KyungAe's Real Meeting

Arranged Life
Please Subscribe to read the full chapter

Hari penyambutan datangnya presiden ke Cheongwadae tiba. Halaman Cheongwadae penuh dengan pria kekar berseragam jas hitam membentuk pagar betis sepanjang halaman masuk mengawasi supaya wartawan tetap teratur. Wajar saja, ini akan menjadi pertemuan langsung dan resmi untuk raja dan presiden yang baru. Dan tentu saja pertemuan calon pengantin “Negara”. Itulah yang membuat pengamanan diperketat dan jumlah wartawan yang masuk dibatasi.

Presiden Do sudah meminta pada pihak kerajaan kalau upacara minum teh nanti akan dilaksanakan di Chunchugwan – paviliun musim semi – dan hanya dihadiri keluarga raja dan beberapa orang kepercayaan saja tanpa pers. Upacara itu akan dilakukan setelah Presiden selesai menjamu tamu dan melakukan konferensi pers.Yoon Ae sudah di dalam ruangan pribadi di Cheongwadae bersama dayang Choi sementara Raja dan Ratu masih mengikuti proses penyambutan itu. Ia menggunakan hanbok modern atasan warna peach dengan rok pink tua dan rambutnya hanya disanggul sederhana. Beberapa kali Yoon Ae meniup poninya untuk mengurangi rasa gugup yang luar biasa. Beberapa kali juga ia merubah posisinya supaya nyaman. Duduk, berdiri, duduk lagi dan kemudian berdiri melongok keluar dimana hanya ada lautan manusia di kejauhan dari balik jendela, kemudian ia duduk kembali.

“Apa anda ingin minum sesuatu, Yang Mulia?” tanya dayang Choi yang duduk di hadapan Yoon Ae yang gelisah sambil meremas-remas jemarinya.

“Tidak, terima kasih," jawab Yoon Ae singkat dengan nada gugup. Kakinya tak bisa berhenti bergerak.

“Tenanglah, Yang Mulia. Tarik nafas dan hembuskan. Tarik… dan hembuskan…” Dayang Choi menginstruksikan teori penenangan batin yang sudah umum. Tapi nyatanya, Yoon Ae menurut saja. Ditarik dan dihembuskannya nafasnya beberapa kali dan itu malah membuatnya mual.

“Tidak berhasil, Choi-nim," ratap Yoon Ae frustasi.

Kali ini Yoon Ae mondar-mandir di ruangan yang penuh buku itu. Biasanya, Yoon Ae yang hobi membaca akan membuka salah satu buku-buku itu. Namun kali ini tidak, perutnya seakan dikocok dari tadi dan ia berusaha untuk tidak muntah. Menurutnya, Dayang Choi pasti mengiranya gugup karena akan bertemu dengan Kyungsoo untuk pertama kali. Benar memang – karena Yoon Ae masih belum menceritakan pertemuan mereka di Gyeonghoeru selain pada Kai. Kegugupan Yoon Ae bertambah karena reaksi abnormal pada tubuhnya muncul kembali seperti saat ia melihat foto Kyungsoo. Dia sudah mencoba memfokuskan pernikahan ini sebagai “aturan” supaya tak melukai hatinya. Nyatanya, di hari H ini, sepertinya perasaan itu semakin menjadi saja. Membuat Yoon Ae gila.

“Cho, Choi-nim. Berapa lama lagi acaranya dimulai? Aku sudah sangat ingin pulang.” Kata Yoon Ae setengah berharap bahwa Doraemon bisa menolongnya dengan mesin waktu -_-.  Dayang Choi hanya menggeleng.

“Bagaimana kalau nanti aku mengantuk? Besok hari pertamaku ke SMA. Tidak lucu kalau mataku bengkak. Kenapa tidak dimulai-mulai?!” Yoon Ae mulai meracau yang tidak-tidak. Tangannya mencengkeram erat pinggiran roknya sambil terus mondar-mandir membuat Dayang Choi berdiri dan menekan kedua bahu Yoon Ae.

“Putri, tenanglah. Semua akan baik-baik saja. Percayalah pada raja," nasehat Dayang Choi sambil menatap dalam Yoon Ae. Sebagai orang yang bertahun-tahun menemani Yoon Ae, Dayang Choi paham benar kekalutan Yoon Ae saat ini. Ia berusaha memahami Yoon Ae, karena setelah hari ini semua akan menjadi lebih berat untuknya. Yoon Ae hanya mengangguk-angguk dengan tatapan kosong dan mulai duduk dengan tenang. Dayang Choi benar, Ayah pasti akan melakukan yang terbaik untukku. Pikir Yoon Ae

“Minumlah, Yang Mulia.” Dayang Choi menyodorkan segelas air mineral ke hadapan Yoon Ae dan Yoon Ae langsung meminumnya. Yoon Ae baru sadar setelah air menyejukkan kerongkongannya, kalau ia benar-benar haus.

***

Di kamar terpisah, Do Kyungsoo berulang kali merapikan jas hitamnya di depan cermin. Meskipun ini pertemuan yang tak ia inginkan sepanjang hidupnya, ia harus tetap terlihat rapi. Setelah merasa nyaman dengan jasnya, ia memandang kesekeliling kamar barunya. Perfect. Tak ada fasilitas setengah-setengah untuk keluarga presiden. Hanya saja ia merindukan kamar lamanya.

Tinggal di kamar ini juga percuma. Menurut Kyungsoo, ia pasti pindah kamar lagi setelah menikah dengan putri mahkota. Ya, Tuhan! Kyungsoo hampir saja melupakan bagian itu! Bagian dimana ia harus tinggal berdua dengan istrinya kelak. Mungkin malah sekamar bersama! Kyungsoo membuang jauh-jauh pikiran negatif dari dalam benaknya.

“Itu tidak akan langsung terjadi!” gerutunya sambil mengusap wajahnya yang tampan.

Diliriknya jam tangannya berulang kali. Ini sudah pukul 8 malam dan acara menjamu tamu harusnya sudah selesai. Kyungsoo benar-benar ingin hari ini cepat berlalu. Dia menghempaskan tubuhnya ke sofa kemudian mengecek ponselnya. Untuk mengurangi rasa bosan, ia ingin mencoba cara Yixing, yaitu bermain game. Ia tak pernah suka game, bahkan selalu kalah dari Sehun dan Yixing dalam permainan apapun. Saat hendak memencet subway run (ya ampun, aku nggak tahu game apa yang bagus selain game ini.), matanya tertuju pada icon email. Alih-alih bermain game, Kyungsoo malah membuka percakapan emailnya dengan Jessica kemarin.

I wish for your happiness ^^…

“You are my happiness, Nuna…” Kyungsoo menatap sedih layar ponselnya. Lama ia memandang pesan dari Jessica itu sebelum akhirnya melempar ponselnya ke ranjang. Kyungsoo merasa sangat frustasi karena bahkan dalam kehidupan asmaranya tetap diatur seperti ini. Dia sudah setuju pada ayahnya dan dia harus tetap maju. Tak akan ada kata merengek karena Kyungsoo memiliki prinsip untuk menjadi namja yang kuat.

Pikirannya tiba-tiba berubah. Peristiwa di paviliun Gyeonghoeru kembali teringat di benaknya. Kepalanya yang sakit gara-gara ditimpuk oleh sebuah flatshoes. Flatshoes yang di lempar yeoja yang akan menjadi istrinya nanti. Sepertinya Tuhan juga sudah mengatur pertemuan mereka yang sangat tidak menyenangkan itu.

“Flatshoes?!” Kyungsoo tersentak dan langsung berdiri menuju lemari tempat ransel MCMnya disimpan. Dikeluarkan flatshoes mungil itu dari dalam ranselnya. Seingatnya yeoja itu langsung lari ketakutan ketika Kyungsoo meneriakinya. Mungkin saja dia adalah yeoja yang cengeng. Menurut pemikiran Kyungsoo, yeoja itu pasti terlalu lama hidup dalam segala kemudahan yang membuatnya manja sehingga sangat ketakutan ketika bertemu orang asing. Bibirnya menyunggingkan senyum misterius.

“Jika dengan membullymu bisa membuatmu meminta ayahku membatalkan pernikahan kita, akan kulakukan.” Kyungsoo seperti menemukan ide brilian lain untuk mengingkari janjinya sendiri.

Apa rencana Kyungsoo membully Yoon Ae akan berhasil?

***

Kyungsoo sepertinya dikutuk karena berniat tidak baik. Kakinya sudah kesemutan karena tak terbiasa duduk dengan kaki dilipat ke bawah – cara duduk ala anggota kerajaan. Dalam hati Kyungsoo, ia merasa kesal pada ibunya karena tak membicarakan rencana sampai dengan cara duduk mereka. Kalau saja ibunya mengatakan bahwa ia harus duduk di lantai dengan cara seperti ini, setidaknya ia akan berlatih supaya tak terlihat kaku. Kyungsoo tak suka jika orang lain menganggapnya kurang sempurna, bahkan lewat cara duduknya. Ia tak mau kalau sampai ada orang yang mengkritiknya. Meskipun itu hanya di dalam hati mereka masing – masing.

Chunchugwan – Paviliun Musim Semi – yang menjadi bagian dari Cheongwadae sudah di tata dengan sangat baik. Meja panjang di tengah ruangan tempat mereka akan melakukan upacara minum teh penuh dengan makanan tradisional yang sebagian belum pernah Kyungsoo lihat sama sekali dan tentu saja teko serta cangkir keramik yang menurut Ky

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
thekthohun
#1
Chapter 3: Kereeeeennnn

semangat lanjutinnya author
CindyPark #2
Chapter 1: Cerita yang keren:)
Ditunggu kelanjutannya..