Four

New Place

Jinri (nyaris) selalu mengalami masa-masa sulit sejak kepindahannya ke asrama W, tapi hari itu –satu hari semenjak meninggalnya Dongwoo, adalah puncak dari semua hari-hari sulitnya.

Sunggyu bersikap seolah tidak mengenalnya dan akan selalu menemukan jalan untuk menjauh dari Jinri. Myungeun tidak keluar dari kamarnya selain untuk makan dan pergi ke kampus, dan seperti Sunggyu, Myungeun juga tampaknya selalu menemukan cara untuk membuat Jinri gagal mendekatinya. Pilihan terakhir Jinri adalah Myungsoo, dan entah apa yang sudah Sunggyu katakan padanya, tapi pria tampan inibersikeras untuk tidak menjawab satu pertanyaanpun dari Jinri.

Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa sepertinya hanya Jinri yang tidak tau apapun di tempat ini?

Jinri menghela nafas, mengamati beberapa penghuni yang sedang makan malam (Mijoo pernah bilang bahwa makan malam hanya disajikan untuk acara spesial, apa mungkin makan malam ini untuk Dongwoo?). Di meja paling kanan Sunggyu fokus ke makanan di hadapannya tanpa menengok ke depan sedikitpun. Disebelahnya, Nam Woohyun sedang bicara dengan Jiae dan Soojung. Lalu ada Sungyeol dan Mijoo sedang asik menikmati makananannya sambil sesekali melempar tatapan. Myungsoo dan Howon di hadapan Jinri, sama seperti Sunggyu hanya fokus kemakanannya, sementara Myungeun sudah kembali ke kamar setelah mengambil sebutir apel tadi.

Howon mungkin bisa di ajak bicara, tapi Jinri belum begitu mengenalnya dan pria ini tampaknya terlalu tempramental (Jinri membuat catatan pengingat untuk memberitahu sifat asli Howon pada Eunji nanti.)

Mijoo tampak sama tidak tahunya dengan Jinri (atau lebih tidak tahu lagi) dan Sungyeol... Jinri mengamati bahu kiri Sungyeol yang tampaknya mulai membaik, walau begitu dia masih kesulitan menggunakan tangan kirinya dan hanya makan dengan menggunakan sendok tanpa garpu, untung saja Lee Sungyeol bukan seorang ki– kidal. Ryu Sujeong adalah pengguna tangan kiri. Dia kidal!

Jinri ingat Sujeong yang biasa menggunakan tangan kirinya untuk mengupas kentang, bagaimana bisa seorang yang kidal menusuk Sungyeol di bahu kirinya? Karena mereka berhadapan, bukankah seharusnya Sujeong menusuk bahu kanan Sungyeol?

Sujeong tidak melukai Sungyeol.

Jinri tersenyum kecil. Satu pertanyaan terjawab. Selanjutnya, siapa yang melukai Sungyeol, menusuk Sujeong dan meracuni Dongwoo? Dan apa maksud pernyataan Myungeun? Jinri mengalihkan pandangannya pada setengah porsi makan malam di hadapannya, lalu berdiri dan berjalan naik tanpa berkata apapun.  Jika Jinri ingin jawaban, maka dia harus bertanya langsung pada si pemberi pertanyaan.

 

*****

 

Wajah Myungeun berubah menjadi horor begitu melihat Jinri yang masuk dan menutup pintu kamarnya.

“Berhenti menghindariku, Myungeun. Ryu Sujeong di bunuh, dan Dongwoo, aku tidak yakin apa yang terjadi, tapi dia sudah meninggal. Jadi jelaskan padaku apa maksudmu sebelum ada yang lainnya.”

Oh, itu...” suara Myungeun terdengar ragu, dan Jinri tetap diam untuk membiarkannya berpikir hingga akhirnya Myungeun kembali buka suara. “Ini tampaknya berbahaya, Jinri.”

Apa yang dikatakan Myungeun sama persis dengan peringatan Sunggyu. Apa maksudnya?

“Apa maksudmu?”

“Aku.. aku ada di kamar seharian kemarin. Aku turun untuk mengambil air minum sekitar pukul sebelas, aku melihat Dongwoo menerima telepon di depan ruang tengah. Wajahnya terlihat kaget. Lalu dia menelpon seseorang, aku tidak tau siapa, tapi dia melihatku dan mematikan teleponnya. Itu pasti telepon penting.”

Jinri mengangguk, kemungkinan besar itu saat Dongwoo menelponnya kemarin siang.

“Lalu pukul satu, aku mendengar teriakan Howon dan aku berlari kesana. Dongwoo sudah mati, di kamarnya. Itu sangat mengerikan.”

“Oke, lalu apa maksudmu dengan Dongwoo di bunuh dan pembunuhnya ada di asrama ini?”

“Botolnya, botol racunnya. Botol itu ada di hadapan Dongwoo. Berdiri tegak tanpa sedikitpun isi sisanya yang tercecer.”

“Apa?” Jinri masih belum mengerti, apa yang coba dikatakan Myungeun?

“Kamu tau jenis racun yang diminum Dongwoo? Tetrodotoxin, racun ikan fugu. Beberapa tetes saja bisa membuat seluruh tubuhmu kaku dan berhenti bernafas. Dan Dongwoo meminum hampir setengah isi botolnya, dia pasti langsung meninggal saat itu juga. Bagaimana bisa botolnya ada dihadapan Dongwoo, berdiri dan bukannya jatuh berceceran?” Myungeun menarik nafas, sebelum melanjutkan. “Jika itu kamu, diambang kematianmu apa kamu masih memperhatikan botol racunnya? Memastikan botol itu aman dan tidak jatuh? Agar polisi atau siapapun itu tau apa yang kamu minum? Tidak, Jinri. Ada seseorang yang melakukannya.”

Benar juga.

“Hari itu, hari itu aku berani bersumpah tidak ada orang asing yang memasuki asrama ini.  Dan polisi juga sudah memastikannya dari cctv yang ada di depan pintu gerbang. Hanya ada aku, Howon, Woohyun, dan Jiae, juga Sungyeol dan Mijoo yang baru datang beberapa menit sebelum pukul satu. Dan salah satu dari orang-orang ini adalah pembunuhnya.” Tubuh Myungeun bergetar hebat, Jinri mengambil segelas air di atas meja belajar dan memberikannya pada Myungeun, menunggu gadis itu untuk kembali tenang selama beberapa saat.

“Aku tidak mengerti.” Jinri berkata setelah Myungeun terlihat lebih tenang, “apa yang membuat –siapapun itu, membunuh Dongwoo?”

“Dongwoo pria yang baik, aku memang baru mengenalnya selama setahun, tapi itu cukup untuk membuatku yakin kalau Dongwoo terlalu baik untuk dibunuh. Dan jika orang ini sampai membunuh Dongwoo, maka sudah pasti ada sesuatu yang amat penting yang dimilikinya.”

“Hal penting itu adalah?”

“Informasi.” Informasi? “Seperti yang aku bilang, aku melihat Dongwoo menerima telepon di depan ruang tengah. Mungkin bukan hanya aku yang melihatnya, pasti ada orang lain. Dan orang lain itu tidak ingin informasi ini tersebar.”

Jinri mengangguk. Mungkinkah ini informasi yang sama dengan yang ingin Dongwoo katakan padanya dan Myungsoo?

“Lalu apa yang harus kita lakukan?”

“Tidak ada, Jinri. Jangan lakukan apapun.”

Kenapa dia terdengar seperti Sunggyu. “Oh, Myungeun. Apa Sunggyu juga bicara padamu?”

“Sunggyu?” tampaknya tidak.

“Tidak, lanjutkan saja perkataanmu.”

“Begini, jika orang ini membunuh Dongwoo untuk melindungi informasi ini. Dia juga pasti tidak akan segan membunuh kita. Karena itu mari berhenti.”

Apa itu juga alasan Sunggyu meminta mereka berhenti?

Jinri terdiam, menatap wajah Myungeun yang hampir menangis.

“Aku tidak tau. Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan. Dan aku bahkan tidak tau siapa yang bisa dipercaya di tempat ini.” Jinri menggeleng.

“Howon.”

“Apa?”

“Aku percaya Howon.”

Jinri mengangkat alisnya, melirik Myungeun yang menunduk untuk mencoba menyembunyikan wajahnya yang mulai memerah. Great, another loveline.

 

*****

 

Jinri berjalan menuju fakultas kedokteran yang ada di bagian utara universitas Hanguk, sesekali melirik mahasiswa dengan jas putih yang berlalu lalang di hadapannya. Kenapa sih, mahasiswa kedokteran itu harus dianugrahi wajah yang tampan, di atas otaknya yang pintar?

“Ruang C-2-7, gedung kedokteran C, lantai dua.” Jinri mengulang perkataan Eunji sambil mengamati nama ruangan di depan pintu.

Jinri tidak pernah menyukai kegiatan stalking Eunji, tapi tampaknya, punya teman seorang stalker bisa berguna juga. Eunji dapat dengan mudah menyebutkan jadwal, nama ruangan, dan bahkan nama dosen yang mengajar Lee Howon. Jinri tidak tau apa Eunji seorang yang jenius, atau hanya terlalu terobsesi pada pria Busan itu.

“Lee Howon.” Jinri tersenyum, menepuk bahu seorang pria dengan kemeja putih yang sedang bersandar di depan pintu kelas, berbicara dengan seorang gadis yang langsung melotot begitu melihat Jinri.

“Penghuni baru?”

“Namaku adalah Jinri, bukan penghuni baru. Dan aku perlu bicara, denganmu, dan kau juga, Myungeun.” Jinri tersenyum pada gadis itu. “Punya tempat sepi di dekat sini?”

Howon membawa mereka ke atas atap gedung C. Jinri tidak tau apa mereka di ijinkan naik ke tempat ini, tapi dilihat dari gembok rusak yang menutup pintu atap, mereka tampaknya memang tidak di ijinkan berada disana.

“Apa yang mau kau bicarakan?”

“Jadi–“

“Jika kamu mau bilang kamu menyukaiku atau apa, maaf saja tapi aku tidak berminat.”

Jinri tertawa, oh, bagaimana bisa Eunji menyukai pria semenyebalkan ini? Dan bahkan Myungeun yang terlihat sangat normal itu?

“Tidak, bukan tentang itu.” Jinri tersenyum, lalu wajahnya berubah serius. “Ini tentang Dongwoo.”

“Dongwoo?”

“Myungeun bilang aku bisa percaya padamu. Apa kamu benar-benar bisa dipercaya?” Jinri melirik Myungeun yang hanya memilih untuk diam.

“Aku tidak yakin dengan hal lain, tapi jika ini berhubungan dengan Dongwoo. Kau bisa percaya padaku.”

Jinri mengangguk, mungkin Howon memang bisa dipercaya. Lagipula, Jinri tidak punya pilihan lain.

“Pembunuh Dongwoo, menurutku adalah salah satu dari penghuni asrama.”

“Aku sudah tau sebanyak itu.”

Jinri mengangguk, “pertanyaannya adalah, siapa.

“Mungkin lebih tepatnya adalah kenapa.

“Karena Dongwoo tau sesuatu.”

Howon mengangkat alisnya, meminta Jinri untuk melanjutkan.

“Oke, aku akan beritahu ceritanya dari awal. Kamu ingat hari ketika aku dan Sunggyu pergi bersama?”

“Sejak kapan aku peduli dengan masalah percintaanmu?”

“Oh, Howon dengarkan dulu!” Jinri berkata kesal, Howon mengangguk dan menutup mulutnya. “Hari itu kami tidak pergi berdua, ada Dongwoo dan Myungsoo. Kamu tau kemana Sunggyu membawa kami? Pada Ryu Sujeong.”

“Ryu sudah mati.”

“Mayatnya, maksudku. Dia membawa kami melihat autopsi Sujeong.”

“Dan apa hubungannya hal itu dengan Dongwoo?”

“Pada hari kejadian disaat kamu masih tidur, Myungeun bilang dia melihat Dongwoo menerima telepon penting. Dan menurutku, itu ada hubungannya dengan masalah Sujeong.”

“Kalau begitu kita harus tau apa isi telepon penting itu.”

“Dan untuk mengetahuinya, kita perlu tau siapa si penelpon. Itu masalahnya.”

Oh, itu bukan masalah untukku.”

 

*****

 

“Dari mana kamu dapatkan telepon genggam Dongwoo?” Jinri bertanya heran, memandangi telepon genggam jenis Iphone keluaran terbaru itu.

“Aku saksi pertama, Jinri. Dan aku cukup pintar untuk tau kalau benda ini akan berguna suata saat nanti, jadi aku menyembunyikannya.”

“Yunho akan marah besar jika dia tau ini.” Jinri menggeleng, mencoba menyalakannya dan gagal. “Kau mungkin tidak cukup pintar untuk membuat benda ini tetap menyala.”

“Kita hanya perlu mengisi batrainya.” Howon mengambil telepon genggamnya dari tangan Jinri, menyambungkannya ke kabel pengisi daya dan duduk di atas tempat tidurnya, di sebelah Myungeun yang masih memilih untuk diam.

“Kamu belajar di psikologi.”

“Dan?”

“Siapa menurutmu yang memiliki peluang paling besar untuk melakukan ...hal ini?”

“Mudah, mari kita kelompokan orang-orang yang memiliki kemungkinan.” Howon menoleh pada Myungeun, “siapa saja yang berada disini hari itu?”

“Aku, Kamu, Woohyun, dan Sungyeol juga Mijoo yang baru datang beberapa menit sebelum pukul satu. Ada juga Jiae, tapi dia pergi sekitar setengah satu.”

Howon mengangguk, mengambil buku catatan di tangan Myungeun dan menuliskan sesuatu. “Park Myungeun, Lee Howon, Nam Woohyun, Lee Sungyeol, dan Lee Mijoo. Aku akan anggap Jiae tidak terlibat.”

“Lima orang, lalu?”

“Lalu, kamu tau racun yang diminum Dongwoo?”

“Tete...”

“Tetrodotoxin, racun ikan fugu. Sangat sulit mencari racun itu, bahkan para peneliti di rumah sakit kesulitan mendapatkannya. Aku dengar untuk mendapatkan racun itu kamu harus membelinya dari kelompok penjual racun ilegal.”

“Apa ada rumah sakit  yang memiliki racunnya?”

“Ada.” Kali ini Myungeun yang menjawab. “Rumah Sakit Hanguk punya beberapa botol di ruang penyimpanan obat berbahaya.”

“Oke, jadi siapa saja yang mungkin pergi kesana dan mengambilnya?”

“Semua mahasiswa kedokteran pernah kesana. Dan karena letaknya yang berseblahan dengan cafetaria rumah sakit, aku rasa tidak hanya kami para masiswa kedokteran, tapi pengunjung rumah sakitpun bisa memasukinya.”

“Kalau begitu pelakunya bisa siapa saja. Kepalaku sakit.” Jinri mengerang, membenamkan kepalanya ke atas meja belajar Howon.

“Mari kita minta petunjuk pada Dongwoo.” Howon mengambil telepon genggam Dongwoo, menyalakannya dan membuka history telepon.

“Panggilan terakhir 50 detik, Jinri?”

“Ya, Dongwoo memintaku menemuinya di sebuah cafe untuk memberitahu sebuah informasi penting. Tapi dia tidak datang, tidak dapat datang.

“Oke, panggilan sebelumnya. Hey! Ini lumayan lama. 15 menit dari .....Kim Sunggyu.”

 

*****

 

Mata sipit Sunggyu seolah membesar menjadi dua kali lipat begitu Jinri, Hoya dan Myungeun (yang hanya mengekor di belakang) menarik pria itu ke kamarnya sendiri begitu dia tiba di asrama.

“Jinri aku sudah bilang berhenti! Kenapa kau tidak mau mendengarkanku dan bahkan mengajak –mengajak mereka!” Sunggyu berteriak marah, melemparkan tas ranselnya sembarangan, lalu meletakan selembar map yang di bawanya ke atas meja.

“Ada apa denganmu? Kamu yang membuatku terlibat dengan hal ini!”

“Ya, dan aku menyesal sudah melibatkanmu, dan Dongwoo. Karena itu Jinri, ayo kita berhenti.”

“Kamu tidak seperti ini sebelumnya. Apa yang membuatmu berubah? Ancaman?” Jinri menggeleng heran.

“Ya, ancaman.” Sunggyu menjawab lirih, mengambil sebuah kertas yang ada di dalam lemarinya, lalu memberikannya pada Howon. “Aku mendapatkan kertas ini setelah mengantar Nyonya Yoo ke kamarnya di hari kematian Dongwoo.”

Three down, stop whatever you’re doing or there would be four and counting.” Howon membaca isinya, “Tiga gugur, berhenti melakukan apa yang kalian lakukan atau nanti akan ada yang keempat dan selanjutnya.”

“Tiga?”

“Mungkin maksudnya Dongwoo, Sujeong dan...” Howon berhenti ketika dia menyadari sesuatu, “Jisoo. Orang ini juga membunuh Jisoo.”

“Dan dia juga akan membunuh lebih banyak lagi jika kita tidak berhenti melakukan ini. Hentikan ini Jinri, dan kau juga Howon. Dan Myungeun, aku tidak mengerti kenapa kamu mau bergabung dengan mereka, tapi ayo berhenti.” Sunggyu menepuk pundak Myungeun yang hanya mengangguk kecil.

“Kamu yakin benar-benar mau berhenti?”

Jinri tersenyum, melirik map yang tadi diletakan Sunggyu di atas meja. Melihat bagaimana Sunggyu melempar tasnya dan justru menjaga map ini, apa itu berarti ada sesuatu yang berharga di dalamnya?

“Tentu saja.”

Jinri mengangguk, berjalan mendekat ke arah meja. Map itu memiliki label rumah sakit Hanguk di atasnya. Kalau dugaan Jinri benar maka ini berarti....

Jinri mengambil mapnya, membuka selembar kertas di dalam dan membaca isinya sebelum Sunggyu sempat bereaksi.

“....jadwal jaga Laboratorium Obat Berbahaya Rumah Sakit Universitas Hanguk.” Jinri tersenyum penuh kemenangan pada Sunggyu yang mengerang kesal. “Siapa yang tadi meminta kita untuk berhenti?”

Howon mendecak, sementara Myungeun hanya memberi sedikit cibiran pada Sunggyu.

“Oke, aku memang ingin kalian berhenti. Dan aku akan meneruskan semuanya sendiri. Tapi dilihat dari ekspresi kalian...” Sunggyu menghembuskan nafas pasrah, mengambil surat di tangan Jinri dan berjalan menuju tempat tidur, mengisyaratkan ke tiga orang lainnya untuk mendekat, “...ayo kita selesaikan masalah ini.”

“Pertama, aku ingin kalian membaca jadwal jaga ini.” Sunggyu meletakan kertasnya di tengah-tengah. “Aku juga sudah meminta data pengunjung Laboratorium, mungkin hasilnya akan datang nanti sore atau besok. Bagaimana, ada yang aneh?”

Jinri mengangkat bahu, mencoba mencari sesuatu yang tidak biasa pada jadwal tersebut. Minggu pertama, Park Sooyoung, Kim Dasom, Lee Soojung ..hey, ada nama Soojung disini?

“Soojung juga menjaga Laboratorium?”

 “Mahasiswa kedokteran semester tujuh akan kuliah kerja di rumah sakit Hanguk. Aku ingat dulu harus menjaga kamar mayat dua minggu sekali, setiap pulang seluruh tubuhku akan mengeluarkan bau formalin.” Sunggyu tertawa sebentar, lalu wajahnya berubah serius. Dia mengambil kalender kecil di atas meja yang memiliki dua bulatan merah pada bulan ini. “Dan ini tanggal kematian Dongwoo, ini Sujeong, lalu bulan lalu, kematian Seo Jisoo.”

Jinri mengangguk, mencoba membandingkan tanggal di kalender dengan jadwal jaga. Jinri masih belum bisa melihat kaitan keduanya sampai Myungeun memekik dan wajahnya berubah pucat.

“Pada kematian Dongwoo, Sujeong dan Jisoo ...Soojung selalu bertugas di rumah sakit.”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
no-w-here
#1
Chapter 8: Sudah selesai? I want moaaarree..
Hihihi..
Nice story, dan endingnyaa melegakan (?) Hahahaha..
Ayoo bikin myungli lagii.. aku agak terobsesi sama myungli nih krn baca cerita2 kamu.. kekekeke
babbychoi
#2
Chapter 8: Aaaaah lucu banget sih. Seneng deh Myunglinya nggemesin. Mau dong dibikin Myungli lagi lagi dan lagi.
vanilla133 #3
Chapter 8: Hehehehe. Benar tekaan ku pacarnya sunggyu ,krystal. Myungli lucu deh.
babbychoi
#4
Chapter 7: Jadi Woohyun? Hmm sudah kuduga :v
Yeaaay!!! And finally myungsoo ku sama Jinrikuu
Ditunggu next MyungLi-nyaa ;)
tazkia #5
Chapter 7: Tuh kan bener dugaan aku ternyata si woohyun otak dari semua pembunuhan di asrama W...
Kirain jinri akhir akhirnya pacaran ama sunggyu ehh ternyata ama si ganteng....
Oh iya unni ff yg the truth lanjutin dong plissss padahal aku suka bgt sama jalan ceritanya yg gk ngebosenin....
vanilla133 #6
Chapter 7: Woah~ ternyata beneran woohyun pelakunya. Scene yg akhir sekali manis banget menurutku!! Nggak nyangka rupanya itu alasan jinri pindah ke asrama W. Anyway,I love this story!
babbychoi
#7
Chapter 6: Selalu deg degan baca fic kamu. Yaampun jadi siapa pembunuhnya?
Nam Woohyun kah? Atau justru malah Kim Myungsoo-kuuh???
vanilla133 #8
Chapter 6: Aigoo~ pusing kepalaku mikirkan siapa pembunuhnya. Apa yoojiae orangnya?
babbychoi
#9
Chapter 5: OMG aku makin bingung siapa pembunuhnya, biasanya kan fanfic kakak ngecoh hweheheh
Tapi serius deh ff kakak keren.
Baydewey Myungsoo dikit banget yah sceennya. Padahal kan aku MyungLi shipper hwehehehe :D
Updet soon ya kakak.
tazkia #10
Chapter 5: Kyaaa unni aku bolak balik ngecek update-an unni....
Aku suka bgt sama semua ff unni yg setiap chapter selalu bikin penasaran..
Oh iya unni aku perasaan pernah baca ff unni di blog dan aku lupa namanya...aku boleh minta nama blognya gk???oh iya maafin unni sekarang baru komennya kemaren kemaren jadi silent readers mulu nih huhuhu