Chapter 6 (End)

Gimme The Light
Please Subscribe to read the full chapter

GIMME THE LIGHT

 

Title                : Gimme The Light

Author            : Davidrd

Length            : Chapter 6/?

Pairing            : Woogyu

Genre             : Angst, drama, romance

Summary       :

Sunggyu adalah pria baik hati yang menjadi buta karena terlibat dalam sebuah kecelakaan, sedangkan Woohyun adalah pria arrogant dan kasar yang memiliki masa lalu kelam dalam hal percintaan.

Bad at writing summaries.

Notes               :

Chapter terakhir yeoreobun.. maaf membutuhkan waktu yang lama karena berbagai macam alasan, terutama alasan pekerjaan dan ketiadaan waktu luang. But it’s okay karena sekarang udah selesai ini project. Selamat menikmati dan komen selalu dinanti. Sampai jumpa di fanfic selanjutnya!!!

 

∞∞∞∞

 

To forgive is the highest, most beautiful form of love. In return, you will receive untold peace and happiness.

Robert Muller

 

Gambaran masa laluku yang kelam berkelebat bagai kaset rusak yang diputar dan tidak bisa berhenti. Siluet seorang perempuan yang menggendong seorang bayi di lengannya menarikku untuk mendekat, semakin mendekat hingga sosoknya terlihat jelas bagiku. Mantan kekasih yang telah lama kucintai, calon ibu dari anak-anakku, tetapi juga perempuan yang akan kubenci seumur hidup. Tapi kenapa aku membencinya? Bukankah kesibukanku yang membuatnya berselingkuh dan menggugurkan kandungannya? Aku membuatnya menjadi pembunuh.

 

“Oppa, aku sudah siap. Ayo kita pergi sekarang!” Hyomin yang sudah menata rambutnya menjadi gelung kecil indah serta mengenakan sebuah gaun ketat warna merah yang membuat kulitnya terlihat bersinar itu bersiap untuk meraih lenganku, membuatku hanya menatapnya seolah berusaha meminta maaf.

“Hyomin-ah, mianhae.”

Raut bahagia di wajahnya langsung berubah kecewa mendengarkan perkataanku. Aku tahu perbuatanku memang sudah keterlaluan. Aku selalu mengingkari janjiku padanya. Entah sudah berapa kali aku membatalkan kencan kami, pertemuan dengan keluarga, pergi ke acara teman, dan banyak lagi yang tidak bisa kutulis satu per satu.

“Gwaenchana oppa. Aku akan pergi dengan Eunjung saja. Bukankah sebaiknya kau kembali ke kantor oppa?”ucapnya sembari tersenyum berusaha keras untuk menyembunyikan rasa kecewa.

 

Suara pintu kantor yang terbuka mendadak membuatku menghentikan kegiatanku menatap file proposal kerjasama dan mengarahkannya pada wanita yang sudah berdiri di hadapanku sambil berkacak pinggang. Dia tampak kesal dan aku ingin sekali memukul wajahku sendiri saking malunya. Malam ini seharusnya aku menemui orang tua Hyomin untuk membicarakan hubungan kami, tapi aku benar-benar melupakan janji penting itu karena terlalu sibuk dengan tumpukan file yang harus kuteliti dan tanda tangani.

“Hyomin-ah,” aku meletakkan pulpen yang kugenggam ke atas meja dan berdiri dengan tergopoh-gopoh.

“Oppa, apakah kau sedang lembur sekarang? Kau pasti sangat sibuk sampai lupa makan. Untung saja aku tadi mampir ke restoran favoritmu dan membawa ini,” ucapnya sambil menunjukkan paperbag yang dibawanya.

“Hyomin-ah, mianhae,” aku berjalan ke arahnya berniat untuk meminta maaf atas kelalaianku, tapi dia justru menyeretku untuk duduk di sofa dan mulai menyuapkan makanan yang sudah ditatanya di atas meja,”Makanlah ini! Kau butuh pasokan energy yang cukup untuk bekerja lembur Oppa.”

Dia tidak pernah menyalahkanku akan hal itu. Aku merasa sangat malu pada diriku sendiri.

 

Seorang wanita tertidur lelap di depan televisi yang masih menyala menayangkan acara bincang-bincang tengah malam. Beragam masakan di meja makan terbengkalai begitu saja. Bahkan lilin yang tadinya menyala sudah habis lumer tak bersisa. Sebuah kartu ucapan tergeletak di dekat sebuah kotak beludru berwarna biru, hadiah perayaan annyversary kami. Aku mendesah pelan. Sampai kapan aku akan terus begini? Mengecewakan Hyomin.

 

Air mata mulai menetes seiring terbukanya kesadaranku akan kesalahan yang pernah kulakukan. Aku selalu memperlakukannya dengan buruk, tapi dia tidak pernah mengeluh. Dia menyimpan semua keluhannya seorang diri dan itu membuatku merasa bodoh. Bahkan, sampai sekarang pun aku tidak pernah meminta maaf padanya atas apa yang pernah kulakukan. Dasar manusia jahat tidak berguna.

 

Sosok itu memudar berganti jeritan yang panjang dan menyakitkan membuatku harus menutup telinga. Rintihan-rintihan tertahan dan menyayat hati dibarengi munculnya sosok pria yang terbaring lemah di aspal yang dingin. Aku ingin sekali menolong pria itu, tapi tanganku tak bisa meraih apapun. Kutatap seorang pria yang terduduk di balik kemudi sebuah mobil mewah tidak berbuat apa-apa, aku merasa marah. Bukankah seharusnya dia keluar dari mobilnya dan membawa pria malang itu ke rumah sakit? Bukankah seharusnya dia tidak pergi meninggalkan pria malang itu sendirian di jalanan yang sepi? Pria itu pembunuh.

 

Ya, pria itu aku.

 

Aku mulai menangis meraung-raung melihat mobil mewah itu lenyap ditelan kegelapan malam. Aku ingin berteriak untuk memaksanya kembali, tapi tak ada suara lain selain raungan tangis menyedihkan yang keluar dari mulutku. Sudah berapa banyak orang yang kubunuh? Sudah berapa banyak aku menyakiti orang-orang yang tidak bersalah? Aku terduduk lemas dan menunduk. Menyadari betapa bodohnya selama ini aku merasa sebagai yang paling tersakiti, sedangkan jauh lebih banyak orang tersakiti karena kelakuanku.

 

∞∞∞∞

 

Seorang pria berambut caramel menghambur ke arah dokter yang baru keluar dari ruang instalasi gawat darurat meninggalkan temannya yang masih terduduk di bangku rumah sakit seorang diri.

 

“Dok, bagaimana keadaan Woohyun?” dokter Jung yang baru saja melepas maskernya tersenyum kecil melihat kekhawatiran yang tersirat di wajah Sunggyu.

 

“Dia baik-baik saja.”

 

“Tapi kenapa dia pingsan seperti tadi, Dok?”

 

“Tenang saja Sunggyu-ssi, pasien hanya mengalami shock ringan.”

 

“Shock?”

 

“Ya, selain shock yang mengejutkan mentalnya, pasien juga mengalami shock akibat saraf motoriknya mengerahkan otot yang sudah lama tertidur supaya bekerja dengan keras. Hal ini biasa terjadi pada orang yang mengalami kelumpuhan. Jadi, sebaiknya kita biarkan pasien istirahat beberapa saat supaya tenaganya pulih kembali.”

 

Sebelum dokter Jung sempat melangkahkan kaki meninggalkan Sunggyu, dia menepuk pelan pundak pemuda itu seolah memberikan semangat dan dorongan mental,”Semuanya akan baik-baik saja. Apabila Woohyun-ssi mau menjalankan terapi yang disarankan untuk kembali menguatkan otot-otot kakinya maka dia akan kembali seperti sebelumnya.”

 

Sunggyu menatap Myungsoo tajam berusaha menekan pemuda tampan itu untuk menceritakan semua yang terjadi. Kenapa bisa Woohyun menghilang setelah diberitakan melakukan percobaan bunuh diri tanpa diketahui siapapun termasuk Dr. Lee? Kenapa setelah satu tahun tidak bertemu, Woohyun justru duduk di atas kursi roda? Kenapa dan berpuluh-puluh kenapa lain yang masih saja mengganggu pikirannya.

 

Tak tahan dengan tatapan menusuk Sunggyu, Myungsoo angkat bicara,”Woohyun hyung mengalami kelumpuhan setelah kecelakaan itu terjadi. Dokter mengatakan syaraf motorik di otaknya sedikit terganggu karena pasokan oksigen di otaknya berkurang drastis saat ia tenggelam. Bukannya melakukan terapi dan melanjutkan pengobatan, setelah Woohyun hyung sadar, dia justru memintaku untuk membawanya pergi dari rumah sakit. Aku disuruh merahasiakan keberadaanya pada semua orang kecuali pada pihak kepolisian.”

 

The younger mendesah pelan setelah menceritakan semuanya, menyesali kelalaiannya dalam menjaga sahabatnya itu. Seandainya ia bisa memaksa pria keras kepala itu untuk terapi dan berobat, pasti dia sudah sehat.

 

“Kenapa Woohyun menyuruhmu untuk menyembunyikannya?” Sunggyu yang dari tadi terdiam kini memaksa Myungsoo untuk kembali menatapnya dengan nada bicaranya yang dingin. Kedua tangan Myungsoo terkatup dan ibu jarinya berusaha memijat keningnya yang serasa kencang, sedangkan kepalanya kembali menunduk menatap lantai.

 

“Myung, kenapa aku masih hidup?” Woohyun menatap sedih kedua tangannya yang lemah membuat Myungsoo yang tadinya ingin memarahi pria bodoh itu mengurungkan niatnya.

“Hyung, Tuhan masih menyayangimu. Itu sebabnya kau masih hidup sekarang,” ucapnya sambil berusaha menahan tangis dengan menggigit bagian dalam pipinya. Dia tidak boleh menangis di hadapan Woohyun karena hal itu bisa membuat hyungnya itu makin menyalahkan dirinya.

“Tuhan? Apakah Tuhan menyayangiku? Tidak Myung. Seharusnya Tuhan mengabulkan satu permintaanku itu. Mencabut nyawaku sehingga aku bisa menyerahkan kornea mataku pada Sunggyu hyung,” sang CEO merasa frustasi dan ingin mengacak-acak rambutnya tapi terhalang perban di lengannya yang membalut bekas luka jahitan.

“Hyung, kau tidak boleh berkata seperti itu! Tuhan tahu yang terbaik

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
catharinap_l #1
Chapter 6: I love ur story!!! So touching!!! :))
parkdaeun
#2
Chapter 6: The most oshem ff ive ever read! Aku bisa ngerasain sad moment, depressionnya and the most sweet endingnya, ff ini keren banget semua emotion bisa jd satu! Thanks authornim! Ure the best <3
Coffeemilk1013 #3
Chapter 6: great ff!! thanks for a sweet ending, authornim :3
gari_chan #4
Chapter 6: hmm ff-nya bagus banget, feelnya dapet hmm terharu dah
aiai_kimie #5
Chapter 6: happy ending... n' nice story.. gomawo sista!!! :)
akitou
#6
Chapter 6: great job teman.... endingny keren.... ok ditnggu ff yg lain.,..
KimAnHee #7
Chapter 6: Aaaaaahhh akhirnya ini dipost juga dan berakhir dgn happy end *horaaaaayy* #tebarkonfeti
Terharu saya bcanya, hadeuh Nam Woohyun makanya klw bawa mobil itu jgn sambil mabok, bgtukan jadinya *toyor pala Namo* *digebuk newclear* :v
Hhah pokoknya aku sneng bnget lah, ff yg ini udh end tinggal ff yg lainnya ditunggu ya kelanjutannya *rentenir ff datang* :v :v
inspiritly_beauty
#8
Chapter 6: Whoaaaah!!! Finally di-update juga dan happy ending. Great! (y)
Riska98 #9
Thor,ff mu bgus dan sukses membuatku baper aku kasian ma Gyu krna dia buta sbenernya siapa yg buat Gyu jdi buta thor-nim...keren ff nya aku suka neomu joah :)