ERUDIUS : The Secret 4

ERUDIUS : THE SECRET
Please Subscribe to read the full chapter

Aya POV

                Seperti telah meminum sebuah obat mujarab termahal, wajah pucatku kini terlihat lebih baik dari pada kemarin. Bibirku tak berhenti menyunggingkan senyuman, berkali-kali aku menoleh pada lelaki bermata hijau gelap yang terus menggenggam tanganku selama perjalanan pulang dari rumah sakit. Tak ada satu kata pun yang bisa mendeskripsikan perasaan yang ku miliki sekarang, singkat kata, aku bahagia.

                Aku sadar, ritme kehidupanku tak akan semulus orang-orang dengan cinta sesama golongan kemampuan. Aku tak tahu hal apa lagi yang selanjutnya akan terjadi, yang akan mengusik ketenanganku lagi. Tapi setidaknya aku akan menikmati saat-saat ini, merasakan segala kelembutan yang terpancar dari dirinya, menikmati pancaran aura pangeran yang membuatku terpesona setiap waktu itu.

                Merasa diperhatikan, Luhan tersenyum padaku. Jemarinya yang sedari tadi menggenggam tanganku, kini bergerak mengelus beberapa senti permukaan kulit punggung telapak tangan yang bisa ia raih.

                Tak berapa lama, kami sampai di depan rumah yang sangat familiar bagiku. Aku rindu rumahku, terlebih, aku rindu pada Ran. Bagaimana kondisi gadis itu sekarang?

               

                “Tsk, cepat keluar! Sampai kapan kalian akan terus duduk di dalam sana,” ujar Chanyeol dengan mata besarnya yang kini menyipit sebal, membukakan pintu mobil untukku dan Luhan. Luhan tersenyum pada Chanyeol dan menarikku ke luar mobil, “Terimakasih,” ucapnya tulus. Chanyeol membuang pandangannya, lalu melangkah masuk ke dalam rumah. “Aku melakukannya untuk adikku,” ujarnya lagi dingin, tanpa menoleh sedikitpun pada kami.

                Aku sedikit terkekeh, “Jangan dipikirkan. Dia sedang terkena sindrom ‘tidak rela’ seperti Kris Oppa. Dia tidak rela adiknya berkencan, tidak rela adiknya sakit, tidak rela adiknya selalu memperhatikan orang lain selain dirinya, tidak rela..” ucapanku terpotong kata-kata Ayah yang kini mencoba berjalan mendahului kami.

                “Oh tentu saja Aya, ayah juga menderita sindrom itu sekarang,” Ayah tersenyum jahil seraya menepuk pundak Luhan dan melanjutkan langkahnya sambil menjinjing tas.

                Setelah ayah juga menghilang dibalik pintu masuk, Luhan menghentikan langkahnya. Ia berbalik menghadapku, lalu menatap wajahku dengan ekspresi yang.. oh.. begitulah, yang selalu membuatku semakin jatuh cinta setiap kali melihatnya.

                “Aku akan menjagamu. Kupastikan ‘sindrom’ yang dialami kakak dan ayahmu akan terbayar dengan segala perlindunganku, aku janji,” ujar Luhan. Bukannya merasa tersentuh, aku malah tertawa kecil, “Jadi kau akan menjadi bodyguard ku?”

                “Tentu saja!”

                “Bagaimana bisa? Tubuhmu sekarang begitu kurus,” ucapku menyindir.

                “Aku punya ini,” Luhan menunjuk kepalanya, “Melindungi seseorang tidak harus membuatmu menggunakan setiap otot tubuhmu. Kau lupa aku punya otak yang kuat?”

                Aku kembali tersenyum, lalu memeluk tubuhnya, “Kau punya cara tersendiri untuk melindungiku, aku percaya dan selalu percaya padamu,” kataku, seraya mempererat pelukanku padanya.

               

                “Ehm,” suara seseorang membuat perhatianku buyar, ku tolehkan kepalaku untuk memandang ke arah sumber suara. “Ran!!” begitu melihat sosok seorang gadis berambut panjang sebahu dengan senyum khas dan lesung pipinya,  aku melepaskan pelukanku dari Luhan dan berlari padanya. Mata cokelat keemasannya berbinar, seperti milikku saat ini. Aku meraih lehernya, melingkarkan tanganku di sana, membuat gadis itu meletakkan dagu nya di bahuku.

                “Dia sangat mengkhawatirkanmu hingga tidak bisa tidur, Aya,” ujar Baekhyun yang sedang memegang pegangan kursi roda milik Ran. Aku melepaskan pelukanku, menatap senyuman lesung pipi Ran itu dengan pandangan yang sarat akan rindu.

                “Ayo kita masuk?” ajakku, seraya mengambil alih pegangan kursi roda dari kendali Baekhyun. Membuat lelaki itu menyingkir dan membiarkan posisinya diambil olehku. Aku mendorong kursi roda Ran memasuki rumah.

                Di belakang, Baekhyun masih berdiri kikuk, “Kita juga lebih baik masuk,” ujarnya cepat lalu berjalan ke arah pintu, diikuti Luhan yang tersenyum di balik punggung Baekhyun.

***

 

                Aya telah dipastikan sedang tertidur lelap di kamarnya saat ini karena efek obat yang beberapa saat lalu gadis itu minum. Sementara di ruang keluarga, telah berkumpul diantaranya ayah, Chanyeol, Baekhyun, Kris, Lay dan Ran.

                “Kita tidak bisa melibatkan Aya dalam pembicaraan ini.. mengingat kamera pengawas itu..” Baekhyun membuka suara, matanya menatap pintu kamar Aya dengan pandangan sedih. Diikuti anggukan kepala dari yang lainnya. Padahal sebenarnya gadis itu sangat berhak mengetahui segala hal yang akan mereka diskusikan sekarang.

                “Lebih baik kita panggil Luhan,” ucap Kris, disambut dengan delikan mata tajam Chanyeol. Lelaki tinggi itu memberengut, “Untuk apa kita panggil dia?”

                “Chanyeol, aku tahu perasaanmu. Aku juga benci pada Xiumin seperti kau membenci Luhan..” Mata Kris tak sengaja bertemu pandang dengan Ran yang kini memandangnya sebal karena untuk kesekian kalinya, ia menyebut bahwa dirinya membenci Xiumin dengan nada begitu santai di hadapan adiknya-yang masih mencintai lelaki golongan kemampuan air itu. “Oh percuma saja Ran, mau kau menatapku dengan pandangan itu selama bertahun-tahun pun aku masih tak bisa menyukai anak air itu,” Kris menanggapi pandangan Ran, nada bicaranya masih begitu datar hingga gadis itu kini menghembuskan nafasnya kasar dengan mata yang sepertinya mengatakan – ‘sekali lagi kau berbicara padaku, matilah kau Oppa’

                “Hyung, Xiumin bahkan lebih tua darimu,” bela Baekhyun, yang tentu saja langsung ciut hanya dengan sebuah delikan Kris, seperti biasanya. “Aku hanya mengingatkan, kau tahu itu...” Baekhyun memajukan bibirnya.

                Lelaki itu kini memutar bola matanya, “Sudahlah, kulanjutkan ucapanku tadi.. Chanyeol, aku tahu perasaanmu. Tapi kita harus melibatkan Luhan dalam pembicaraan ini. Dia harus mengetahuinya juga,”

                Tanpa menunggu izin Chanyeol, ayah beranjak dari sofa, “Ayah, mau ke mana?” tanya Chanyeol buru-buru. Ayah mengendikkan kedua bahunya, “Tentu saja memanggil Luhan, apa lagi? Tanpa dia, kita tidak akan memulai pembicaraan kita. Tanpa dia,” ucap ayah seraya hendak meninggalkan ruang keluarga sebelum Chanyeol akhirnya mengalah dan bangkit dari duduknya, “Biar aku saja yang panggil kalau begitu,” kata Chanyeol lemas dengan wajah yang masih menunjukkan ekspresi tidak suka.

                Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya Luhan datang dengan diiringi Chanyeol di belakangnya, “Ada apa?” tanya Luhan begitu sopan, berdiri di samping ujung sofa yang diduduki Lay.

                “Duduklah,” titah ayah. Lelaki itu tanpa banyak tanya, segera mengikuti perintah ayah. Kini ia duduk tepat di sebelah Baekhyun.

                Lay, meraih sebuah tas yang dari tadi berada di belakangnya. Ia mengeluarkan isi tas itu-buku tebal bersampul hitam dan beberapa lembar dokumen yang terlihat sudah menguning, “Aku dan Kris sudah membaca ini.. begitu banyak hal yang membuat kami terkejut dan tak percaya. Tapi ketidakpercayaan kami semuanya terbantahkan setelah mengingat lencana phoenix itu, legenda dan mitos golongan air, serta segala keanehan yang kami pikirkan selanjutnya,” jelas Lay sambil menyentuh buku tersebut, meletakkannya di atas meja.

                Luhan yang tidak mengetahui apa-apa sebelumnya, terlihat sangat kebingungan. Alis matanya bertaut, “Bu.. buku apa itu? Aku tidak mengerti?” ujar Luhan dengan segala ekspresi keheranannya. Chanyeol memutar bola matanya seiring ucapan Luhan tadi, “Aaahh.. menyusahkan sekali..” ucap Chanyeol kesal.

                Karena itu, Baekhyun yang duduk bersebelahan dengan Luhan akhirnya menjelaskan terlebih dahulu asal-muasal ditemukannya buku dan lembar dokumen tersebut. Terlihat Luhan beberapa kali membelalakkan matanya tidak percaya pada cerita Baekhyun. Matanya menatap bergantian pada Baekhyun dan buku yang sedang tergeletak di meja. “Jadi kali ini kita akan membahas mengenai buku itu..” pungkas Baekhyun akhirnya. Diikuti anggukan kepala dari Luhan, tanda ia mengerti.

                “Ku jelaskan dulu mengenai buku itu terlebih dahulu,” ujar Kris, mengambil alih perhatian, “Buku itu.. salinan buku Erudius yang ditulis oleh Vrederick. Buku Erudius yang selama ini kita pelajari adalah buku yang telah dipalsukan, atau dikurangi beberapa bagiannya, demi kepentingan para Elit Erudius.”

                “Apa?! Bagaimana bisa?!!” Baekhyun membelalakkan matanya tak percaya.

                “Dari dokumen yang tertulis itu, dijelaskan bahwa.. benar adanya, golongan kemampuan air dulu pernah mundur dari pemerintahan Erudius, karena para Elit melarang pernikahan antar golongan kemampuan serta karena adanya propaganda baru. Dan sebenarnya pada waktu itu, hubungan antar golongan tak akan membuat tubuhmu melemah seperti saat ini,” lanjut Kris.

                “Eh? Bukankah penurunan imunitas tubuh itu memang telah terbukti merupakan hasil dari ketidak seimbangan hormon?? Itu memang dibenarkan dalam ilmu medis, kan? Terjadi secara alamiah kan??” tanya Chanyeol bertubi-tubi dengan mata lebar nya, menuntut penjelasan lebih. Kris mengembuskan nafasnya kasar, “Chanyeol, bisakah kau menunggu penjelasanku selesai?”

                Chanyeol mengatupkan bibirnya, lalu menyandarkan punggungnya di sofa, berusaha mendengarkan penjelasan Kris dengan lebih sabar.

                “Kuulangi lagi.. saat itu hubungan antar golongan tak berpengaruh negatif pada imunitas tubuh. Namun pernikahan silang itu akan menciptakan anak dengan dua jenis kemampuan. Hal tersebut tidak akan berpengaruh buruk apabila si pengguna kemampuan mengendalikannya dengan baik sebagaimana mestinya. Bahkan diantara mereka ada beberapa orang yang memiliki tiga jenis kemampuan pengendalian sekaligus, lalu inilah yang mulai dikhawatirkan para Elit.” Kris berhenti sejenak, mengambil nafas untuk kemudian memulai kembali ceritanya, “Namun benar, hal terburuk yang dicemaskan para Elit itu terjadi. Seseorang bernama Han, lelaki dengan empat jenis kemampuan, menghancurkan kota dan membantai hampir setengah dari penduduk planet saat itu. Terjadi kiamat kecil waktu itu, di buku ini digambarkan betapa kontrol planet kita dikuasai olehnya. Pria itu mengambil alih kekuasaan Erudius begitu saja,”

                “Korban pembantaian terbesar saat itu adalah dari kemampuan pengendalian waktu dan teleportasi. Itu sebabnya saat ini jumlah mereka menjadi minoritas di planet kita,”

                “Setelah bertahun-tahun planet berada dalam kendalinya, bersamaan dengan itu, para Elit merencanakan sebuah propaganda dengan berbagai persiapannya. Diantaranya juga terus mengupayakan untuk menghabisi Han yang sangat sulit dikalahkan,”

                “Namun sebuah kekuatan terbesar akhirnya mati karena kekuatannya sendiri. Han mati karena dia tidak bisa mengontrol kekuatannya, saat terjadi penyerangan, kekuatan yang ia pakai untuk melawan pasukan pengamanan akhirnya malah berbalik menjadi senjata makan tuan. Mungkin ia terlalu tamak dengan kemampuannya yang super itu,” Kris mengendikkan bahu.

                “Setelah kematian Han, pembangunan mulai berlangsung. Kondisi planet yang kacau mulai diperbaiki, juga... para Elit mulai menciptakan sebuah serum.. yang kita kenal sebagai salah satu vaksin, Rom. Salah satu vaksin yang selama ini selalu disuntikkan pada bayi yang baru lahir.”

                “Berarti kita juga disuntikkan vaksin tersebut?!” kali ini Baekhyun yang tak mampu menahan kesabarannya. Kris menghela nafas, “Benar Baek, benar”

                “Vaksin Rom itu sebenarnya serum yang akhirnya akan mengatur hormon kita, mengirim sinyal ke otak agar imun tubuh kita melemah dan terus melemah jika memaksakan hubungan lintas golongan,” jelas Kris. “Golongan air sama sekali tidak menyetujui hal ini dengan alasan, propaganda ini menentang takdir yang sudah ada.. dan menipu generasi yang akan datang,”

                “Itu salah satu hal yang menurutku paling penting untuk kita ketahui saat ini. Kukatakan, buku pengantar wajib yang kita pelajari di sekolah dulu itu memang telah banyak direkayasa. Sedangkan lembar dokumen itu, cara pembuat vaksin Rom. Aku yakin vaksin Rom yang saat ini, diciptakan dengan bahan berbeda agar memiliki efek yang lebih kuat.” Kris melipat tangannya di depan dada.

                “Membutuhkan waktu untuk meneliti vaksin Rom itu.. Aku yakin para Elit tidak membuatnya sembarangan,” Lay mengusap dagunya, terlihat ia berpikir sangat dalam sekarang.

                Ayah masih mengerjapkan matanya, “Sepanjang aku bekerja untuk para Elit, aku tak tahu rahasia besar semacam ini. Yang kutahu hanya meneliti berbagai teknologi transportasi... dan buku itu.. entahlah aku tidak bisa berkomentar banyak. Oh.. Luhan, kau di sana?” Ayah menyapa Luhan yang terlihat memandang buku itu dengan sorot mata kosong.

                Lelaki bermata teduh itu menoleh, “Iya..” keningnya berkerut, “Kita harus mencari cara menyelamatkan Aya dan Ran dengan melawan vaksin itu, kan?” tanya Luhan, matanya melirik ke arah Lay yang masih terlihat berpikir keras.

                “Memerlukan waktu lama dan percobaan yang tidak main-main. Ini akan sangat sulit.. kita bisa melawan vaksin itu dengan vaksin lain. Seperti hal nya racun yang bisa dinetralisir dengan racun lagi, tapi.. akan terlalu berbahaya, aku tidak terlalu yakin..” Lay memejamkan matanya, “Otakku buntu,” ujar Lay kesal, lalu menyandarkan dirinya di sandaran sofa.

                Ran yang sedari tadi hanya memperhatikan, kini mulai ikut mengungkapkan isi hatinya. Ia segera menyalakan hologram dan mengetikkan beberapa kata yang ingin ia ucapkan, “Kita bisa meminta ayah Xiumin untuk membantu kita,”

                Kini mata Kris membulat, ia mendengus, “Kau ingin berhubungan lagi dengan lelaki itu, hah? Menjadikan ayahnya sebuah alasan untuk bertemu dengannya?! Bukankah kau bilang kau sudah putus?!” kesal Kris.

                Adik kandung Kris itu menghela nafasnya kasar, melemparkan sandal rumah yang sedang ia kenakan pada Kris dan sukses mendarat di pipi lelaki tinggi itu, “idiot!”

                Melihat adik kakak itu bertengkar membuat suasana tegang di sekitar mereka sedikit mencair, Baekhyun kini tertawa terpingkal-pingkal karena tragedi slipper terbang yang menghantam pipi Kris, “Ya ampun lucu sekali hahahahahahaha”

                “Berhenti tertawa!” ujar Kris kesal pada Baekhyun. Namun Baekhyun masih tetap tidak bisa menghentikan tawanya dengan cepat, hingga pada akhirnya ia bisa mengendalikan dirinya lagi.

                “Ayah Xiumin peneliti di pusat penelitian pengobatan,” ingat Lay.

                “Dia membuat vaksin Rom,” Ran menjelaskan.

                “Oh?! Benarkah?!” Kini ayah yang terlihat antusias, “Kalau begitu kita memang membutuhkan bantuan dia. Bukankah kondisi tubuh Xiumin juga mengalami penurunan?”

                Ran menganggukkan kepalanya, “Sekarang dia mulai mengalami gangguan paru-

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Tikakyu #1
Chapter 4: Author-nim, aku harap author bisa ngelanjutin ff ini..
Cerita sangat bagus, sayang kalau diabaikan seperti ini...
Tikakyu #2
Chapter 4: Aku gk tahu mau komen apa di chapter ini... Tapi aku harap mereka bisa menemukan vaksin tersebut, juga aku harap Luhan dan Aya gk nakal seperti ini lagi kedepannya...
Tikakyu #3
Chapter 3: Aigoo itu si Jisuk kenapa obsesinya terhadap kekuasaan besar banget sih?? Dia gak kasian apa pada anaknya sendiri??
Tikakyu #4
Chapter 2: Adegan Luhan Aya drama banget... :-) :-) so romantic
Tikakyu #5
Chapter 1: Ah mian mian, Aku salfok...
Kejam sekali ayahnya Luhan, dia sangat terobsesi akan kekuasa sampai2 ia tega melakukan hal yang kejam pada Aya dan anaknya sendiri...
Tikakyu #6
Chapter 1: Woah Kyuhyun saranghae....
Tikakyu #7
Oh terusan ERUDIUS : The Hypcrisy ya??
Ok, i'll read it...