesan yang imut. Aku segera mengetik beberapa kata untuk membalas pesannya. Terkirim.

Sedetik kemudian, ia membalas.

Kamu harus janji.

Aku sempat mengetik sebuah kata untuk membalasnya sebelum ada panggilan masuk dari teman kamar sebelah yang memohon untuk dibukakan pintu karena ia lupa membawa kunci. Dan pagi harinya, aku baru sadar kalau pesanku berakhir di kata “iya”. Belum sempat kukirim.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet