ERUDIUS : The Secret 1

ERUDIUS : THE SECRET
Please Subscribe to read the full chapter

Cahaya terang menyerang indra penglihatanku, membuatku menyipitkan mata ketika baru saja aku kembali dari alam bawah sadarku. Kupandang sekelilingku dengan mata yang masih buram, melirik lemah pada sudut kanan dan kiri ruangan hingga akhirnya lirikanku beralih pada diriku sendiri yang sedang duduk dengan kedua tangan diikat. Beberapa saat kemudian penglihatan buramku hilang dan aku bisa melihat semuanya dengan jelas. Aku berada di sebuah laboratorium, dengan orang-orang berpakaian formal dan gelap sedang memperhatikanku dari balik kaca ruangan. 

                “Kau sudah bangun?” tanya seseorang dengan suara rendah, berbadan tinggi tegap dan sama sekali tak kukenal. Hanya satu hal yang bisa ku kenali darinya, pakaian yang ia kenakan – seragam badan intelejen. Di bagian dada kirinya terpasang sebuah tanda pengenal dengan lambang pemerintahan wilayah timur dan lambang intelejen Erudius, serta tulisan ‘Kyuhyun’.

                Aku hanya mengerutkan alis mataku, tak menjawabnya. Pikiranku masih bercampur aduk. Ada apa ini? Mengapa aku ada di sini? Lalu mengapa orang-orang ini berkumpul mengawasiku seperti seorang narapidana?

                “Kau terbukti telah melakukan penelitian terlarang,” ujar seseorang bernama Kyuhyun itu dengan sorot mata yang sangat tidak bersahabat. Tangannya dilipat di depan dada hingga kain seragam bagian sikunya menunjukkan kerutan tegas, lalu kakinya melangkah pelan ke arahku.

                “Kami telah mendapatkan cukup bukti untuk menyeretmu menjadi tahanan negara atas penelitian yang telah kau lakukan selama 5 tahun terakhir,”

                Aku menelan ludah, mataku terbelalak. Tahanan?!

                “Tapi seperti peneliti sebelumnya yang melakukan hal serupa seperti yang kau lakukan, kau tidak kami tahan di tempat layaknya kriminal biasa menjalani masa hukumannya. Kami akan menggunakanmu sebagai peneliti tetap di dewan intelejen dan tak berhak keluar dari wilayah bangunan ini,”

                “Apa yang kau katakan? Aku sama sekali tidak bisa menerima ini. Tahanan di laboratorium dewan intelenjen?! Kau gila?!!” Balasku tak percaya dengan suara yang tak bisa ku kontrol. Sebentar.. Jika aku memang seorang tahanan, hahkan setidaknya aku berhak mendapatkan perlindungan hukum jika aku melakukan pelanggaran. Atau melakukan pembelaan di persidangan, seperti pelanggar hukum lainnya. Lalu apa ini? Kenapa segalanya diputuskan dalam satu pihak saja? Dan cara mereka membawaku ke sini bukanlah salah satu prosedur penangkapan seorang tersangka.

                “Kalian para peneliti berbeda dengan pelaku kriminal rendah. Yang kami butuhkan hanya otak kalian.” Ujar Kyuhyun seraya berbalik hendak meninggalkanku sendirian di ruangan yang dikelilingi kaca ini.

                “Aku akan keluar dengan kemampuan teleportasi,” ujarku kesal. Hatiku benar-benar panas sekarang, aku merasa tidak adil. Apa artinya hukum? Apa artinya aturan itu? Mereka sendiri tidak memerlakukanku berdasarkan hukum-hukum itu! 

                “Tidak mungkin. Kau golongan api dan kemampuan teleportasi tak bisa menembus dinding yang kami ciptakan,” Kyuhyun menjawab tanpa menoleh sedikitpun padaku. Ia melepaskan ikatan di tanganku, lalu melangkah hendak meninggalkan ruangan ini.

                “Sampai kapan aku berada di sini?” tanyaku. Nada suaraku berubah dingin, menunjukkan bahwa aku memang benar-benar tidak menyukai keadaan yang sedang kualami sekarang.

                Kyuhyun terlihat membalikkan kembali badannya, kedua telapak tangannya ia masukkan ke dalam saku celana.

                “Mungkin seumur hidupmu,” jawabnya datar, lalu kembali melanjutkan langkah tanpa memedulikanku yang berkali-kali memanggilnya menuntut kejelasan.  Orang-orang yang berdiri mengelilingi ruangan dan mengawasiku juga turut pergi bersamanya, menghilang dibalik pintu besi di luar laboratorium.

                Apa-apaan ini?! Tahanan seumur hidup? Dewan intelejen?!! Ya ampun dunia ini benar-benar gila!

                Aku menghela nafas panjang, memukul meja di hadapanku ini dengan kepalan tangan yang kubuat. Nafasku terengah menahan emosi.

                “Apa yang mereka pikirkan hah?!”

                Sedetik kemudian pandangan mataku kembali liar menyelidik ruangan yang ‘menahan’ ku ini. Laboratorium yang jauh berbeda dari yang Lay miliki, lebih canggih dan ku rasa peralatan di sini sangat lengkap. Dulu memang aku sempat berpikir bahwa laboratorium milik pemerintah akan lebih canggih, namun aku tak pernah membayangkan bisa ‘bekerja’ di tempat seperti ini, apalagi dengan keadaan yang seperti ini.

Ya, walau kuakui aku juga salah satu sudut hatiku merasa senang saat melihat benda-benda ini, mengingat aku yang sangat terobsesi dalam sebuah penelitian obat dan kimia. Namun rasa marah dan kesalku mengalahkan segalanya. Dengan kata lain aku berada di sini seperti budak pemerintahan, tanpa penghargaan, hanya karena aku meneliti sebuah serum untuk menyelamatkan banyak jiwa? Ya ampun..

                Tapi refleks tubuhku membawaku untuk memegang botol-botol kaca di lemari sesaat setelah pikiran mengenai betapa gilanya para Elit Erudius itu memenuhi otakku. Mungkin aku bisa menemukan serum itu di sini? Aku merasa sedikit penasaran setelah aku berhadapan dengan benda-benda ini. Tanpa pikir panjang aku segera melakukan aktivitas yang biasa ku lakukan selama 5 tahun terakhir, menghitung berderet angka, rumus, menakar cairan kimia dan melakukan proses-proses lainnya.

***

                Chanyeol berlarian menembus gelap malam diikuti Lay dan Kris. Tak terasa telah dua hari berlalu semenjak menghilangnya Aya. Luhan juga secara misterius tak bisa mereka temukan, bahkan di tempat tinggalnya yang seperti istana itu sekalipun. Udara malam mulai menyeruak, suhu Erudius mulai menurun hingga kedua lelaki bermata cokelat keemasan dan seorang lelaki bermata abu gelap ini bergidik kedinginan.

                “Hal ini sangat aneh, apa Luhan dan Aya pergi kabur ke luar wilayah agar mereka bisa tinggal bersama? Kita telah mencari di seluruh wilayah timur ini tapi tak ada satupun jejak yang kita temukan,” ujar Lay dengan suara yang terdengar sangat kelelahan. Bagaimana tidak, seharian ini mereka tak berhenti mencari jejak Aya. Namun mereka tak menemukan petunjuk apapun, bahkan dari kamar dormitory gadis itu. Kamar nya masih terlihat rapi seperti tidak pernah ada orang lagi yang menempatinya.

                “Aku tidak tahu, tapi jika mereka pergi melalui perbatasan wilayah, mereka akan terekam dalam cctv perbatasan. Tapi kita tidak menemukan itu,” Kris menaruh kedua tangannya di pinggang. “Ah ya ampun dingin sekali,” ujarnya lagi seraya mengeluarkan api dari telapak tangannya, lalu mendekatkannya di dagu. Lay juga memasukkan tangannya lebih dalam ke saku coat tebalnya, kakinya berjinjit-jinjit menahan dingin.

                “Aku.. seharusnya aku tak berkata begitu padanya.. jika aku tak mengatakan hal bodoh itu, Aya tak akan menghilang seperti ini,” Ujar Chanyeol, menyalahkan dirinya sendiri. Wajahnya terlihat sangat muram. Hanya dia satu-satunya pria yang terlihat begitu kuat saat ini dari serangan angin dingin malam. Namun jika dilihat dengan seksama, dia yang paling lemah sekarang. Mengingat adik satu-satunya itu menghilang setelah ia berdebat dengannya, terlebih lagi gadis itu sedang dalam kondisi yang tidak baik. Ia sangat takut adiknya drop secara tiba-tiba dan sesuatu hal yang buruk terjadi. Ayah mereka juga besok pagi akan kembali ke wilayah timur, Chanyeol tidak tau apa yang harus ia katakan pada sang ayah mengenai Aya. Pikiran lelaki jangkung itu sangat berantakan saat ini.

                “Kadangkala begitulah seorang kakak berkata pada adiknya, ketika mereka mengalami silang pendapat. Kau tahu kan berapa banyak perkataan yang aku lontarkan pada Ran, hingga membuatnya tak bisa bernafas lalu menendang kuat kakiku saking kesalnya,” kata Kris dengan nada datar, tangannya kini berbagi api kecil dengan Lay. Chanyeol mendelikkan matanya, ucapan Kris sama sekali tak menghibur hati lelaki itu, “Itu karena cara bicaramu yang memang mengesalkan, hyung,” ujarnya dengan mata malas.

                Setelah satu sesi percakapan sederhana terjadi, mereka saling menyemangati sejenak mengenai perasaan Chanyeol dan rasa lelah yang sedang kentara menghinggapi mereka. Tak lama kemudian mereka berpencar kembali  berusaha menemukan keberadaan Aya.

               

 

 

                Makan malam sekarang bagaikan sebuah makan siang di kafetaria kampus yang biasanya aku lakukan. Namun bedanya, saat ini semua orang berpakaian putih, termasuk aku yang sedang ikut mengantri di antara pria-pria tinggi yang terlihat berusia 40-an. Ku ambil tray makanan kosong  lalu mengisinya dengan berbagai makanan yang menarik perhatianku. Benar, perhatianku.. bukan nafsu makanku. Sebenarnya makanan di sini tidak buruk, malah terlihat lezat. Aku mulai mengerti perkataan Kyuhyun beberapa jam yang lalu ketika ia menjelaskan mengenai ‘tahanan khusus’. Oh ya ampun, mendengar kata tahanan membuatku mual dan semakin tidak nafsu makan.

                Aku memilih duduk di sudut ruangan kafetaria, menyendiri dengan berbagai pikiran kacauku.

                “Menggelikan”, gumamku kesal, merenungi segala sesuatu yang telah ku lalui hingga saat ini.

                Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku, tidak keras. Hanya untuk membuatku menoleh ke arahnya.

                “Aku boleh duduk di sini?” tanya orang itu dengan wajah yang begitu cerah. Mata biru cerahnya menatapku dengan penuh harap, dengan bibir yang senantiasa menampilkan senyum.

                Baiklah, sepertinya tahanan dari golongan air ini ingin berteman.

                “Tentu,” jawabku singkat. Orang itu lantas meletakkan tray makanannya di depanku, lalu menjatuhkan tubuh kurusnya di kursi. “Jadi, kau baru di sini?”

                Lelaki itu tanpa membuang waktu, memasukkan makanan ke dalam mulutnya sambil menunggu jawabanku. Sedangkan aku hanya memutar pasta dengan garpu di tangan kiri, mulutku masih enggan terbuka untuk menjawab pertanyaannya.

                “Sepertinya kau memang baru. Aku tak pernah melihatmu di sini sebelumnya.” Ujar lelaki itu, menjawab sendiri pertanyaannya seraya kembali memasukkan sesendok salad ke mulut. “Tentu saja karena orang-orang di sini tak terlalu banyak,” lanjutnya sambil mengunyah.

                Aku masih menatap nanar makananku, namun telingaku masih bisa menangkap setiap kata dari orang yang sedang duduk di depanku itu.

                “Oh, sebaiknya kita berkenalan. Namaku Heechul, aku sudah 7 tahun di sini.”

                “7 tahun?!” aku membelalakkan mataku. Oke, sekarang lelaki ini berhasil mengambil perhatianku. Dan, Oh! Tentu saja Aya! Tempat ini ‘tahanan’! tentu saja dia bisa berada begitu lama di sini.

                Heechul tersedak makanannya sendiri, lalu segera meneguk segelas air putih yang ia bawa serta tadi sampai habis hingga akhirnya ia larut dalam tawanya sendiri, “Hei orang baru! Aku masih pemula di sini. Kau lihat pria tua itu?” tanya Heechul masih dengan sisa tawa di suaranya. Mataku mengikuti arah telunjuknya, terlihat seorang paman dengan kacamata tebalnya sedang bingung memilih-milih makanan. “Dia sudah 30 tahun di sini, sejak usianya 21,”

                “Apa?!” tanyaku tak percaya. “Kupikir si Kyuhyun itu bercanda saat memberitahuku tentang tahanan seumur hidup!”

                Heechul mendecakkan lidah, “Kau polos sekali, nona muda. Bagaimana bisa kau berpikiran seperti itu? Apa yang kau lakukan hingga bisa berada di sini?” tanya Heechul sambil melanjutkan acara makan malamnya.

                “membuat serum,” jawabku singkat.

Terlihat pria itu menaikkan kedua alis matanya, “Benar dugaanku,” Heechul kini merubah sorot matanya menjadi terlihat lebih serius, “Serum untuk hubungan antar golongan itu?”

Aku mengangguk, “Aku bertaruh beberapa orang di sini juga ditahan karena melakukan hal yang sama denganku,”

“Kau benar, aku juga ditahan karena itu. Tapi kebanyakan dari mereka kini berhenti total meneliti hal itu. Beberapa orang yang masih nekad meneliti akan tiba-tiba menghilang dari sini, mungkin mati? Dibunuh? Entahlah,” jelas Heechul.

Aku kembali membulatkan mataku, “Aku tidak habis pikir dengan mereka, apa salahnya membiarkan kita menelitinya. Kita bahkan bisa menyelamatkan banyak jiwa jika berhasil,”

Heechul mendesah pelan, matanya terpejam sesaat, “begini nona--”

“Aya, namaku Aya,”

“Begini nona Aya, sekeras apapun kau mencoba menemukan serum itu, tetap tak akan berhasil. Para Elit Erudius masih terlalu pintar untuk menyingkirkan segala hal yang berbau serum dewa itu. Aku banyak memikirkan mengenai apa alasan mereka yang sebenarnya di balik ini. Banyak hal aneh yang terlintas di kepalaku,” Heechul memelankan suaranya, mendekatkan sedikit kepalanya ke arahku.  

Aku menautkan kedua alis mataku, “kau benar, masih banyak sekali permasalahan di dunia kita ini. Pelanggaran yang kita lakukan bahkan tidak sebanding dengan pembunuhan massal di wilayah selatan beberapa waktu lalu, tapi mereka – para pelaku pembunuhan, mendapatkan perlindungan hukum hingga vonis hukuman mereka hanya 50 tahun. Bukannya hukuman tahanan seumur hidup seperti kita. Aku bahkan tak tahu bagaimana bisa sekarang aku di sini, yang kutahu kemarin  aku sedang di beranda. Lalu kesadaranku hilang dan saat aku tersadar, aku sudah berada di laboratorium. Terlebih, pria bernama Kyuhyun itu berkata bahwa aku akan berada di sini seumur hidup,”

Heechul melipat tangannya di depan dada, “Semua orang yang ada di tempat ini datang dengan cara seperti itu, nona. Itu tandanya pelanggaran yang kita buat lebih berbahaya dari pada kasus kriminal apapun, mungkin,”

“Bahaya apanya?! Kita bahkan melakukan ini demi kebaikan semu

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Tikakyu #1
Chapter 4: Author-nim, aku harap author bisa ngelanjutin ff ini..
Cerita sangat bagus, sayang kalau diabaikan seperti ini...
Tikakyu #2
Chapter 4: Aku gk tahu mau komen apa di chapter ini... Tapi aku harap mereka bisa menemukan vaksin tersebut, juga aku harap Luhan dan Aya gk nakal seperti ini lagi kedepannya...
Tikakyu #3
Chapter 3: Aigoo itu si Jisuk kenapa obsesinya terhadap kekuasaan besar banget sih?? Dia gak kasian apa pada anaknya sendiri??
Tikakyu #4
Chapter 2: Adegan Luhan Aya drama banget... :-) :-) so romantic
Tikakyu #5
Chapter 1: Ah mian mian, Aku salfok...
Kejam sekali ayahnya Luhan, dia sangat terobsesi akan kekuasa sampai2 ia tega melakukan hal yang kejam pada Aya dan anaknya sendiri...
Tikakyu #6
Chapter 1: Woah Kyuhyun saranghae....
Tikakyu #7
Oh terusan ERUDIUS : The Hypcrisy ya??
Ok, i'll read it...