05 Confused

Arranged Life
Please Subscribe to read the full chapter

***

Yoon Ae duduk berhadapan dengan ibunya di Daejeojon setelah makan malam keluarga. Keheningan menyelimuti mereka berdua dan Yoon Ae hanya memainkan buku-buku jarinya dalam diam. Ini adalah pertama kalinya ia dan sang ibu berbicara hanya berdua setelah keputusan pernikahan oleh raja dan presiden. Keadaan yang sulit dibaca bagi Yoon Ae karena ia memang tak terlalu dekat dengan ibunya sendiri. Entah siapa yang harus memulai pembicaraan. Ketika suasana semakin kaku, Yoon Ae hendak buka suara.

“Ma-”

“Yoon Ae, Ibu minta maaf.” Ratu Jung memotong perkataan Yoon Ae dan itu membuatnya terkejut. Dilihatnya ekspresi Ratu Jung yang penuh rasa bersalah membuat Yoon Ae salah tingkah dan menunduk kembali. Perasaannya campur aduk. Memang benar ratu tidak pernah mendengarkan pendapat Yoon Ae. Memang benar ratu juga-lah yang mengatur hidupnya sampai hari ini. Hanya saja Yoon Ae baru mendengar kalau ibu yang seorang ratu itu minta maaf kepadanya. Yoon Ae tahu kemana pembicaraan ini mengarah, tentu saja masalah pernikahannya.

Ratu Jung menggenggam erat kedua tangan Yoon Ae membuat Yoon Ae semakin tak tahu apa yang harus ia katakan pada ibunya untuk saat ini. Dirinya sudah setuju tentang pernikahan ini pada ayahnya. Apalagi setelah melihat foto Kyungsoo, ia sudah semakin setuju. Namun, ucapan Kai hari ini membuat buyar semua keteguhan hati Yoon Ae untuk kembali menyetujui pernikahan ini. Kai benar. Bagaimana bisa namja 18 tahun yang memiliki banyak bakat bahkan mungkin mimpi yang sangat tinggi sebagai seorang anak presiden mau begitu saja menikah. Meskipun yang dinikahinya adalah putri mahkota. Pernyataan Kai juga membuat Yoon Ae sadar, bahwa ia sama sekali tak pernah memahami perasaan namja – selain Kai menurut Yoon Ae – di kehidupan sosialnya. Bisa-bisanya ia sempat berfikir kalau Kyungsoo juga akan senang dengan pernikahan ini.

Sejujurnya Yoon Ae sudah ingin menangis dari tadi. Apalagi sekarang ditambah ibu juga bersikap seperti ini, membuat dadanya sesak. Yoon Ae sudah tak kuat menahan air matanya. Ratu langsung memeluk putri semata wayangnya. Dibelainya rambut panjang Yoon Ae berulang kali, sementara Yoon Ae terisak.

“Maafkan Ibu… ini semua salah eomma… seharusnya eomma bisa memberikan ayahmu putra mahkota dan ini semua tak akan terjadi.” Ratu Jung juga mulai menangis.

Yoon Ae tersentak mendengar penyesalan ibunya. Seketika ia berhenti terisak dan melepaskan pelukan mereka.

“Kenapa Ibu mengatakan hal seperti itu?” tanya Yoon Ae dengan suara berdengung. Kenapa wanita cerdas seperti ibu memiliki pemikiran seperti masyarakat jaman dulu? Bukan salah siapa-siapa ia terlahir menjadi perempuan atau tidak memiliki saudara kandung laki-laki. Yoon Ae tak suka ibunya merasa bersalah karena hal itu.

Ratu Jung menghela napas panjang sambil mengusap air matanya.

“Kau tahu, bukan? Salah satu alasannya adalah karena kita tak memiliki penerus raja. Hal ini mungkin tidak akan terjadi jika-”

“Ini semua tetap mungkin akan terjadi, Ibu. Percayalah. Ini bukan salah Ibu.” Yoon Ae langsung memotong perkataan ibunya. Ratu Jung menatap Yoon Ae dalam-dalam. Keheningan kembali menyelimuti mereka berdua.

“Ibu tidak menyangka kalau hal seperti ini terjadi lagi, Sayang…”

Lagi, Yoon Ae kembali dibuat terkejut dengan kata-kata ibunya. Apa maksudnya? Ratu menangkap wajah kebingungan Yoon Ae dan ia kembali menggenggam tangan Yoon Ae, kali ini lebih erat.

“Ibu dulu… tak pernah setuju menikah dengan ayahmu.” Ratu mengamati perubahan ekspresi Yoon Ae yang menjadi shock. “Sama sepertimu, Yoon Ae… Ibu tahu kau awalnya tidak setuju karena Ibu tahu bagaimana rasanya menikah dengan orang yang bahkan belum pernah kau lihat. Ibu pikir kejadian ini tak akan terulang lagi semenjak monarki sudah bukan menjadi penguasa di negara kita. Nyatanya, ini malah terjadi dengan alasan politik yang lebih rumit. Ibu minta maaf  karena tak bisa melakukan apa-apa…”

Yoon Ae tak kuasa untuk langsung memeluk ibunya. Ibunya memang tegas padanya karena sebuah keharusan. Terlebih fakta yang baru diceritakan tadi membuat hati Yoon Ae menjadi sakit. Satu rasa syukurnya atas masalah ini, bahwa ia bisa memeluk ibunya lagi sebagai seorang ibu bukan ratu. Hal yang sudah lama tak ia lakukan. Keputusan Yoon Ae sudah bulat. Ia tak akan menghindari ini. Ia akan mencoba memandang pernikahannya untuk menyelamatkan kerajaan bukan untuk sedikit perasaannya pada Kyungsoo. Yoon Ae sebisa mungkin menepis perasaan sukanya yang ia tahu mungkin hanya sepihak saja nantinya.

“Aku percaya kalian selalu memberikan yang terbaik untukku, Ibu… I love you…” bisik Yoon Ae dalam pelukannya.

Atau mungkin Yoon Ae keliru?

***

Keesokan harinya…

Kai memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Teringat terus dalam benaknya tadi ketika bertemu dengan Paman Seo. Kai memutar kemudinya keluar dari jalur tol dan menuju basecamp tempat berkumpul bersama Luhan dan yang lainnya.

“Undang-undang itu tidak berlaku untuk keluarga kerajaan, Jong In. Mereka punya hak eksklusif untuk membuat undang-undang sendiri selama itu tidak berpengaruh apapun pada negara. Dan kenapa kau ingin pernikahan saudaramu dibatalkan? Ini sudah jadi hal yang terbaik untuk semuanya. Paman harap kau tidak akan bertanya lagi pada siapapun. Ingat itu, Jong In! Jangan membahas hal ini dengan sembarang orang. Mereka bisa salah paham dan menyeretmu ke hal-hal yang tidak diinginkan. Paham?”

Kai memukulkan kedua tangannya pada kemudi saat berhenti di lampu merah. Rasa kesalnya meluap ketika ia tahu undang-undang pernikahan yang mengatur gadis di bawah 20 tahun dilarang menikah (UU ini fiksi, readers^^) tak bisa ia gunakan untuk membatalkan pernikahan Yoon Ae dan anak presiden. Kai juga tak mau – tepatnya tak bisa – menjawab pertanyan Paman Seo kenapa ia terlihat ingin membatalkan pernikahan saudaranya. Iya, saudaranya. Kai tak pernah lupa kalau Yoon Ae itu saudaranya dan keluarga Yoon Ae-lah yang merawatnya sampai hari ini. Semua orang akan menganggap aneh jika berita Pangeran Kim tidak setuju dengan pernikahan saudaranya, Putri Mahkota, muncul ke publik.

“Memangnya apa yang aneh?” Pikir Kai. “Bisa saja aku punya alasan tertentu, bukan?” Kai bergumam tak jelas sambil menginjak pedal gasnya saat lampu lalu-lintas berubah hijau.

“Alasanku adalah… aku menyukai saudaraku sendiri.” Kai menyeringai frustasi merutuki dirinya sendiri yang tak bisa membuang jauh rasa yang terlanjur itu. Jika dia melontarkan teori pada Yoon Ae bahwa Kyungsoo mungkin tak suka dengan pernikahan itu saat Yoon Ae malah terlihat bersemangat dengan pernikahan mereka, maka Kai sekarang juga harus menggunakan teorinya sendiri. Bahwa ia harus sadar kalau Yoon Ae tak pernah sekalipun memiliki perasaan yang sama terhadap dirinya.

Dua mobil lain sudah terparkir di halaman basecamp Kai dan para sahabatnya. Ketika turun dari mobil dan memandangi mobil milik Jong Dae, ia menyadari sesuatu yang disampaikan pamannya tadi. Jika ada yang setuju, berarti juga ada yang tidak. Itulah kenapa pamannya menyuruhnya untuk tidak membahas lagi masalah undang-undang itu dengan sembarang orang. Ada kelompok lain yang tidak setuju. Dan Kai harus menemukan kelompok itu. Dan kenapa mobil Jongdae yang mengingatkan Kai? Karena Jongdae anak petinggi Badan Inteljen Negara.

***

Kyungsoo sedang menonton Yixing dan Sehun bermain basket di halaman rumah Sehun menjelang sore hari. Menyenangkan rasanya bagi Kyungsoo untuk sejenak bisa melupakan upacara minum teh akhir pekan nanti. Jika kemarin Kyungsoo sudah setuju dengan keputusan ayahnya untuk menikahi putri mahkota, sekarang Kyungsoo menjadi galau kembali. Yang membuatnya resah ad

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
thekthohun
#1
Chapter 3: Kereeeeennnn

semangat lanjutinnya author
CindyPark #2
Chapter 1: Cerita yang keren:)
Ditunggu kelanjutannya..