are you trying to kill me?

brother
Please Subscribe to read the full chapter

 

[CONTENTID1]Good bye[/CONTENTID1]

[CONTENTID2]

Jihoon sendiri, lagi.

 

Lagi berarti bukan yang pertama, tapi untuk yang kesekian kalinya. Mungkin lebih mudah menghitung berapa kali Jihoon tidak sendiri daripada berapa kali Jihoon sendiri. Itupun jika tinggal bersama oemma bisa dikatakan bukan kesendirian, karena secara fisik mereka berdua, namun secara mental tak ada bedanya.

 

Sendiri.

 

Mungkin memang sudah takdirnya, Jihoon menghela nafas ringan.

 

Mungkin memang dunia tidak pernah menginginkannya.

 

Mungkin malah Tuhan melakukan kesalahan ketika mengirimnya ke dunia, dan sekarang saatnya untuk kembali ke tempat seharusnya aku berada. Meninggalkan semuanya, selamanya.

 

Jihoon menarik nafas panjang.

 

Seharusnya sejak awal dia tidak menggantung harapan yang terlalu tinggi. Seharusnya sejak awal dia menyadari sampai kapanpun tak akan ada yang berubah dari hidupnya. Seharusnya sejak awal dia mengakhiri semuanya.

 

Jihoon memejamkan mata, meresapi semilir angin yang berhembus lembut, menyibakkan rambutnya yang halus.

 

"Selamat tinggal", Jihoon berbisik lirih, sebelum tertawa kecil ketika menyadari kebodohannya. Tentu saja bodoh, untuk apa dia ucapkan selamat tinggal? Untuk siapa dia ucapkan selamat tinggal?

 

Jihoon tersenyum. Setidaknya, dia ingin detik terakhir dalam hidupnya tidak dihiasi air mata.

 

Jihoon melangkahkan kaki kanannya ke depan, berpijak pada udara. Dia membuka mata, menatap kosong jalan raya berjarak beribu kaki di bawahnya. Membayangkan bagaimana beberapa detik lagi tubuhnya akan terbaring di sana, mungkin hancur tak berbentuk karena terhempas kasar dari ketinggian. Membayangkan bagaimana para pejalan kaki yang berlalu lalang akan berhenti, berteriak dan mengerubunginya.

 

Atau tidak?

 

Atau dia akan tetap diacuhkan seperti biasa?

 

Jihoon tersenyum lagi, lebih lebar dari sebelumnya. Satu gerakan lagi dari kaki kirinya, dan semuanya berakhir. Penderitaannya, kesedihannya, kesendiriannya, rasa sakitnya. Hidupnya.

 

Jihoon mulai berhitung. Pada hitungan ketiga, hidupnya akan menjadi kenangan.

 

Satu,

.

.

dua,

.

.

.

.

.

ti--

 

"Jihoon ah"

 

tangan dengan jari-jari kuat mencengkram bahunya.

 

"Jihoon ah"

 

Jihoon menoleh. 

 

"H-hyung?"

 

 

 

 

 

 

Yoongi membuka pintu

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
cindyrahma__ #1
Chapter 3: Author-nim?:") Ini gaada niat mau di update?:") Baru nemu ni fanfic dan udah terlanjur penasaran ama lanjutannya:")
mndsinta #2
Chapter 3: Update lah thor.. Please ㅠㅠ ini buat penasaran.....
21alynn #3
Chapter 3: Sedih mengapa tidak di update:")
novalizaa #4
Chapter 3: Wow, amajing. Kenapa gak dilanjuuut? Lanjuut dong.
dreamty #5
Chapter 3: authornim kapaaan bakal update chapter selanjutnya dari ini? :((
21alynn #6
Chapter 3: Authornim lanjutkan ff iniiiii:")
Bubbaboo #7
(TAT) </3 ...authornim, i'm so sorry to ask this of you but can you make it possible to have this in english? I've been wanting to read it but sadly, i can't understand bahasa... :(
21alynn #8
Chapter 3: Ditunggu chapter selanjutnya kakkk:)
yekolideo #9
Chapter 3: First, maaf baru komentar. Saya sudh baca ini dari lama tp baru smpt komen hhe. This is masterpiece kak asdfghjkl! Aku suka bahasa, jalan cerita, seluruhnya! Keep writing ^^ ditunggu next chapnyaa
taehyungie
#10
Chapter 3: Kaget ternyata ini bahasa haha.
Yoongi sounds like tsundere hyung at the first chapter because of that 'sudden action' he did to Jihoon. Dan JIHOON KAMU KENAPA SIH? T_T