Chapter 3
Melody In The SkySoojung menghela nafas lega ketika ia telah menyelesaikan Memory dengan tanpa sedikitpun ada nada yang meleset. Ia tersenyum dalam hati.
Kau bisa Jung Soojung.
Kau melakukan apa yang ingin kau lakukan dengan baik.
Appa, Eomma... Terima kasih.
Hening menyelimuti Auditorium. Melodi yang mengalun beberapa detik yang lalu masih membuat para siswa yang menonton pertunjukan Soojung terpukau. Seperti tersihir oleh alunan nada, mereka bahkan tidak menyadari bahwa kini sang pianis telah menyelesaikan lagunya.
Prok prokk...
Prokk prokk prookk prokk.....
Tepuk tangan Taeyeon kemudian diikuti beberapa siswa yang lain hingga kini seluruh penonton yang berada di ruangan itu bertepuk tangan untuk Sang Pianis yang berdiri membungkuk sebagai tanda terima kasih pada penonton. Ralat. Tidak semua penonton. Pemuda yang duduk disamping Taeyeon kini malah memandang sang Pianis. Sebuah tatapan meremehkan terpancar dari mata Kim Jongin.
“Itulah yang membuatku tertarik padanya Taeyeon. Kemampuan improvisasinya bisa membuat siapapun terperangah.” Baekhyun menoleh ke arah Taeyeon yang masih menatap kepergian Soojung menuju backstage. Taeyeon mengangguk membenarkan ucapan Baekhyun. Bahkan ia yang tidak tahu apapun soal piano kini ikut membenarkan.
“Kau benar. Melodi yang mengalun benar-benar membuat semua orang terpana.” Taeyeon terlihat antusias memuji tetangga barunya itu.
“Apa yang kalian banggakan? Tidak ada yang dapat membawakan Memory sebagus sahabatku. Dan gadis barusan? Sama sekali tidak bisa memainkan emosiku saat aku mendengarkannya.” Kim Jongin menunjuk ke arah panggung. Berkomentar berharap kedua sahabatnya itu juga setuju dengan pendapatnya.
Pembohong.
Kim Jongin pembohong. Tidak bisa memainkan emosinya? Ia bahkan langsung mengingat masa kecilnya saat mendengar itu. Dan kini baru saja Kim Jongin menyadari sebuah kebenaran.
Ia tidak ingin ada orang lain yang dapat membawakan “Memory” jauh lebih baik dari sahabat kecilnya.
“Kau.. aisshhh... selalu saja mengungkit sahabat masa kecilmu itu.” Taeyeon menatap Kim Jongin namun sebelum Jongin berkomentar, gadis itu sudah pergi meninggalkan Baekhyun dan Jongin yang heran dengan sikap Taeyeon barusan.
“Apa baru saja ia marah padaku? Dia cemburu?” Kim Jongin menunjuk dirinya sendiri. Baekhyun hanya diam saja.
“Ya tuhan... apa ini pertanda Taeyeon juga menyukaiku lebih dari seorang sahabat?” Kim Jongin tertawa girang lalu berlari mengejar Taeyeon. Baekhyun hanya menatap kepergian Kim Jongin. Entah kenapa hatinya sedikit sesak.
.
.
.
“Kau benar-benar mempesona. Selamat Soojung.” Jinri memeluk Soojung yang kini juga tersenyum melihat tingkah Jinri yang sedikit berlebihan.
“Kau berlebihan.” Soojung berkomentar dan melepaskan pelukan Jinri sambil tersenyum.
“Jinri benar Soojung. Kau sangat memukau.” Entah sejak kapan Baekhyun berdiri didepan pintu menyaksikan dua orang gadis cantik sedang merayakan keberhasilan mereka.
“Baekhyun-ssi..”
“Jinri kau bisa meninggalkan kami berdua?”
Soojung menggigit bibir bawahnya. Ia merutuki keputusan Jinri yang mau saja menuruti perkatan Baekhyun untuk membiarkan ia berduaan saja. Dan saat ini? Sudah dua menit sejak kepergian Jinri, pemuda itu sama sekali tidak bersuara. Soojung melirik Baekhyun yang bersandar didinding sedang menunduk . Sepertinya pemuda itu sedang bersedih. Soojung ingin sekali meninggalkan ruangan ini.
“Soojung..” Soojung menoleh kearah Baekhyun yang kini sedang menatapnya.
“Kau terlihat sangat... kau sakit Baekhyun-ssi?” Soojung merutuki dirinya sendiri yang selalu tidak bisa mengabaikan orang lain. Berulang kali ia mencoba untuk tidak peduli terhadap orang-orang disekitarnya. Seberapa keras ia mencoba menghilangkan segala hal yang melekat pada dirinya. Termasuk sifat aslinya. Ia tetaplah seorang Jung Soojung. Dengan kepedulian dan sikap hangatnya. Soojung mendesah pelan. Baiklah. Baekhyun mungkin sudah tahu banyak soal dirinya dari Paman Henry. Dan kini ia tidak perlu bersembunyi lagi dibalik topengnya jika berhadapan dengan pemuda tampan itu. Baiklah, kini nama Baekhyun ia coret juga dari catatan “Orang asing yang harus dihindari” bersama-sama dengan nama Jinri dan tetangganya, Taeyeon.
“Oppa. Panggillah aku Oppa. Mulai saat ini mungkin kita akan lebih sering berhubungan Soojung.” Baekhyun tersenyum bagitu menyadari gadis didepannya itu kini sudah mau menerimanya dan tidak mengacuhkannya seperti kemarin.
“Ya, Oppa. Aku juga berpikiran seperti itu. Jadi ada yang ingin dibicarakan?” Soojung tersenyum. Bukan senyum seperti kemarin. Tapi senyum yang sangat manis.
“Tidak ada yang penting. Aku hanya ingin mengucapkan selamat padamu, kau benar-benar menakjubkan.” Baekhyun mengangkat kedua ibu jarinya, senyum ceria tercetak diwajah pemuda itu. Soojung tertawa.
“Kau melakukan apa yang kau inginkan dengan baik, adik kecil. Sampai jumpa.” Baekhyun membalas tawa Soojung dengan senyuman sesaat sebelum ia meninggalkan gadis itu.
Soojung menghela nafasnya saat Baekhyun sudah berjalan menuju pintu. Matanya masih menatap Pemuda yang menurutnya sangat baik dan terlihat sangat perhatian. Ia kemudian tersenyum miris membayangkan apa yang akan terjadi nanti ketika Baekhyun sudah mengetahui semuanya.
.
.
.
“Kau cemburu? “ Kim Jongin menggoda Taeyeon yang kini sedang mengacuhkannya.
“Lihatlah, gadis yang kusukai kini sedang mengacuhkanku.” Taeyeon menatap Kim Jongin yang masih berada didepannya. Apa? Gadis yang kusukai? Jadi?
“Aku menyu
Comments