chapter 3

Gimme The Light
Please Subscribe to read the full chapter

GIMME THE LIGHT

 

Title                : Gimme The Light

Author            : Davidrd

Length            : Chapter 3/?

Pairing            : Woogyu

Genre             : Angst, drama, romance

Summary       :

Sunggyu adalah pria baik hati yang menjadi buta karena terlibat dalam sebuah kecelakaan, sedangkan Woohyun adalah pria arrogant dan kasar yang memiliki masa lalu kelam dalam hal percintaan.

Happy Reading… jangan lupa komen.. gomawoyo~ng.

 

 

            ∞∞∞∞

 

Seorang pelayan datang membawa pesanan membuat kami berlima terpaksa menghentikan pembicaraan dan mengalihkan focus pada makanan yang tersaji. Aku tidak tahu harus bersikap bagaimana setelah mendengarkan pengakuan Hoya, tapi aku harus tetap bersandiwara karena tidak mungkin aku menghancurkan kebahagiaan sahabatku dengan mengatakan kalau aku juga menyukai Sunggyu. Myungsoo yang duduk di sampingku kembali tidak menunjukkan ekpresinya dan itu membuatku takut.

 

“Sunggyu hyung, setelah ini kau ada acara?” Hoya melemparkan pertanyaan memecah keheningan di meja kami. Seketika itu juga aku menghentikan pergerakan tanganku yang sibuk mengiris daging di atas piring. Aku merasa bahwa daging yang kuiris itu adalah keadaan hatiku sekarang ini. Disayat, sakit, perih, dan membuat dadaku sesak.

 

“Dr. Lee, Sunggyu free setiap saat,” jawab Dongwoo dengan santainya. Dia tidak tahu apa yang akan dilakukan Hoya setelah ini. Dalam hati aku berharap sekali bahwa Sunggyu ada acara dan sibuk malam ini karena betapa aku ingin menjauhkan Sunggyu dari Hoya saat ini. Tapi semuanya hanya ada dalam imajinasiku saja. Aku tetap tak bisa berbuat apapun.

 

“Benarkah itu Sunggyu hyung?” Hoya ingin mendengar jawaban langsung dari mulut Sunggyu. Namun sepertinya Sunggyu tidak tahu bahwa dirinya sedang menjadi pusat perhatian sekarang.

 

“Ne, Dr. Lee.”

 

“Baguslah,” sahabatku itu sangat lega mendengar jawaban Sunggyu. Satu tahapan sudah beres bagi Hoya. Tapi rasanya, tambah satu pisau tajam yang menusuk jantungku. Apakah aku akan baik-baik saja setelah ini? Myungsoo hanya melempar pandangan simpatiknya sekarang. Mungkin dia mengasihani nasibku.

 

Setelah percakapan singkat itu kami melanjutkan makan tanpa berkata-kata. Tidak ada yang perlu dibicarakan sekarang. Apalagi bagiku. Aku hanya ingin malam ini segera berakhir. Aku ingin segera pulang dan menyembunyikan tubuhku di balik selimut tebal di kamarku.

 

Setelah hidangan utama selesai kami lahap, pelayan mulai mengambil piring-piring kotor dan hendak mengambil dessert sebagai penutup sajian. Inilah saatnya. Hoya mengedip padaku memberi isyarat untuk segera menjalankan rencananya. Aku menginjak kaki Myungsoo untuk memberitahunya.

 

“Aigoo, kenapa tiba-tiba kepalaku terasa berat seperti ini?” ucapku sambil memegangi kening dan sedikit menundukkan kepalaku, tak lupa menunjukkan ekspresi meringis kesakitan agar Dongwoo semakin percaya. Bukannya Dongwoo yang percaya, justru Sunggyu yang segera menoleh ke arah suaraku dan berusaha menggapai lenganku,”Woohyun-ah, waegurae?” nada suaranya panik. Rasa sakit hatiku sedikit berkurang karena Sunggyu hyung menghawatirkanku.

 

“Yah hyung, kau tak apa?” Myungsoo mulai mengikuti arus permainanku. Dia meletakkan tangannya di bahuku dan sedikit mengguncangnya. Aku menggelengkan kepalaku pelan seolah mengatakan tidak.      

 

“Myung, entahlah. Rasanya pusing sekali,” masih dengan nada kesakitan, aku berusaha meyakinkan semuanya. Myungsoo berkata,”Hyung, sebaiknya kita pulang sekarang. Besok ada rapat penting. Kalau kau tidak minum obat sekarang, aku tidak yakin kau bisa bekerja dengan maksimal.”

 

“Mr. Nam, benar kata Myungsoo-ssi. Sebaiknya Anda beristirahat saja,” akhirnya si dino terkena jebakan juga.

 

“Hoya hyung, bagaimana ini?” Myungsoo ganti bertanya pada Hoya.

 

“Apakah sangat sakit Woohyun-ah?”

 

“Hoya, sepertinya aku harus pulang dulu.”

 

“Baiklah kalau begitu. Pulanglah dan segera minum aspirin. Obat itu akan mengurangi rasa sakit kepalamu. Myungsoo-ya, antarkan Woohyun pulang! Aku akan mengurus semuanya di sini.”

 

“Siap hyung!” Myungsoo membantuku berdiri. Namun, tiba-tiba dia berhenti dan dengan nada cemas berkata,“Ehm, Dongwoo-ssi, bisakah kau membantuku memapah Woohyun hyung ke parkiran. Aku akan segera mengantarkannya ke rumah,” Dongwoo tampak berpikir sejenak, kemudian dia mengangguk.

 

“Gyu, aku pergi sebentar. Dr. Lee, tolong jaga Gyu hyung ya.”

 

“Tentu,” Hoya menjawab singkat.

 

Pengacara baru di perusahaanku itu membantu Myungsoo memapah tubuhku. Aku sangat menyesal telah membohonginya karena ia nampak sangat khawatir, tapi aku tidak tahu cara lain untuk membawanya keluar dari restaurant. Setelah masuk ke dalam mobil, Dongwoo hendak pergi meninggalkan kami berdua, tapi L lebih cepat bertindak.

 

“Dongwoo-ssi, bisa aku minta bantuanmu lagi?”

 

“Ne?”

 

“Tolong jaga Woohyun-hyung sebentar. Aku harus menyetir, jadi aku tidak bisa memastikan kesadarannya. Tolonglah ikut kami ke rumah. Aku berjanji akan mengantarkanmu pulang ke rumahmu.”

 

“Tapi, Sunggyu?”

 

“Dr. Lee pasti akan mengantarnya pulang. Jebal,” wahahaha Myungsoo-ya, aktingmu patut diacungi jempol. Kenapa kau tidak ikut casting jadi aktor saja? Dongwoo melihat ke arahku, untung saja wajahku sedang menunjukkan ekspresi kesakitan dan tidak tertawa karena Myungsoo, jadi dia setuju untuk menemani kami pulang.

 

“Hyung, bertahanlah,” sepanjang perjalanan Myungsoo terus saja mengucapkan kalimat itu membuatku berasa akan mati saja.

 

Mereka berdua memapahku masuk ke rumah dan membaringkanku di kamar tidur. Setelah itu Myungsoo membawakan segelas air putih dan aspirin. Aku mengatakan bahwa aku bisa minum obat sendiri dan ada baiknya kalau Myungsoo mengantarkan Dongwoo saja. Mereka berdua akhirnya setuju dan pergi dari rumahku.

 

            ∞∞∞∞

 

Baru lima menit Myungsoo meninggalkanku, ada suara ketukan di pintu. Apakah dia begitu cepat kembali ke sini. Setahuku jarak antara apartemenku dan apartemen Sunggyu lumayan jauh. Jadi, tidak mungkin Myungsoo sudah kembali.

 

Kubuka pintu dan betapa terkejutnya ketika kudapati dua orang pria asing berdiri di depanku. Siapa mereka? Rasanya aku tidak pernah bertemu dengan mereka sebelumnya. Rekan bisnis juga sepertinya bukan. Salah satu pria yang berambut sangat cepak berwarna kemerahan itu memandangku seperti sedang mengobservasi dari atas kepalaku hingga ujung kaki.

 

“Ehm, nuguseyo?”

 

“Apakah Anda Nam Woohyun?” seorang lainnya yang berwajah lebih bersahabat dan kebetulan lebih kurus mulai bersuara.

 

“Ne.”

 

“Kenalkan nama saya Lee Seungyeol dan rekan saya Kim Wonshik. Kami adalah detektif dari kepolisian. Kami ke sini untuk menanyakan sesuatu berkaitan dengan kecelakaan lalu lintas beberapa bulan yang lalu,” pria itu menunjukkan identitas kepolisian dan hal itu membuatku sedikit merinding.

 

Bagaimana tidak merinding? Si cepak atau siapa namanya itu terus memandangiku dengan tatapan menyelidik. Dahinya berkerut dan tatapan tajam matanya membuatku ingin menutup pintu secepat mungkin.

 

Tapi mereka datang ke sini untuk apa? Kecelakaan? Beberapa bulan yang lalu? Apa itu berarti saat aku pulang dari club dalam keadaan mabuk? Aku merasa saat itu tidak ada yang melihat, lalu kenapa sekarang ada detektif yang mendatangiku? Apakah orang itu meninggal? Omo, bagaimana kalau dia meninggal? Kalau dia tidak meninggal pun itu artinya apakah aku akan dipenjara?

 

“Ne? Apakah Anda tidak salah alamat?” aku masih berusaha menenangkan diriku sendiri. Memberi mantra-mantra seperti, Bukan kau pelakunya Nam Woohyun, tenanglah. Polisi itu akan mengatakan bahwa orang yang ia cari bukanlah dirinya, dan langsung pergi meninggalkanmu sendiri.

 

“Tentu tidak Mr. Nam. Anda adalah pemilik mobil berplat nomor XXXX kan?” sekarang suara berat si cepak membuatku seperti tersambar petir. Oh my God, apa yang harus kulakukan sekarang?

 

“Ne,” jawabku lirih. Kenapa tidak ada yang berjalan lancar hari ini? Semuanya seperti sedang kembali mengolok-olokku yang tidak berdaya.

 

“Kalau Anda masih tidak percaya, Anda bisa ikut kami ke kantor polisi untuk memastikannya,” sial sekali nasibku. Si cepak menunjukkan surat izin interogasi dari kepolisian.

 

Begitulah, akhirnya aku duduk di kursi kantor polisi menghadapi seorang investigator, yaitu detektif Lee yang menjemputku di rumah. Aku masuk ke ruangan tertutup itu tanpa boleh membawa alat komunikasi. Untung saja si cepak tidak ikut menginterogasi. Namun, beberapa saat kemudian seorang detektif lainnya yang wajahnya memancarkan aura sangat dingin menyusul masuk ke ruangan.

 

“Ah, Detektif Jung. Anda sudah datang,” pria yang dipanggil detektif Jung itu tidak berkata apa-apa. Dia hanya mengambil posisi duduk persis di depanku. Wait, apakah dia yang akan menginterogasiku dan bukannya si detektif Lee yang sepertinya lebih bersahabat itu? Percuma saja si cepak tidak ada di sini, gantinya bahkan lebih menyeramkan.

 

“Nam Woohyun, Anda diduga telah melakukan pelanggaran lalu lintas berupa tabrak lari. Pada malam tanggal 21 April 2014 Anda berkendara dengan mobil Lamborghini warna merah berplat nomor XXXX melalui jalan di daerah Gangnam dengan kecepatan melebihi batas. Seorang korban berinisial KSG dilarikan ke rumah sakit dalam keadaan yang sangat parah karena kejadian ini. Kasus itu yang dituduhkan pada Anda,” pria bertampang dingin berujar dalam satu napas.

 

“Bagaimana bisa Anda mengatakan kalau saya yang mengendarai mobil itu?”

 

“Sudah jelas-jelas kami mendapati sebuah CCTV di daerah tersebut setelah beberapa bulan dari kejadian merekam dengan jelas kejadian itu. Selain itu, kami juga sudah mengecek showroom resmi tempat Anda membeli mobil tersebut. Mobil itu benar atas nama Anda. Kemudian kami juga sudah mengunjungi sebuah bengkel yang menyatakan bahwa Anda membawa kendaraan Anda untuk diservis bagian depannya karena sebuah kerusakan tepat pada tanggal 22 April 2014. Anda masih berusaha mengelak?”

 

“Ani. Tapi bagaimana bisa?”

 

“Apakah Anda kira saya mengada-ada kejadian ini?” pria itu

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
catharinap_l #1
Chapter 6: I love ur story!!! So touching!!! :))
parkdaeun
#2
Chapter 6: The most oshem ff ive ever read! Aku bisa ngerasain sad moment, depressionnya and the most sweet endingnya, ff ini keren banget semua emotion bisa jd satu! Thanks authornim! Ure the best <3
Coffeemilk1013 #3
Chapter 6: great ff!! thanks for a sweet ending, authornim :3
gari_chan #4
Chapter 6: hmm ff-nya bagus banget, feelnya dapet hmm terharu dah
aiai_kimie #5
Chapter 6: happy ending... n' nice story.. gomawo sista!!! :)
akitou
#6
Chapter 6: great job teman.... endingny keren.... ok ditnggu ff yg lain.,..
KimAnHee #7
Chapter 6: Aaaaaahhh akhirnya ini dipost juga dan berakhir dgn happy end *horaaaaayy* #tebarkonfeti
Terharu saya bcanya, hadeuh Nam Woohyun makanya klw bawa mobil itu jgn sambil mabok, bgtukan jadinya *toyor pala Namo* *digebuk newclear* :v
Hhah pokoknya aku sneng bnget lah, ff yg ini udh end tinggal ff yg lainnya ditunggu ya kelanjutannya *rentenir ff datang* :v :v
inspiritly_beauty
#8
Chapter 6: Whoaaaah!!! Finally di-update juga dan happy ending. Great! (y)
Riska98 #9
Thor,ff mu bgus dan sukses membuatku baper aku kasian ma Gyu krna dia buta sbenernya siapa yg buat Gyu jdi buta thor-nim...keren ff nya aku suka neomu joah :)