Three

New Place

Tiga hari setelah itu tidak ada begitu hal yang berarti. Tidak ada masalah dan keadaan di asrama kembali kondusif (semua orang mencoba untuk bertingkah seperti tidak ada yang salah; seperti kamar nomor enam di sebelah Jinri itu memang selalu tidak berpenghuni), dan Jinri kembali menyibukkan dirinya dengan kuliah dan organisasi.

Jadi Jinri juga mencoba melupakan segalanya. Mungkin, Sujeong memang membunuh dirinya sendiri. Tapi entah kenapa setiap kali melihat bekas luka di bahu Sungyeol yang belum juga kering, Jinri merasa seperti ada yang salah. Seperti ada yang mereka lewatkan tapi Jinri tidak yakin apa. Atau mungkin juga, Jinri hanya terlalu khawatir.

Jinri sedang makan siang bersama Soojung saat itu, (bukan Lee Soojung, dan tentu juga bukan almarhum Ryu Sujeong –Jung Soojung, adalah sahabat Jinri dari jurusan kedokteran) saat lagu Loser milik Big Bang mengalun dari telepon genggamnya.

“Sebentar.” Jinri mengangkat telepon, melihat satu panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenal.

“Halo?”

Jinri, ini.. ini Dongwoo! Ada hal yang harus kuberitahukan padamu dan kau benar-benar harus mendengar ini. Maksudku, ini benar-benar penting dan astaga!”

Jinri mengernyitkan dahinya, Dongwoo terdengar bersemangat. Sangat bersemangat. Tapi bukan semangat yang menyenangkan, justru terdengar sedikit ...takut?

Oh, Dongwoo, ada apa? Bicara dengan benar.”

Jinri ini mengenai–“ Dongwoo berhenti selama beberapa detik, lalu melanjutkan dengan suara lebih kecil, “Sujeong. Aku tau sesuatu, ayo bertemu di cafe Tree.”

Dan Dongwoo langsung mematikan telepon genggamnya. Jinri mengeluarkan dompetnya lalu menyodorkan selembar uang sepuluh ribu won pada Soojung yang menatapnya bingung.

“Tolong bayar makananku. Kamu tau letak cafe uh, Three, tiga?”

“Mungkin maksudmu cafe Tree, pohon. Letaknya lima ratus meter dari selatan Kampus, memiliki warna coklat kayu dengan atap berwarna hijau. Kamu mau pergi kesana? Sendirian?”

Jinri menggeleng, lalu matanya melihat seorang pria dengan kaos hitam yang baru memasuki kantin. Tampaknya pria itu juga menyadari keberadaan Jinri dan berjalan mendekat dengan terburu-buru, wajahnya terlihat serius.

 “Tidak juga, aku akan pergi bersama pria paling tampan sedunia.”

Soojung mengikuti arah pandangan Jinri dan langsung tersenyum mengerti.

 

*****

 

Cafe Tree memiliki interior khas pepohonan dengan wallpaper berwarna coklat ala batang kayu di setiap dindingnya. Dari speaker kecil berwarna hijau daun di tiap sisi mengalun lagu ballad lembut masa kini. Benar-benar bukan tempat yang cocok dengan kepribadian Dongwoo. Tapi yang paling menarik adalah banyaknya pengunjung dengan jas hitam seperti pengusaha dan jas putih ala dokter dari berbagai usia. Kemungkinan besar memakai jas putih adalah dokter dan mahasiswa kedokteran dari universitas Hanguk, tapi Jinri masih tidak yakin status mereka yang berjas hitam.

“Aku heran kenapa banyak dokter disini.”

“Kenapa? Takut bertemu dengan teman sekelasmu?” Jinri bertanya acuh, memilih duduk disalah satu meja berbentuk batang kayu dengan dua buah kursi berwarna hijau.

“Tempat ini berada di sisi yang berlawanan dengan gedung fakultas kedokteran maupun rumah sakit universitas Hanguk.” Myungsoo berkata heran, melihat kepada pengunjung yang ada disekitar mereka.

Pelayan yang menghampiri meja Jinri dan Myungsoo adalah seorang pria muda yang entah kenapa mengingatkan Jinri pada seseorang, entah siapa.

“Selamat datang di cafe Tree, apa yang ingin anda pesan?” Pelayan itu tersenyum manis dan Jinri merasa ingin balas tersenyum, andai saja tidak ada perasaan aneh yang menyergap pikirannya.

“Aku ...uh..” Jinri membaca nama-nama menu yang terdengar aneh di telinganya, Tetro Pasta? Pota Pizza? “Tolong berikan aku menu makanan favorite disini, kamu Myungsoo?”

“Samakan saja.” Myungsoo bahkan tidak repot-repot mengambil menunya, dia masih tampak mengamati pengunjung cafe lainnya.

“...tentu saja. Silahkan menunggu lima belas menit.”

“Ini benar-benar aneh, Jinri.”

Oh, Myungsoo, jangan terlalu dipikirkan, mungkin cafe ini menyediakan makanan yang ..sehat? Bukankah kalian para dokter suka makanan sehat? Dan mereka dengan jas hitam itu ...uh, mungkin para pengusaha muda yang juga suka makanan sehat?”

“Aku masih tidak yakin.”

“Jangan terlalu dipikirkan. Bukankah lebih baik kita memikirkan apa yang akan dikatakan Dongwoo nanti?”

Myungsoo mengangguk walau wajahnya terlihat masih ragu, dan menutup mulutnya. Jinri menyesal mengatakan hal itu, karena  Myungsoo tidak mengatakan apapun. Mereka menghabiskan sepuluh menit dalam diam tapi Dongwoo masih belum juga datang. Bahkan saat makanan pesanan Jinri dan Myungsoo (yang ternyata hanyalah pasta biasa dengan segelas besar soda –Jinri menarik perkataannya tentang cafe ini memiliki makanan sehat) disajikan lima menit setelahnya, Dongwoo masih tidak terlihat.

“Aku khawatir.” Jinri bergumam, mencicipi pasta yang rasanya begitu mirip dengan pasta instan di minimarket.

Kekhawatiran Jinri tampaknya terbukti karena telepon Myungsoo berbunyi beberapa detik kemudian. Dan setelah mengangkatnya, wajah Myungsoo berubah pucat.

“Dongwoo ditemukan meninggal di kamarnya.”

 

*****

 

Dua buah mobil polisi dan satu mobil ambulan sudah terparkir di halaman depan asrama begitu Jinri dan Myungsoo tiba. Dua orang polisi berbadan tegap sedang berdiri bergerombol di depan pintu ambulan, sementara beberapa petugas rumah sakit berbaju putih tampak menerangkan sesuatu.

“Apa yang terjadi, hyung.”

Myungsoo bertanya pada Sunggyu –salah seorang dari pria berbaju putih (yang Jinri kira adalah petugas rumah sakit.)

Tetrodotoxin, itu yang terjadi.” Sunggyu menatap ke dalam mobil ambulan. Dari sela-sela kain putih yang digunakan untuk menutup tubuh Dongwoo, Jinri bisa melihat rambut hitam pria itu. Dan sekilas, Jinri merasa ingin menangis. Apa benar Dongwoo, si pria jenius-atau-bodoh yang luar biasa baik itu sudah tidak ada?

“Bunuh diri?”

“Seseorang menemukan Dongwoo di dalam kamarnya dengan mulut berbosa dan botol potasium kosong di hadapannya. Menurutmu bagaimana?” Suara Sunggyu terdengar berat, wajahnya serius tapi Jinri yakin Sunggyu hanya berusaha menahan kesedihannya.

“Menurutku itu seperti Jisoo.” Jinri  berkata, Myungsoo meliriknya heran. “Menurutku orang ini berusaha membuatnya seperti Jisoo.”

“Kamu tahu–“ “AK!” Perkataan Myungsoo dipotong oleh suara pekikan keras dari dalam asrama.

Jinri memandang Sunggyu yang wajah seriusnya berubah kesal.

“Tampaknya Jiae tidak berhasil menenangkan Nyonya Yoo.”

Sunggyu berlari masuk menuju ruang tengah, dimana seorang wanita tengah baya sedang berdiri dan melontarkan berbagai makian pada dua gadis dan seorang pria berseragam polisi dihadapannya.

. “OH, Sunggyu, Sunggyu bagaimana bisa kau melakukan ini padaku.” Wanita tengah baya itu langsung memekik begitu melihat Sunggyu. “Aku percayakan asrama ini padamu, dan padamu juga Soojung. Tapi bagaimana bisa –oh astaga. Dan bahkan kau, Jiae. Ya Tuhan.”

Wanita tengah baya –yang dugaan Jinri adalah Nyonya Yoo, menghempaskan dirinya ke sofa ruang tengah. Wajahnya yang tampak muda mengernyit marah.

“Nyonya, aku minta maaf sekali tapi–“

“Oke, kau memang tidak melaporkannya. Dasar Lee Howon sialan, dimana pria itu? Bukankah aku sudah bilang beribu kali kalau reputasi asrama ini adalah yang nomor satu? Aku tidak peduli ada pembunuhan, pembantaian, atau apapun juga. Tapi jika ada polisi yang datang kemari, itu berarti semua orang akan berhenti datang ke asrama ini, dan –astaga.”

Nyonya Yoo menggeleng, wajahnya terlihat benar-benar ketakutan.

“Sebaiknya anda istirahat.” Sunggyu mendekat, merangkul Nyonya Yoo yang masih tampak panik ke dalam kamar Soojung di sebelah kanan tangga diikuti dua gadis lainnya.

“Itu Nyonya Yoo?”

Jinri bertanya pada Myungsoo yang hanya mengangguk kesal, sementara seorang pria berpakaian polisi yang berdiri di sana langsung berbalik begitu mendengar suara Jinri.

“Jinri?”

“Yunho?”

 

*****

 

Jung Yunho, lulusan Asrama S yang kini sedang menjalin karirnya sebagai kepala kepolisian bidang kriminal. Jinri sudah mengenal pria ini sejak umurnya masih remaja, Yunho yang Jinri kenal adalah pria kaku dan akan selalu mengeluarkan lelucon garing. Tapi paling tidak, mengenal Yunho menguntungkannya, seperti saat ini.

“Tolong ingatkan kenapa aku mengizinkanmu ada di dalam sini?” Yunho menatap Jinri dengan ragu.

“Karena aku berjanji akan memberikan nomor telepon nona Uee dari asrama P?” Jinri tersenyum jahil, “dan berhenti meragukanku. Aku tidak ada di tempat ini saat kejadian.”

“Baik, katakanlah aku mengizinkanmu. Tapi kenapa pria ini juga ada disini?”

“Karena kita menggunakan kamarnya untuk investigasi, dan... uh, Sunggyu akan membantu menyelesaikan masalah ini. Aku yakin.” Jinri melirik Sunggyu yang hanya duduk dari tempat tidurnya dengan tatapan kosong.

“Aku harap aku tidak menyesali hal ini.” Yunho mengerang, lalu menghembuskan nafas pasrah. “Lebih baik kita mulai saja.”

Yang pertama masuk ke dalam kamar adalah Howon, wajahnya terlihat penuh emosi, matanya yang merah masih terlihat bengkak karena kebanyakan menangis. Howon hanya melirik Jinri dan Sunggyu sekilas, sebelum duduk di kursi depan Yunho.

“Jadi, Lee Howon. Anda yang pertama kali menemukan Jang Dongwoo?”

“Ya.”

“Dan dimana anda berada saat kejadian?”

“Kamar.”

Yunho mengangguk, terlihat mencoba menahan emosinya karena jawaban singkat Howon.

“Tuan Lee, aku ta–“

“Keteranganmu akan membantu penelitian ini Howon. Keteranganmu akan membantu Dongwoo.” Sunggyu berkata, wajahnya masih sekosong sebelumnya.

Howon menghela nafas sebelum akhirnya mengangguk,

“Tadi pagi aku dan Dongwoo membuat janji untuk makan siang bersama, karena kelelahan aku tidur pukul setengah sebelas dan meminta Dongwoo membangunkanku sebelum tengah hari. Tapi saat aku terbangun pukul satu lebih, Dongwoo belum juga membangunkanku. Jadi aku pergi ke kamarnya dan menemukan, menemukan, .” Howon mengepal tangannya erat. “Aku tidak yakin siapa yang membunuh Dongwoo, tapi siapapun itu, aku berjanji akan membuatnya menyesal sudah melakukan ini.

“Menurut anda, apa alasan yang bisa menyebabkan hal ini terjadi?”

“Tidak ada, astaga, biar aku pikirkan bagaimanapun juga ini tidak mungkin. Andai itu Nam Woohyun, atau Sungyeol, atau mungkin aku. Aku bisa mengerti kenapa ada yang membenci kami. Tapi Dongwoo? Alasan apa yang bisa membuat seseorang membunuhnya?”

“Baiklah.” Yunho menuliskan sesuatu di buku catatan kecilnya, lalu tersenyum, “selanjutnya.”

Soojung dan Jiae masuk tidak lama setelah Howon keluar. Wajah keduanya terlihat tenang, walau Jinri bisa melihat sedikit ekspresi sedih yang mereka coba sembunyikan.

“Aku berada di rumah sakit sejak pagi.” Soojung yang pertama menjelaskan, dan dilihat dari jas putih yang dipakainya, tampaknya Soojung berkata jujur. “Jiae menjemputku pukul satu. Kalian bisa lihat daftar tamu di rumah sakit.”

“Aku berada di kampus sejak pagi, lalu kembali ke asrama sekitar pukul setengah dua belas dan pergi menjemput Soojung ke rumah sakit pukul satu kurang lima belas menit. Begitu kami tiba, sudah ada satu mobil polisi di depan asrama.” Jiae menjelaskan ceritanya.

“Tuan Lee Howon bilang tidak mungkin ada alasan yang bisa membuat seseorang membunuh Dongwoo. Bagaimana menurut kalian?”

Soojung dan Jiae berpandangan, seolah sedikit bingung, sebelum akhirnya Soojung mengangguk. “Kami setuju.”

Yang selanjutnya masuk adalah Nam Woohyun. Woohyun terlihat sedikit terlalu normal untuk seseorang yang baru saja menyaksikan teman seasramanya meninggal, dia bahkan sempat melambai pada Sunggyu dan melemparkan simbol hati pada Jinri saat memasuki ruangan.

“Oke, mari kita buat ini cepat. Aku masih harus pergi ke kampus pada pukul tiga.” Nam Woohyun melihat jam di pergelangan tangannya. “Aku ada di asrama seharian karena kuliah hari ini dimulai sore hari. Aku menonton televisi bersama Howon dan Dongwoo di ruang tengah. Pukul setengah sebelas Howon mengaku mengantuk dan pergi ke kamarnya untuk tidur. Lalu mungkin satu jam setelahnya aku juga memilih pergi ke kamar untuk tidur dan meninggalkan Dongwoo sendirian disana. Aku terbangun karena teriakan Howon, dan yeah, Dongwoo sudah tidak ada.”

“Jadi selama satu hari ini anda hanya berinteraksi dengan Lee Howon dan Jang Dongwoo?”

“Oh.. tidak juga! Aku baru ingat, satu jam setelah Howon tidur aku keluar bukan karena ingin tidur. Aku ingat Jiae pulang saat itu, jadi aku keluar untuk sedikit menggodanya,tidak lama, Jiae tampaknya tidak begitu ingin bercanda jadi aku memilih pergi ke kamar untuk tidur.”

“Oke, baiklah. Menurut anda, apa alasan semua kejadian ini?”

“Aku tidak yakin, tapi Dongwoo adalah pria yang begitu baik. Banyak teman dan keluarga yang menyayanginya, dan nilainya juga tidak begitu buruk. Aku tidak tau kenapa dia mau membunuh dirinya sendiri.”

Myungeun adalah yang berikutnya, wajahnya masih memiliki ekspresi yang sama dengan saat pertama kali Jinri melihatnya. Myungeun berjalan masuk tanpa melirik Sunggyu dan Jinri sedikitpun, dan duduk membisu sampai Yunho memulai pertanyaannya.

“Dimana anda saat kejadian berlangsung?”

“Kamar.”

Oh, great. Another Lee Howon.

“Nona, anda tau bahwa setiap keterangan anda berharga dan bisa membantu kami menyelesaikan kasus ini, kan?”

Myungeun mengangguk, tapi masih tidak berkata apapun.

“Apa yang anda lakukan saat kejadian?”

“Belajar.”

Oh, tentu saja.

“Apa anda mendengar teriakan Tuan Lee Howon?”

Myungeun mengangguk lagi.

“Dan apa anda langsung pergi kesana saat mendengarnya?”

Myungeun mengangguk untuk yang ketiga kalinya. Jinri merasa kepalanya pening.

“Apa penyebab kejadian ini, menurut anda?”

Myungeun menggeleng. Yunho menghembuskan nafas kesal dan meminta gadis itu keluar, Myungeun berdiri kemudian berjalan menuju pintu, lalu berbalik tepat sebelum membuka kenopnya. Myungeun menatap Sunggyu, lalu Jinri, dan berkata dengan suara lirih.

“Seseorang membunuhnya, dan seseorang itu pastinya berasal dari asrama ini.”

Myungeun langsung pergi keluar tanpa menjelaskan maksudnya, dan Jinri tidak sempat mengejar gadis itu karena Mijoo dan Sungyeol langsung masuk ke dalam ruangan sesaat setelah Myungeun keluar.

Pikiran tentang Myungeun begitu menghantuinya sehingga Jinri tidak begitu mendengarkan penjelasan Sungyeol dan Mijoo, intinya, mereka berada di luar sejak pagi untuk suatu kegiatan (Jinri yakin itu adalah kencan), kembali beberapa menit sebelum pukul satu dan menghabiskan waktu di ruang makan sampai Howon berteriak, dan karena Jinri percaya pada Mijoo, maka mungkin Sungyeol juga bisa dipercaya. Walaupun pendapat keduanya mengenai penyebab kejadian ini sedikit berbeda. Mijoo, seperti Howon berpendapat kalau dia tidak mengerti alasan seseorang membunuh Dongwoo. Sementara menurut Sungyeol, Dongwoo meminum racunnya karena dia berpikir itu adalah obat sakit kepala (walau setelah itu Sungyeol tertawa dan meminta maaf atas gurauannya yang tidak begitu lucu).

“Oh, akhirnya selesai.” Yunho meregangkan seluruh tubuhnya setelah Mijoo dan Sungyeol keluar.

“Bagaimana dengan Myungsoo?”

“Kamu bersamanya siang ini, dan karena kau percaya padanya, aku juga.”

“Aku tidak, tapi Sunggyu percaya.” Jinri mengangkat bahu, melirik Sunggyu yang masih memiliki ekspresi yang sama kosongnya dengan tadi. Ada apa dengannya?

“Oh, mengenai pernyataan Myungeun tadi.”

Yunho mengangguk, “Aku akan minta mereka memanggilnya kembali.” Yunho keluar untuk menemui polisi bawahannya, dan kembali lagi dengan wajah serius, “Gadis ini pergi.”

“Apa? Lalu bagaimana? Kamu mau menunggu sampai dia kembali?”

“Jangan.” Setelah sekian lama berdiam diri, Sunggyu akhirnya bicara. Ekspresinya yang kosong mulai berubah menjadi sebuah ekspresi yang Jinri tidak yakin apa.

“Jangan, mari berhenti selidiki kasus ini.” Takut?

“Dan jangan tanyakan apapun pada Myungeun.” Khawatir?

“Mari ...mari serahkan ini semua pada polisi.” Putus asa?

“Apa maksudmu? Kita sudah setengah jalan, dan –dan bagaimana dengan Dongwoo?”

Sunggyu mengacak rambutnya kesal, lalu berjalan menuju pintu, “berhenti. Mari berhenti.”

Dan Sunggyu keluar dari kamar, meninggalkan Yunho dan Jinri yang saling berpandangan bingung.

“Kamu akan punya banyak PR, Jinri.”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
no-w-here
#1
Chapter 8: Sudah selesai? I want moaaarree..
Hihihi..
Nice story, dan endingnyaa melegakan (?) Hahahaha..
Ayoo bikin myungli lagii.. aku agak terobsesi sama myungli nih krn baca cerita2 kamu.. kekekeke
babbychoi
#2
Chapter 8: Aaaaah lucu banget sih. Seneng deh Myunglinya nggemesin. Mau dong dibikin Myungli lagi lagi dan lagi.
vanilla133 #3
Chapter 8: Hehehehe. Benar tekaan ku pacarnya sunggyu ,krystal. Myungli lucu deh.
babbychoi
#4
Chapter 7: Jadi Woohyun? Hmm sudah kuduga :v
Yeaaay!!! And finally myungsoo ku sama Jinrikuu
Ditunggu next MyungLi-nyaa ;)
tazkia #5
Chapter 7: Tuh kan bener dugaan aku ternyata si woohyun otak dari semua pembunuhan di asrama W...
Kirain jinri akhir akhirnya pacaran ama sunggyu ehh ternyata ama si ganteng....
Oh iya unni ff yg the truth lanjutin dong plissss padahal aku suka bgt sama jalan ceritanya yg gk ngebosenin....
vanilla133 #6
Chapter 7: Woah~ ternyata beneran woohyun pelakunya. Scene yg akhir sekali manis banget menurutku!! Nggak nyangka rupanya itu alasan jinri pindah ke asrama W. Anyway,I love this story!
babbychoi
#7
Chapter 6: Selalu deg degan baca fic kamu. Yaampun jadi siapa pembunuhnya?
Nam Woohyun kah? Atau justru malah Kim Myungsoo-kuuh???
vanilla133 #8
Chapter 6: Aigoo~ pusing kepalaku mikirkan siapa pembunuhnya. Apa yoojiae orangnya?
babbychoi
#9
Chapter 5: OMG aku makin bingung siapa pembunuhnya, biasanya kan fanfic kakak ngecoh hweheheh
Tapi serius deh ff kakak keren.
Baydewey Myungsoo dikit banget yah sceennya. Padahal kan aku MyungLi shipper hwehehehe :D
Updet soon ya kakak.
tazkia #10
Chapter 5: Kyaaa unni aku bolak balik ngecek update-an unni....
Aku suka bgt sama semua ff unni yg setiap chapter selalu bikin penasaran..
Oh iya unni aku perasaan pernah baca ff unni di blog dan aku lupa namanya...aku boleh minta nama blognya gk???oh iya maafin unni sekarang baru komennya kemaren kemaren jadi silent readers mulu nih huhuhu