Song SH

FTISLAND Horror Collection

[Omong Kosong/Dangerous Street]

“Omong kosong!”

Ucapan itu sukses membuat semua siswa di kelas malam tersebut memasang wajah horor. Berkata yang sedemikian tidak penting selama jam pelajaran berlangsung adalah tindakan bodoh, dan salah satu dari mereka baru saja melakukannya. Seorang guru yang tadinya menerangkan sebuah rumus kini menoleh sengit ke arah pelaku yang mengganggu jam mengajarnya.

“Apa maksudmu pelajaranku ini sekedar omong kosong, Tuan Song?” Guru lelaki itu melipat tangannya ke belakang dan mulai melangkah menuju bangku salah seorang siswa. Yang lain meringis.

“Kau benar-benar cari mati, Seunghyun!” Dengus siswa dengan tag-name Lee Junghwan di dada seragamnya pada teman di bangku sebelahnya.

“Anu, maksud saya gadget ini, sonsaeng-nim.” Sahutnya dengan berani sambil menunjukkan sebuah iPad yang menyala. Ia tidak sadar ucapannya itu justru menjerumuskannya ke masalah yang lebih ruwet.

“Apa yang kau perbuat dengan benda itu, huh? Sejak kapan aku mengizinkan siswa bermain iPad di kelasku?!” Nada suara guru itu meninggi dan Seunghyun tahu riwayatnya tidak akan lama lagi. Pasti sebentar lagi guru itu akan...

“Tinggalkan kelas ini sekarang juga, Song Seunghyun-Ssi. Aku tidak pernah memaksa siapa pun untuk mengikuti jam malam pelajaranku.” Guru itu mengusirnya. Dengan wajah ditekuk Seunghyun berdiri dari bangku dan mengaitkan tas di pundaknya. Siswa lain segera menunduk kembali menekuri buku mereka, tidak ingin bernasib sama dengan siswa jangkung itu.

“Psst! Kau yakin mau pulang sekarang? Setidaknya tunggu aku...” Bisik Junghwan pada Seunghyun yang sudah siap angkat kaki dari sana. Ia menoleh sekilas lalu menggeleng. “Aku memang sudah bosan kok mendengar ocehan Suh sonsaeng-nim. Duluan ya..”

Tanpa disuruh dua kali, Seunghyun melenggang meninggalkan kelasnya diiringi tatapan geram dari sang guru. Memang sebagian besar siswa tidak menyukai adanya jam malam di sekolah yang mengharuskan mereka tinggal di sana lebih lama untuk belajar. Tak terkecuali Seunghyun.

Malam ini ia merasa kupingnya memanas dan kepalanya berdenyut sakit karena dicekoki dengan rumus-rumus trigonometri yang memusingkan. Maka, demi mengalihkan semua itu Seunghyun iseng menyalakan iPadnya dan berselancar di dunia cyber.

Ia menemukan bacaan menarik di sebuah situs. Kumpulan kisah horor dan misteri yang menurut pendiri situs adalah kisah nyata dari beberapa narasumber. Namun setelahnya Seunghyun justru menampik itu, mencibirnya. Ia tidak percaya begitu saja. Menurutnya yang tertulis di sana hanya bualan yang semata-mata dilebih-lebihkan oleh penulisnya.

“Kolam renang berhantu? Yang benar saja! Kenapa hanya si pemuda atlet renang yang dihantui? Dasar tidak masuk akal.” Seunghyun mengoceh di sepanjang koridor sekolahnya yang sepi. Ia mengomentari cerita terakhir yang barusan dibacanya. Kemudian ia mendecak lagi saat teringat pada kisah sebelumnya.

“Lukisan hantu? Dongeng dari mana pula itu? Aku bahkan baru mendengarnya.” Jari telunjuk Seunghyun menggeser scroll di layar sentuh gadgetnya naik-turun. Ia nyaris saja tertawa sehabis membaca keempat kisah tadi. Baginya tidak ada yang seperti itu di dunia ini.

Buzz.. buzz..

Ponsel di dalam saku celananya bergetar. Ia menyimpan iPadnya ke dalam tas kemudian menarik keluar ponselnya dan membuka pesan masuk. Dari Junghwan.

Seunghyun-ah, kau tidak serius pulang, bukan? Jangan melintasi dangerous street sendirian di malam hari.

Keningnya mengkerut. Lagi-lagi Junghwan mengingatkannya perihal rumor yang sedang ramai-ramainya beredar seantero sekolah. Dalam kurun waktu beberapa bulan ini, ada kabar tentang jalan angker yang katanya meminta korban. Siapa saja yang melewati jalan itu seorang diri, pada waktu malam, maka tidak akan bisa kembali. Dengan kata lain, menghilang secara misterius. Celakanya, karena akses yang biasa menuju rumahnya sedang diperbaiki tadi pagi, Seunghyun harus melewati jalan yang disebut oleh Junghwan itu malam ini agar bisa tiba di rumah.

“Hanya anak kecil yang percaya kisah omong kosong seperti itu.” Seunghyun mengabaikan pesan dari Junghwan dan meneruskan langkahnya. Ia menuju parkiran dan segera duduk di atas motornya. Pemuda itu lalu menyalakan mesin kemudian tancap gas.

Ia mengendarai hyosung hitamnya dengan santai, tidak berniat kebut-kebutan. Sebelum tiba di jalan yang Junghwan maksud, Seunghyun belum terpikir tentang yang tidak-tidak. Namun, begitu berbelok ke jalan tersebut, pemuda itu menyadari bahwa keadaan di sana terlalu sepi. Hanya ada deru motornya yang semakin lama terdengar putus-putus. Hingga akhirnya kendaraan roda dua tersebut berhenti tiba-tiba padahal masih ada separuh perjalanan lagi yang harus Seunghyun tempuh agar keluar dari daerah itu.

Wae irae?! Bukankah aku sudah menyervisnya tiga hari yang lalu?” Seunghyun mengumpat dan terpaksa turun dari motornya. Ia berusaha menghidupkannya, tetapi nihil. Motor keren itu kini bertingkah menyebalkan.

Seunghyun tak hentinya mendecak kesal. Ia tak begitu mengerti otomotif, jadi satu-satunya jalan keluar bagi masalahnya sekarang adalah pergi ke bengkel. Masalahnya, yang terlihat di sekitar sana hanya tiang-tiang lampu jalan dan tidak tampak ada tanda-tanda sebuah tempat reparasi kendaraan.

Dengan sangat terpaksa, ia mendorong motornya perlahan menyusuri jalanan yang benar-benar sepi itu. Lama kelamaan Seunghyun gentar juga, kesunyian tempat itu terasa mencekam. Sayangnya ia masih enggan membenarkan perkataan Junghwan tadi. Hatinya terus membantah.

“Dasar sial!” Gerutuan tercetus ulang dari mulutnya. Belum ada empat meter ia menggeret sepeda motornya, samar-samar dilihatnya sesosok tubuh berdiri di atas trotoar di depan sana. Seunghyun tidak dapat memastikannya karena adanya kabut yang entah berasal dari mana membatasi jarak pandangnya sekarang. Namun ia berinisiatif menghampiri orang itu untuk sekedar bertanya dan menepis gundah yang menggelayuti sebagian pikirannya.

Begitu sudah agak dekat, pemuda itu menghembuskan nafas lega sembari memarkirkan motornya. Ia mencopot helm dari kepalanya dan menghampiri sosok yang ternyata perempuan tersebut. Dengan sopan Seunghyun menyapanya.

“Selamat malam, Nyonya.”

Perempuan itu menolehkan wajahnya kemudian mengangguk pelan. Seunghyun sedikit terkejut ketika tahu orang itu mengenakan masker sehingga hanya matanya yang terlihat. “Eum, terus terang saya baru kali ini melewati jalan ini lalu motor saya tiba-tiba mogok. Jadi, apa Anda tahu ada bengkel terdekat di sekitar sini, Nyonya?”

Perempuan bermasker itu menatap Seunghyun dengan sorot mata yang sulit dimaknai. Kening pemuda itu sempat mengernyit sebelum telunjuknya mengarah ke depan. Seunghyun cepat-cepat mengangguk dan berbalik menjemput motornya. Namun ia kembali ke hadapan perempuan itu dengan sebuah pertanyaan lagi.

“Kira-kira berapa meter lagi untuk sampai bengkel?”

Dan kesepuluh jarinya terangkat bersamaan.

“Aah, sepuluh meter ya? Terima kasih, Nyonya.” Seunghyun hendak kembali meneruskan perjalanannya tatkala si perempuan bersuara memanggilnya. “Anak muda, bolehkah aku pergi bersamamu?”

Seunghyun memutar lehernya kemudian mengangguk ragu. Sebuah senyum canggung terpatri di wajahnya. Pada akhirnya, mereka berdua beriringan diselingi oleh penjelasan si perempuan bahwa dirinya tadi juga sedang menunggu kendaraan atau taksi yang lewat untuk menumpang.

Tidak pernah sebelum ini Seunghyun menyadari jarak sepuluh meter itu ternyata cukup jauh. Terbukti ketika bengkel yang dimaksud belum jua tampak di pandangan mata. Atau mungkin juga karena kabut yang memperpendek jangkauan perlihatannya sekarang.

“Omong-omong, Anda memakai masker karena daerah ini berkabut ya?”

Perempuan itu belum menyahut sehingga membuat Seunghyun beralih memperhatikan penampilannya. Ada sebuah tas lusuh tersampir di pundaknya yang membuat pemuda itu menyeringai diam-diam. Penampilan Nyonya ini tidak biasa, pikirnya lagi.

“Apa aku terlihat cantik, Anak muda?”

Ye?” Seunghyun meragukan pendengarannya yang mungkin saja bermasalah karena terhalang helm yang sudah dipakainya kembali. Namun tampaknya perempuan itu serius bertanya, apakah dia cantik.

“Nyonya, mohon jangan bergurau...” Ia coba mengelak karena curiga perempuan itu adalah tante-tante yang senang mengencani anak SMA sepertinya. Membayangkannya saja sudah membuat Seunghyun bergidik.

“Apa aku terlihat cantik? Jawab saja.” Perempuan itu bersikukuh pada pertanyaannya. Membuat Seunghyun gusar sendiri dan memutuskan untuk mengalah saja. Ia mengangguk keras disusul jawabannya. “Anda benar-benar cantik, Nyonya! Apa sudah cukup?”

Ternyata semua itu belum berakhir seperti harapan Seunghyun. Si perempuan kembali bertanya, “Kalau begini, apa aku masih cantik?”

Seunghyun mendesah panjang lalu memarkir motornya sembarangan. Ia hendak memperingati perempuan itu agar jangan terlalu banyak mulut, “Nyonya, mau Anda apa? Jangan ajukan pertanya—Akkh!”

Seunghyun terjejak mundur saat dilihatnya perempuan itu melepaskan maskernya hingga wajah aslinya terungkap. Seringaian itu terlampau lebar dan justru menakutkan bagi siapa saja yang melihatnya. Mulut perempuan tersebut robek, dari ujung telinga kanan sampai ujung telinga satunya. Itulah alasan mengapa ia menutupinya menggunakan masker.

“Sial!” Seunghyun mengutuk. Mata hantu itu merah dan menatapnya bengis. Tak lama kemudian ia mengeluarkan sebuah benda dari dalam tas lusuhnya. Tangannya terangkat membawa gunting besar yang berkarat ke arah Seunghyun. Pemuda itu tidak bodoh, ia segera ambil langkah seribu sebelum sang hantu mencabik-cabik dagingnya dengan senjata tajam tersebut.

Junghwan benar. Seunghyun keliru tak mempercayainya. Kini ia harus bertemu dengan penunggu jalan yang dihindari oleh orang-orang. Dikejar-kejar tanpa seorang pun bisa dimintai tolong.

Helm yang tadinya melekat di kepala, sudah Seunghyun lempar ke arah si hantu. Sial sekali karena benda setengah lingkaran itu hanya menembus tubuh makhluk astral tersebut tanpa memberi pengaruh apa-apa. Seunghyun tetap berlari sekuat tenaga sampai ia tak kuat lagi dan harus terjerambab.

Fatal, begitu menoleh ke belakang sosok hantu bermulut robek itu tinggal beberapa langkah darinya dan ujung gunting yang runcing sudah terayun dengan cepat. Seunghyun hanya mampu menutup mata rapat-rapat, ia yakin tak bisa kabur lagi. Namun tusukan maupun aksi brutal tak terasa setelah satu menit ia memejam. Pemuda itu memberanikan diri untuk membuka mata dan sosok hantu tersebut telah lenyap. Sepertinya ia selamat.

“Hey, apa hantu itu masih membiarkanku hidup?” Gumamnya seraya bangkit dan menatap sekeliling. Benar tak ada apa-apa. Jalanan lengang seperti sebelumnya. Melihat itu Seunghyun menghembuskan nafas lega teramat panjang. Bersyukur nyawanya tak sampai melayang di tangan si hantu.

Ia bergerak meninggalkan tempat itu, berpikir besok pagi saja menelepon mobil derek untuk menjemput motornya yang tertinggal jauh karena sibuk melarikan diri tadi. Langkahnya terayun ringan sebelum sebuah tangan menahan bahunya dari belakang. Seunghyun terkesiap, jantungnya melompat-lompat liar ditambah keringat dingin tiba-tiba bermunculan di pelipisnya.

“Kau pikir sudah lolos, hm? Kau belum menjawab apa aku masih cantik atau tidak...” Pertanyaan bernada berat itu membuat leher Seunghyun mendadak kaku.

“AAAAAAAAAAARRRGGHH!!!”


 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
byunleeteuk #1
Chapter 5: gak nyangka kuchisake onna-san (?) bakal muncul di horror series ini. aku jadi mikir suara si kuchisake onna ini kayak gimana ya kalo ngomong, apa kayak suzanna (?). suka bangettt dengan konsep saling keterkaitan antar ceritanya, kapan-kapan bikin lagi yang kayak gini saeng hehe. tapi tiap cerita selalu berakhir tragis, aku gak tega ㅠㅠ_ㅠㅠ
byunleeteuk #2
Chapter 1: saengi-yaaaa mian aku menghilang cukup lama hehehe.
cerita yang ini termasuk salah satu yang paling serem dan gak ketebak. aku gak nyangka hantunya bakal ngomong gitu di ending hahaha gila serem amat kalo ngalamin sendiri ya hiiiih. aku malah sempet mikir bis nya bis hantu kkkkk. aku suka penggambaran lokasi di halte yang ada light-box nya, berasa banget kayak di k-drama kkkkkk
byunleeteuk #3
Chapter 2: Saeng, setelah dikasih tau kalo hongki itu kakaknya jaejin, aku langsung baca lagi ff jaejin bagian awal yg tentang kakaknya. Sedih juga ya dikira kabur dari rumah padahal......... Aku paling suka part rambut si hantu mulai keluar dari lukisan dan ngebelit hongki, kebayang banget visualisasinya. Terus serem banget part "muncul sepasang mata, berkedip ulang membalas tatapan Hongki" dan "air terjun hitam dalam lukisan bukanlah air terjun sesungguhnya, melainkan perwujudan dari sebuah rambut hantu yang panjang terurai dengan sepasang mata di tengah-tengahnya" ngeri gilaaaa haha.
Oiya saeng di paragraf 13 di kalimat "Ayah menatap lekat-lekat pada lukisan pembeliannya" menurut aku lebih enak jadi "lukisan yang dibelinya" dan yg " perwujudan dari sebuah rambut hantu" menurut aku enaknya dihilangkan aja "sebuah"nya.
byunleeteuk #4
Chapter 3: Ini yg kedua aku baca dari seri ini karena judulnya bikin penasaran, dari judulnya gak ketebak horornya bakal kayak gimana. Ternyata serem dan sadis juga ya.......si jonghyun mending idup aja deh daripada mati, lebih nyeremin haha. Kasian wonbinnya saeng, jadi kebawa-bawa mati huhuhu. Oiya saeng yg ngintip di balik pintu rooftop setelah jonghyun pergi dari hadapan sunyeo dan jaejin, itu masih jonghyun kan?
byunleeteuk #5
Chapter 4: 안녕~~~ seperti biasa pasti ff main bias yg pertama dibaca hehe. Btw udah 2 ff jonghun endingnya tragis saeng huhuhu (yg jonghunnya waktu itu jd guru les gitar dan bunuh muridnya). Bagus saeng ff nya ada pesan moralnya "gak boleh melawan orangtua, nanti kualat" haha. Bagus jg penggambaran hantunya dab pergerakannya jelas saeng, jd aku bisa bayangin gimana visualisasinya. Tapi jadi kepo, si hantu ini dulu matinya gimana sampe jadi hantu penunggu gitu? Apa jonghun bisa jadi hantu penunggu juga terus temenan sama hantu yg ngebunuh dia? (Ga penting banget keponya hahaha)