Me and the first date

The Destroyer

Choi Siwon adalah pria yang menyenangkan.

Aku pikir, sebagai seorang CEO dan statusnya yang duda beranak satu, ia adalah pribadi yang kaku, dingin, serius dan acuh. Namun segala prasangka itu tidak benar. Nyatanya saat ini aku tengah menikmati candaan konyol yang terlontar dari dirinya. Entah itu candaan mengenai kesialan dirinya, mengenai kelucuan Sarang—anaknya, dan terkadang sesekali ia menggoda Chorong membuat pipi sahabatku merona.

Pria berumur tiga puluh satu tahun ini adalah seorang pria yang hangat, terbuka, dewasa, penuh rasa humor dan ramah.

Aku melirik sekilas pada Chorong yang duduk di sebelahku, mendengar kisah Siwon semasa dirinya SMA yang penuh dengan kekonyolan. Aku tahu pada detik itu juga, Chorong menemukan cinta pertamanya. Ia menatap Siwon dengan sorot penuh cinta dan kerinduan.

Chorong sahabatku tumbuh tanpa ada pria di sekelilingnya. Ayahnya berpulang saat ia baru lahir. Chorong merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Semua kakaknya adalah perempuan. Chorong pernah bercerita padaku bahwa ia ingin menemukan seorang laki-laki yang membuat ia merasa mempunyai pacar, kakak laki-laki, dan ayah sekaligus. Yang artinya membuat ia merasa dicintai, disayangi dan dilindungi. Aku harap, seorang Choi Siwon lah orangnya.

Yah, walaupun pria ini sudah memiliki seorang anak. Namun, apa salahnya dengan itu? Kutatap Sarang yang tengah berkutat dengan es krim sundae di hadapannya. Ia makan dengan cara yang lucu hingga pipinya penuh dengan es krim. Ya, apa salahnya mempunyai anak selucu Sarang? Hahaha.

“Jadi, anda memecahkan rekor dipanggil guru kesiswaan dengan lima puluh panggilan selama setahun?” Chorong tampak takjub dan matanya melebar, sementara aku mengerinyit aneh. Apa yang harus dibanggakan dengan keluar masuk ruang kesiswaan selama lima puluh kali dalam satu tahun ajaran?

Kulihat Choi Siwon tampak mengangguk, dan seakan dikomando oleh sesuatu, mereka tertawa terbahak-bahak bersama-sama. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Orang yang sedang jatuh cinta memang aneh.

O O O

“Bagaimana jika saya mengantar anda pulang?”

“Sarang mau lihat rumah tante Chorong!”

Aku menatap ayah dan anak yang tengah memandang Chorong penuh harap. Hohoho apakah cinta Chorong bersambut?

Well, setelah seharian berkeliling mall, bermain-main di theme park indoor, menjadi obat nyamuk dan pengasuh anak dadakan, aku tahu bahwa CEO Choi Siwon itu juga menyukai sahabatku. Ia memberi banyak perhatian pada sahabatku satu itu. Bahkan anak sekecil Sarang saja mengerti. Saat dirasa dunia milik mereka berdua, Sarang pasti langsung menarik tanganku menjauh dengan alasan membeli makanan kecil atau minuman.

Chorong menatapku dengan pandangan tidak enak dan aku mengangkat sebelah alis mataku. “Apa?” tanyaku.

Gadis itu cemberut, “Aku bingung harus pulang dengan siapa,” bisiknya. Akupun memutar kedua bola mataku.

“Pulang saja dengan mereka.”

“Tapi aku pergi kemari bersamamu.”

Oh… jadi Chorong tidak enak denganku karena masalah itu. Kenapa otakku berkerja dengan lambat seperti ini?

Akupun menepuk pundaknya perlahan. Berusaha memberikan pengertian melalui tatapan mataku. “Kau tahu, biarkan aku berdua dengan kekasih merahku. Dan aku akan membiarkanmu berdua dengan CEO tampan itu,” ucapku dengan kedua alis yang naik turun. Chorong tertawa begitu aku menyebutkan ‘kekasih merah’ yang aku maksud.

“Baiklah. Jangan sampai lecet, ya?” godanya.

Aku mengangguk dan menatap Siwon. “Siwon-ssi­, saya harap anda menjaga sahabat saya. Jangan sampai dia lecet,” ucapku sambil terkekeh dan sukses mendapatkan cubitan sayang pada lenganku oleh Chorong.

“Tenang saja,” jawab Siwon mengerling padaku.

“Kalau begitu kami duluan, ya?” pamit Chorong. Aku mengangguk sambil mengguman hati-hati padanya dan membalas lambaian tangan Sarang.

Sepeninggal mereka, aku berbalik hendak menuju basement mall ini dimana ‘kekasih merah’ku terparkir. Membayangkan mobil mungil itu membuatku bahagia sendiri. Masih tidak menyangka bahwa sebuah Mini Cooper ada di dalam genggamanku.

Baru saja hendak melangkah jauh, aku mendengar suara ribut-ribut khas remaja masa kini saat melihat pria tampan lewat. Aku menoleh dan benar saja tak jauh dariku terdapat kerumunan remaja-remaja wanita berpakaian modis bergerak perlahan seperti semut yang bekerja sama memindahkan suatu makanan yang lebih besar daripada mereka.

Aku mengurungkan niatku yang semula hendak menuju lift menjadi berjalan pelan ke arah kerumunan itu karena penasaran setengah mati, namun tidak sampai dengan sekali. Berdiri kira-kira sejauh lima meter dari kerumuna itu, aku berjinjit mati-matian. Inilah deritanya mempunyai tubuh kecil. Jika tidak menerobos kerumunan itu aku tidak akan tahu siapa yang mereka kerubungi.

Tapi tidak! Aku memang penuh rasa ingin tahu tapi tidak seperti itu. Apalagi aku sadar diri. Jika aku memaksa menerobos kerumunan itu, pasti aku langsung disentil keluar dari kerumunan itu layaknya menyentil serangga. Masih segar dalam ingatanku saat actor tersohor di Korea, Lee Minho berkunjung ke universitas tempat aku belajar, aku berusaha menerobos kerumunan fans gilanya dan berakhir dengan ditendang dari kerumunan itu.

“Kai! Kai!”

Mereka mulai berteriak. Sepertinya yang mereka kerubungi adalah Kai. Hmm, Kai? Satu-satunya selebriti yang bernama Kai yang aku tahu adalah gitaris dari band rock terkenal saat ini bernama yang EXO. Dia bernama asli Kim Jongin. Pernah bersekolah di Gangnam High School.

Mengapa aku bisa tahu?

Karena aku juga pernah bersekolah disana bersama dengan Chorong! Dan Kim Jongin itu adalah seniorku! Dan dia adalah—

“Aku tidak tahu kau berada disini.”

Aku mematung seketika. Tanpa aku menoleh ke belakangpun, aku sudah tahu siapa pemilik suara berat ini. Bagaimana bisa aku melupakannya? Baru kemarin malam kami bertemu!

Si pemilik suara itu berdiri di sebelahku. Membuatku makin gugup dan tidak sadar lagi bahwa kerumunan perempuan berbaju modis tadi sudah hilang beserta Kai.

“Aku bahkan belum menelepon.”

Aku memutar kedua bola mataku. Ya Tuhan, apa yang dia harapkan memangnya? Justru jika dia tidak menelepon hingga akhir hayat membuat aku bersyukur dan berjanji akan taat terhadap agama.

“Karena kamu berada disini, maka tidak perlu susah-susah lagi menghubungimu,” ia menyampirkan lengannya pada pinggangku dan memeluknya posesif.

“Kau mau apa!” pekikku.

Kami berdua—atau bisa dibilang dia yang menyeretku dengan paksa—melangkahkan kaki bersama jauh dari tempatku tadi berdiri. Dan jauh lagi dari lift yang tadi hendak ku tuju. “Ki—kita mau kemana?” tanyaku was-was saat kami melewati lorong yang di penuhi lampu-lampu redup berwarna merah dan kuning.

“Temani aku. Anggap saja aku mengambil jatah sehari kencan bersamamu. Jangan khawatir, hanya dua jam saja,” ucapnya. Aku menoleh padanya dan dia, Park Chanyeol melakukan hal yang sama, melempar senyum yang malah terlihat seperti seringai di mataku.

Kembali aku memandang jalan yang kami lewati, yang terdiri dari kerpet-karpet merah gelap. Menarik nafas dalam-dalam walau pada akhirnya parfum maskulin yang menguar dari tubuh Chanyeol juga ikut terhirup olehku. Hmmm Channel kah? Nyaman sekali baunya. Eh—kenapa aku jadi tergoda pada parfum Chanyeol?

Fokus Kwon Mina! Fokus! Bukannya dengan hal ini jatah kencanmu dengan dia akan berkurang menjadi enam hari! Semangat Mina semangat!

Kami berdua tiba di depan sebuah pintu setinggi dua meter dengan ukiran-ukiran aneh pada daun pintunya. Aku tidak melihat jelas apa itu karena lorong ini begitu redup. Namun satu yang aku tahu, yang aku rasakan dan membuatku risih.

“Bisa kau enyahkan tanganmu dari pinggangku?” aku mendesis, namun sialan Chanyeol malah mengeratkan pelukannya.

“Apa kau tuli?” bisikku dengan nada berbahaya. Chanyeol terkekeh. Sialan! Jangan remehkan pemegang sabuk hitam karate!

Chanyeol memutar knop pintu tersebut dengan salah satu tangannya yang bebas. Saat pintu terbuka, aku melotot melihat sekumpulan orang di dalamnya. Beberapa mereka juga tampak terkejut melihatku.

Baik akan aku jelaskan. Ruangan itu adalah besar yang di dominasi warna merah. Karpetnya merupakan karpet hitam dari bahan flannel, dindingnya dilapisi wallpaper berwarna merah dengan motif garis-garis. Pada masing-masing sisi ruangan berbentuk persegi panjang itu ditempati oleh pendingin ruangan yang besar.

Pada tengah ruangan itu diisi oleh meja makan yang panjang berwarna hitam. Panjangnya mengingatkanku pada meja tempat makanan pada acara resepsi pernikahan. Beberapa kursi dengan warna senada disusun mengitari meja tersebut dan sudah diisi oleh beberapa orang yang aku kenal.

Ini benar-benar gila! Mereka adalah seniorku di Gangnam High School!

“Yo! Chanyeol! Sini!” teriak seseorang, namun tidak cukup untuk membuat keributan di ruangan itu karena beberapa dari mereka sibuk sendiri.

Karena merasa dipanggil, Chanyeol kembali menyeretku—dengan tangannya di pinggangku—ke arah panggilan tadi.

Ternyata itu adalah Kai. Oh jadi dia mau menuju kesini? Pantas saja ia hilang tiba-tiba tadi.

Kami mendudukan diri pada kursi kosong di depan Kai. Saat ini kami, aku dan Chanyeol mengambil tempat duduk paling ujung dekat dengan pintu tempat kami tadi masuk. Dan alasan lain kami duduk disini adalah karena teman-teman Chanyeol yang terdiri dari orang-orang populer semasa SMA berkumpul di ujung sini.

Contohnya saja ada Kai yang duduk berseberangan dengan Chanyeol. Ia dan Chanyeol adalah sepasang ‘pahlawan’ sekolah dalam bidang basket. Mereka berdua adalah Ace yang ditakuti sekolah lain. Saat ini Kai adalah seorang leader dalam sebuah band rock terkenal. Apa aku sudah bilang tadi? Ya. Band EXO sangat terkenal. Tidak, bukan terkenal hanya pada saat ini. EXO sudah terkenal saat Kai telah lulus dari Gangnam. Kai adalah orang yang easy going, baik dan sangat tampan. Dia masuk dalam daftar lelaki ‘Terpanas’ tahun ini. Yah, bisa aku lihat ia punya tubuh yang y. Eh—

Di sebelah Kai ada seorang wanita anggun dengan rambut hitam yang menatapku tajam. Aku terkesiap.

“Ha—hallo, Naeun,” ucapku hampir tanpa suara. Naeun hanya diam lalu mengambil koktail yang ada di depannya dan meminumnya dalam diam.

Naeun, atau nama lengkap Son Naeun adalah Queen dalam sekolah kami dulu. Padahal ia berada pada satu tingkat yang sama denganku. Hanya saja Naeun adalah sosok yang jenius. Dia begitu disegani. Ia lebih banyak diam dan langsung bertindak daripada banyak omong. Saat ini ia adalah seorang pengacara muda. Baru-baru saja ia lulus jika aku tidak salah dengar. Dan ia adalah pacar dari Kim Jongin! Wow aku tidak tahu ada apa dengan dunia aneh ini. Mengapa seseorang seperti Kim Jongin bisa bersatu dengan seorang Son Naeun? Entahlah. Dalam pandanganku mereka cocok. Asal kalian tahu mereka sudah menjalani hubungan sebagai sepasang kekasih sejak Naeun masih kelas satu.

Disebelah Naeun ada Oh Hayoung, dan tepat disebelahnya adalah Oh Sehun, kembaran dari Hayoung. Aku tidak terlalu banyak tahu tentang mereka. Yang jelas sebenarnya mereka satu angkatan denganku. Hanya saja mereka bersama-sama mengambil kelas akselerasi—aku masih bingung sampai sekarang mengapa Naeun menolak kelas akselerasi—oleh karena itu mereka menjadi dekat dengan Chanyeol.

Disebelah Sehun ada Jung Daehyun. Nah aku tidak tahu tentang dia. Aku juga tidak dekat dengannya. Namun ia juga merupakan teman satu ‘geng’ dengan Chanyeol.

Sebenarnya teman Chanyeol banyak. Namun mereka tidak duduk disini. Mereka duduk di sisi yang jauh dari kami. Aku tidak tahu mengapa. Nah, sekarang pertanyaannya, untuk apa aku peduli dengan teman-teman Chanyeol?

“Sejak kapan kalian berkencan?” tanya Kai tiba-tiba. Aku hampir tersedak udara yang aku hirup sendiri. Aku menoleh pada laki-laki itu sambil melotot. Tak luput dari pandanganku pada Naeun yang tengah menatapku tajam.

“Oh benarkah? Kalian berpacaran?” tanya Hayoung.

“Tidak—aku tidak berpacaran dengan Chanyeol,” jawabku sebisanya sambil menggelengkan kepala.

“Kami sedang menuju proses,” jawab Chanyeol. Reflek aku menginjak kakinya.

‘Ouh.”

“Jangan berbicara sembarangan!” bisikku dengan nada bahaya.

“Kau tidak ingin berpacaran denganku?” tanyanya dengan mulut yang terkerucut. Dan itu sama sekali tidak cute!

“Jika kamu adalah laki-laki terakhir di dunia dan aku memang diharuskan untuk menikah, aku akan menikah dengan perempuan!” cecarku.

“Huahahahaha!” Kai tertawa terbahak-bahak sambil bertepuk tangan. Apakah aku tadi sedang melucu. “Aku memang suka perempuan ini,” ucapnya lagi.

Astaga apa yang tadi laki-laki ini katakan? Ia suka padaku? Tak tahukah ia sedari tadi Naeun menatapku dengan tajam dan sekarang malah makin tajam? Aku yakin jika saja pandangan mata bisa membunuh, aku sudah mati saat ini. Mati termutilasi.

“Jaga bicaramu. Kau punya Naeun,” ucap Chanyeol datar. Aku tidak tahu mengapa. Lagipula aku tidak peduli dan tidak perlu repot-repot menatapnya.

Kai masih tertawa, namun kali ini menyampirkan lengannya pada pundak Naeun. “Bicara apa kau ini? Aku tidak akan berpaling sedikitpun dari Naeun!” Kai kembali tertawa. Entahlah sepertinya ia gila.

“Gaya bicaramu seperti cemburu, seakan-akan Kwon Mina adalah milikmu, Chanyeol oppa.”

Kai pun terdiam setelah mendengar suara lembut namun tegas dari Naeun. Laki-laki itu tampak melihat Naeun dengan serius. Lalu menatapku dan Chanyeol bergantian. Membuatku risih. “Menurutmu begitu, sayang?” tanya Kai pada Naeun.

Naeun mengendikkan bahu.

Tadi, apa yang dikatakan Naeun? Chanyeol cemburu? Aku milik Chanyeol? Omong kosong macam apa ini?

Pintu yang tadi aku lewati bersama Chanyeol kembali terbuka. Karena posisiku yang dekat dengan pintu, walau masih terhalang oleh tubuh Chanyeol yang entah mengapa sialannya masih terlihat tinggi, akupun menoleh.

Mendapati seorang wanita cantik dengan rambut hitam lurus sebahu dan poni yang menggantung di atas alis, tubuh mungil dan putih, mata teduh dan senyum menarik. Akhir-akhir ini ia sering muncul di drama-drama televisi pada jam santai dan ia menjadi ikon baru dalam dunia perfilman saat ini. Ia Lee Yoobi…

Lee Yoobi yang kejam, mantan pacar Chanyeol.

Lalu disebelahnya seorang laki-laki dengan wajah imut yang membuat wanita manapun rela memenuhi apa yang ia minta hanya untuk menjadi kekasih sehari laki-laki itu. Ia juga sama seperti Lee Yoobi, bintang baru tahun ini karena drama terakhirnya yang mnembus rating sebesar lima puluh persen.

Dulu dia idolaku, cinta pertamaku, dan orang pertama yang membuatku patah hati.

Byun Baekhyun.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Ydvvfjkch #1
Chapter 7: APINK ❤️❤️❤️
koala_panda #2
Chapter 7: Yay...Dtunggu yah Thor update story yg lainnya
leenaeun
#3
Chapter 7: Hahahahaha kocaaaakkk, keren banget! Ditunggu ya update selanjutnya! ^^
koala_panda #4
Chapter 6: author...ditunggu update berikutnya yahhhh
leenaeun
#5
Chapter 5: Author-niiiiiiiiiiiiimmmmmmmm kmu kemana aja siiihhhhh???? :') hikkss kangen niihhh, kmu apa kabar? Sehat? Dan yes! Udah apdet lagi hehehe ^^
leenaeun
#6
Chapter 4: Kereeeeeeeennnnnnnnj!!! Ah gila langsung falling in love sama ni cerita! Oh i'm so falling in love~~~ #lohkokjadinyanyi subscribe ah subscribe, keren sih ceritanya ;D
silalagosil #7
Chapter 4: Jeng jeng, baekhyun datang..
tambah menarik banget.
Kai sama naeun perfect!!
mynameisravee #8
Chapter 1: Mina, sadarlah nak. Jauh lebih baik kencan dengan Park Chanyeol pengacau daripada sama om-om -__-
Suka persahabatan Mina-Chorong <3