chapter 1

Gimme The Light
Please Subscribe to read the full chapter

GIMME THE LIGHT

 

Title                : Gimme The Light

Author            : Davidrd

Length            : Chapter 1/?

Pairing            : Woogyu

Genre             : Angst, drama, romance

Summary       :

Sunggyu adalah pria baik hati yang menjadi buta karena terlibat dalam sebuah kecelakaan, sedangkan Woohyun adalah pria arrogant dan kasar yang memiliki masa lalu kelam dalam hal percintaan.

Bad at writing summaries.

∞∞∞∞

 

Di sini, pertama kali aku melihatnya. Di sini pertama kali aku jatuh hati padanya. Di sini aku pertama kali melupakan semua kesedihan dan kehilangan yang aku alami. Aku tak percaya, hanya dengan melihatnya aku sadar bahwa aku bukanlah satu-satunya orang yang paling menderita di dunia ini. Dengan melihatnya aku merasa bersyukur bahwa aku masih diberi kemudahan dan keberkahan dalam hidup.

Tapi di sini lah, aku harus menangis lagi. Di sini lah aku harus menyadari bahwa semua adalah salahku dan aku harus bertanggung jawab atas yang terjadi padanya. Di sinilah aku tertunduk dan menatap dengan lemah menyadari bahwa akulah yang telah bersalah dan mengubah nasibnya menjadi begitu menderita.

∞∞∞∞

 

Anak-anak kecil berlarian di tengah taman kota yang kebetulan sedang sangat ramai. Maklum saja ini hari libur, tentu banyak orang tua yang mengajak anak mereka kemari untuk sekadar berlibur dan refreshing, menghindari asap polusi dan bisingnya hiruk pikuk dan ramainya lalu lalang di kota. Aku hanya menatap hampa pada beberapa anak yang berkejaran di beberapa sudut taman. Ayah atau ibu mereka sibuk berteriak-teriak mengingatkan mereka agar berhati-hati. Ada juga seorang ayah yang sedang mengajari anaknya cara mengendarai sepeda. Di beberapa tempat anak-anak sibuk menikmati makanan yang dibuatkan oleh ibu mereka dan dengan riangnya tertawa membuatku iri.

Aku terus berjalan tak tentu arah. Pertama, aku benar-benar tidak tahu kenapa aku bisa sampai di tempat ini. Yang aku tahu, setelah bangun tidur dari keadaan yang sangat tidak nyaman, kakiku mengantarkanku ke tempat ini. Kumasukkan kedua tanganku ke saku celana dan kembali melangkah menuju salah satu bangku yang ada di bawah pohon sakura. Kudengar sekilas ada seorang pria sedang berteriak kecil memanggil seseorang, mungkin anaknya.

“Sungjong-ah, Jongie neo eodiya?” suara itu semakin mendekat ke arahku dan aku tersadar ketika asal suara itu adalah seorang pria yang menabrak tubuhku mengakibatkan aku terjatuh. Aku yang notabene cepat marah segera berdiri dan mencengkeram erat kerah baju pria di hadapanku yang kebetulan memegang sebuah es krim yang isinya sudah tumpah ke kemejaku.

“ YOU!!! KALAU JALAN PAKE MATA! APA KAU TIDAK MELIHAT ORANG SEBESAR INI SEDANG BERJALAN? GEEZZ KAU BUTA ATAU APA?” pria itu tersentak oleh teriakanku yang juga membuat beberapa orang yang ada di sekitar segera menatap ke arah kami berdua. Beberapa orang tua mencoba menutupi telinga anak mereka supaya tidak mendengar kata-kata umpatan yang tidak pantas mereka dengar.

“Mi..mian..mianhae tuan,” pria itu berusaha meraba lenganku yang masih sibuk mengkeram kerahnya. Tangannya bergetar dan raut mukanya menunjukkan ketakutan,”SEKARANG BAJUKU KOTOR KARENA ULAHMU, AISH SEHARUSNYA AKU TIDAK PERGI KE TEMPAT INI. KENAPA AKU HARUS BERTEMU DENGAN ORANG MENYEBALKAN SEPERTI INI DI HARI LIBUR,” kusentakkan tubuhnya ke tanah dan seolah kehilangan keseimbangan, pria itu terjatuh tersungkur di tanah. Kuakui, aku memang pemarah, hal itulah yang membuat banyak bawahanku merasa takut padaku. Selain pemarah, aku benar-benar kasar dan suka akan kekerasan, itulah sebabnya pacarku meninggalkanku.

“Mi..mian..mianhae,” pria itu terus berujar demikian seraya tangannya meraba di tanah mencoba mencari sepatuku atau lebih tepatnya mencari tahu dimana aku berdiri.

Aku yang merasa terganggu dan jijik melihat tingkahnya segera berujar,”AISH KAU BUTA ATAU APA?” kusepak tanah yang ada di dekat kakiku ke arahnya kemudian aku berjalan menjauh dari pria itu. Aku berusaha menghilangkan bekas noda es krim yang ada di kemejaku sambil terus berjalan tak memedulikan pandangan orang-orang yang sinis padaku atau bahkan mungkin membenciku karena sikapku yang seperti itu.

PLAK

“Ouch,” kupegang kepalaku yang baru saja dilempar ranting pohon oleh seorang anak kecil yang sekarang berdiri dengan gagah sambil berkacak pinggang di hadapanku.

“AHJUSSI, KAU ORANG JAHAT!” dia berteriak.

“Mwo? Apa salahku?” aku berusaha memahami apa yang ia katakan.

“Ahjussi tidak punya perasaan,” dia menunjukkan jari telunjuknya ke arahku.

“Wae?”

Dia berusaha melemparkan ranting pohon lain ke wajahku, tapi aku dengan cekatan menangkapnya. Aku mendekati anak kecil itu dan berjongkok di hadapannya sambil menunjukkan wajah yang agak galak. Ehm, walaupun aku sering hilang kesabaran pada semua orang, tapi satu yang aku tak bisa adalah marah kepada anak kecil. Aku tidak akan pernah bisa marah kepada anak kecil atau bertindak kasar pada mereka.

“Apa salah ahjussi sehingga kau melempar ranting ini ke kepala ahjussi tadi?”  kedua tanganku memegang pundak pria kecil di hadapanku.

“Ahjussi orang jahat. Ahjussi sudah membuat uncle Sunggyu sedih,” dia berbicara dengan lantangnya.

“Uncle.. Sung..Gyu?”

“Iya. Ahjussi sudah membuat uncle bersedih.”

“Wae? Aku tak kenal uncle Sung… atau siapa itu, jadi bagaimana bisa ahjussi membuatnya bersedih.”

“Ahjussi sudah mengatakan kalau uncle Sunggyu buta. Semua orang di sini tahu kalau uncle Sunggyu memang tidak bisa melihat, tapi bisakah ahjussi tidak memarahinya hanya karena uncle menabrakmu?”

Jadi, yang dimaksud dengan uncle Sunggyu oleh anak ini adalah pria yang menabrakku tadi. Oh, tunggu, jadi pria itu benar-benar buta? Aish, apa yang sudah kulakukan? Dia pasti sangat marah saat aku mengata-ngatainya tadi.

“Komaya, siapa namamu?”

“Sungjong, Lee Sungjong ahjussi.”

“Sungjong-ah, ahjussi tidak memarahi uncle mu. Ahjussi hanya meminta agar uncle mu itu lebih berhati-hati saat berjalan. Itu saja,” aish di sinilah aku, berusaha membela diri di depan anak kecil. Betapa payahnya aku.

“Aniya, aku melihat sendiri ahjussi marah kepada uncle Sunggyu dan mengata-ngatai kalau uncle Sunggyu itu buta. Kata ayahku, kita tidak boleh menyebutkan kekurangan fisik orang dengan cara kasar seperti yang ahjussi lakukan. Ahjussi harus minta maaf!”

“Mwo? Aigoo, Sungjong-ah ahjussi sedang ada kepentingan lain,” aku berusaha menghindar agar tidak bertemu dengan pria buta tadi atau uncle Sunggyu seperti yang dikatakan oleh Sungjong.

“Ahjussi pengecut. Masa menemui uncle Sunggyu saja tidak berani. Walaupun badan ahjussi sangat besar seperti raksasa, tapi meminta maaf saja tidak berani. Huh ahjussi payah. Ahjussi adalah orang kejam dan payah yang pernah kutemui,” Sungjong membalikkan tubuhnya dan hendak berjalan menjauh dariku.

Tanpa sadar aku mencegahnya,”Sungjong-ah jankanman! Ahjussi akan meminta maaf.” Oh God apa yang telah kulakukan? Inikah Nam Woohyun yang semua orang kenal? Bagaimana bisa aku menyetujui untuk meminta maaf pada orang yang sama sekali tidak aku kenal. Dan yang lebih penting lagi, orang yang telah merusak kemejaku.

“Bagus kalau begitu. Ayo ikut aku ahjussi,” tangan kecil itu menarik tanganku ke arah pria tadi yang sekarang sedang terduduk di tanah sambil berusaha membersihkan dirinya dari tanah yang menempel di bajunya walaupun ia tidak bisa melihatnya.

Sungjong melepaskan genggaman tangannya dari tanganku dan berjongkok di dekat pria yang adalah uncle-nya itu sambil berkata,”Uncle, jangan bersedih. Sungjong sudah menangkap orang jahat yang membuat uncle sedih. Sekarang uncle ayo berdiri,” tangan kecil itu terulur dan membantu pria malang itu berdiri.

“Sungjong-ah, kemana saja kau? Uncle sangat khawatir. Uncle takut kalau terjadi hal-hal buruk padamu.”

“Mianhae uncle, tadi Sungjong pergi mengejar kupu-kupu. Oh ya, Sungjong membawa orang jahat yang sudah membuat uncle bersedih.”

Aku hanya bisa menunduk pasrah. Di sinilah aku dipanggil dengan sebutan orang jahat oleh seorang anak kecil.

“Orang jahat? Siapa Sungjong-ah? Tidak ada orang jahat di dunia ini Sungjong,” pria itu mencoba memberikan penjelasan pada Sungjong yang terus saja menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju.

“Ahjussi ini orang jahat uncle. Dia sudah mengatakan hal yang buruk pada uncle, jadi dia harus minta maaf pada uncle. Ayo ahjussi, minta maaf sekarang.”

“Ehem, sorry,” ucapku singkat, namun aku mendapat tatapan sengit dari Sungjong. Anak kecil itu seolah mengatakan padaku bahwa pernyataan maafku tidak diterima olehnya.

“Mi..mianhae Sunggyu-ssi,” ucapku untuk kedua kalinya.

Sungjong berjalan ke arahku dan menarik tangan kananku sehingga terulur ke arah Sunggyu yang masih tidak mengerti apa-apa. Anak kecil itu membuatku dan Sunggyu bersalaman, kemudian dia menatapku,”Ahjussi, katakan kenapa ahjussi meminta maaf.”

“Aish, baiklah Sungjong. Sunggyu-ssi mianhae karena telah berbicara kasar padamu. Tidak seharusnya aku berkata kasar padamu terutama di tempat umum seperti ini. Maaf sekali lagi,” aku mengeratkan salamanku seolah memberikan tanda padanya bahwa aku benar-benar menyesal.

Pria Sunggyu itu sedikit merona mendengar permintaan maafku, dia menunduk dan berkata,”Gwaenchana….”

“Nam Woohyun,” aku menjawab.

“Ah, gwaenchana Woohyun-ssi. Aku yang salah.”

“Wah, ada darah!” Sungjong berteriak membuat aku dan Sunggyu langsung panik.

“Mana Sungjong?”

“Lengan uncle Sunggyu berdarah,” dia menunjukkan darah yang keluar dari luka gores di lengan Sunggyu. Itu pasti luka saat ia terjatuh tadi.

Itulah, pertama kali aku mengenalnya. Itulah pertama kali aku menyadari bahwa sikapku selama ini tidak disukai oleh banyak orang, seorang anak kecil lah yang telah membuka mataku yang tertutup rapat selama ini.

∞∞∞∞

Sejak hari itu, aku tahu bahwa Sunggyu adalah seorang pria baik hati yang selalu tersenyum kepada siapapun walaupun ia tidak tahu apakah orang yang ia senyumi itu memberikan senyuman balik untuknya atau tidak. Ia adalah pria yang jarang sekali marah dan sangat rendah hati. Ketika orang menyalahkan dia akan suatu perbuatan, dia adalah orang pertama yang akan meminta maaf walaupun bukan dia yang berbuat salah.

Hari ini, tepat seminggu aku mengenal pria bernama Kim Sunggyu itu. Dan hari ini juga aku kembali berjalan di taman yang sama dengan minggu lalu dan senyumku terkembang ketika kulihat orang yang sangat ingin kutemui ada di sana. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi padaku. Aku sangat sukar bergaul apalagi dengan seseorang yang bukan tipeku, tapi di sinilah aku sekarang berjalan dengan santai dan bahagia menuju arah seorang pria yang sibuk menceritakan sesuatu kepada keponakan kecilnya.

“Jadi, ketika si suami istri dari keluarga kaya yang kikir itu berusaha mendapatkan kekayaan seperti yang diperoleh keluarga si miskin, mereka justru mendapatkan petaka Sungjong-ah.”

“Uh, uncle Woohyun!” Sungjong yang mengerti akan kehadiranku berseru seketika membuat Sunggyu menolehkan pandangannya ke arah lain, walaupun ia tidak tahu dimana aku berada.

Aku melambaikan tanganku dan tersenyum pada mereka berdua,”Sungjong-ah, annyeong!”

“Annyeong uncle,” dia berlari memeluk kakiku, maklum saja aku terlalu tinggi untuknya yang baru saja berumur empat tahun.

“Sunggyu-ssi, apa kabar?” aku menggendong Sungjong dan duduk di samping Sunggyu yang sekarang ikut tersenyum.

“Kabar baik Woohyun-ssi.”

“Uncle, kenapa uncle kemari?” Sungjong bertanya padaku.

“Hm? Wae? Apa uncle tidak boleh datang kemari?” aku menunjukkan muka memelasku pada Sungjong yang langsung tersenyum,”Ani, tentu saja uncle boleh datang kemari. Sungjong senang sekali uncle datang kemari, jadi Sungjong dan uncle Sunggyu punya teman bermain,” aku begitu gemas mendengar jawaban lugu dari anak kecil di gendonganku itu, sehingga membuatku mencubit pipinya yang sedikit tembem.

“Hahaha ngomong-ngomong apa yang sedang kalian lakukan di sini?” aku menoleh ke arah Sunggyu yang tentu saja tidak bisa mengetahui posisi wajahku secara tepat.

“Uncle Sunggyu sedang menceritakan kisah Nolbu dan Hongbu uncle.”

“Benarkah? Apakah ceritanya sudah selesai?”

“Aigoo, uncle sudah terlambat. Ceritanya baru saja selesai waktu uncle datang,” Sungjong menggembungkan pipinya membuatku kembali mencubitnya.

“Ya sudahlah kalau memang sudah selesai. Ehem, sekarang bagaimana kal

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
catharinap_l #1
Chapter 6: I love ur story!!! So touching!!! :))
parkdaeun
#2
Chapter 6: The most oshem ff ive ever read! Aku bisa ngerasain sad moment, depressionnya and the most sweet endingnya, ff ini keren banget semua emotion bisa jd satu! Thanks authornim! Ure the best <3
Coffeemilk1013 #3
Chapter 6: great ff!! thanks for a sweet ending, authornim :3
gari_chan #4
Chapter 6: hmm ff-nya bagus banget, feelnya dapet hmm terharu dah
aiai_kimie #5
Chapter 6: happy ending... n' nice story.. gomawo sista!!! :)
akitou
#6
Chapter 6: great job teman.... endingny keren.... ok ditnggu ff yg lain.,..
KimAnHee #7
Chapter 6: Aaaaaahhh akhirnya ini dipost juga dan berakhir dgn happy end *horaaaaayy* #tebarkonfeti
Terharu saya bcanya, hadeuh Nam Woohyun makanya klw bawa mobil itu jgn sambil mabok, bgtukan jadinya *toyor pala Namo* *digebuk newclear* :v
Hhah pokoknya aku sneng bnget lah, ff yg ini udh end tinggal ff yg lainnya ditunggu ya kelanjutannya *rentenir ff datang* :v :v
inspiritly_beauty
#8
Chapter 6: Whoaaaah!!! Finally di-update juga dan happy ending. Great! (y)
Riska98 #9
Thor,ff mu bgus dan sukses membuatku baper aku kasian ma Gyu krna dia buta sbenernya siapa yg buat Gyu jdi buta thor-nim...keren ff nya aku suka neomu joah :)