Me and the snake woman

The Destroyer

Lee Yoobi duduk di sebelah kiriku. Dan disebelahnya ada Baekhyun. Kini mereka membicarakan berbagai hal yang tidak aku mengerti. Ya jelas saja. Aku mana pernah bergaul dengan mereka.

Sesekali aku melirik si kembar Hayoung dan Sehun yang tampaknya enjoy dengan suasana seperti ini. Lalu Naeun dan Kai. Aku tak tahu mengapa tapi aku pikir mood Naeun semakin buruk. Entah karena aku atau karena kedatangan Yoobi. Yang jelas wanita sebayaku itu lebih tertarik untuk diam daripada ikut berbicara. Sama sepertiku, hanya saja ia selalu diajak bicara walaupun tidak terlalu merespon dan aku sedihnya tidak ada yang mengajak berbincang-bincang.

Kai masih tetap sama. Ia masih ceria dan banyak tertawa. Terkadang ia mengatakan hal konyol yang membuat mereka tertawa. Tapi tidak denganku, dan Naeun juga. Kupikir ia memang tidak pernah tersenyum sekalipun tertawa selama aku mengenalnya.

Lain lagi Park Chanyeol yang duduk di sisi kananku. Ia juga lebih banyak diam saat ini. Sesekali tertawa, sesekali menjawab tentang apa saja yang ia lakukan selama di Jerman. Sekedar informasi, setelah ia lulus, ia langsung terbang ke Jerman untuk melanjutkan pendidilkan. Dan sekali lagi, aku tidak peduli.

“Oh iya, aku baru ingat. Apa Mina masih suka dengan Baekhyun?” celetuk Yoobi tiba-tiba.

Jantungku entah mengapa berdetak semakin kencang. Bukan, bukan karena aku masih menyimpan rasa untuk laki-laki banci itu. Entahlah sepertinya aku takut. Takut lembaran kenangan masa SMA itu terbuka lagi. Sialan.

Aku hanya terdiam menganggapinya. Menurutku, steak daging sapi yang ada di depanku ini lebih menarik. Akupun hanya melanjutkan makanku.

“Hey, aku bertanya padamu,” ucap Yoobi.

Sabar, sabar. Ini adalah acara reuni orang.

“Oh, sebentar. Mengapa kau bisa ada disini? Siapa yang mengajakmu?” tanyanya lagi dengan suara menuduh. Ya ampun, apa disini ada kaus kaki bau? Sungguh wanita ular ini harus disumpal mulutnya.

“Ia datang denganku,” jawab Chanyeol dingin. Aku meliriknya dari sudut mataku tanpa menoleh. Laki-laki itu tengah meneguk martininya.

“Sejak kapan?” tanya Yoobi lagi. Entahlah sepertinya Yoobi ini bukan aktris, melainkan wartawan gosip.

Tidak ada yang menjawab setelah itu. Tiba-tiba kurasakan suasana menjadi canggung. Atau  mungkin perasaanku saja. Tapi yang jelas, hanya area kami yang kini tidak bersuara. Lebih terdengar suara-suara dari area lain yang ditempati senior yang tidak terlalu aku kenal.

“Jadi… setelah denganku, kau suka pada Chanyeol?” Nah, ini suara Baekhyun. Suara yang tidak pernah ingin kudengar. Bahkan jika ada drama dimana ia pemerannnya, aku berjanji tidak akan pernah menontonnya.

“Apa kau tidak takut dengan penyakitnya?” sambung Baekhyun. Tanganku mengepal hingga buku-buku jariku memutih. Pria ini, apakah sebenarnya ia kembaran Lee Yoobi yang sama-sama tidak bisa menjaga mulutnya? Aku jadi menyesal karena suka pada pria seperti dia.

“Sejak kapan seleramu berubah, Park Chanyeol?” tanya Yoobi.

‘Brak’

Aku terkesiap. Tadi sebenarnya aku ingin marah dengan cara menggebrak meja dan menumpahkan jus strawberry yang ada di depanku ini pada wanita ular disampingku. Namun ternyata aksiku sudah kedahuluan oleh Naeun. Aku mengerjapkan mataku menatapnya.

“Kim Jongin, aku mau pulang,” ucapnya dengan nada bahaya.

Kulirik Kai, ia tampak diam. Hanya mengangguk dan berdiri, disusul oleh Naeun. “Kami pulang dulu,” ucap Kai pelan. Dengan menggenggam tangan Naeun, kedua pasangan itu pergi meninggalkan ruangan ini.

Aku merasa jantungku berdetak dua—oh tidak mungkin lima kali atau puluhan kali, entahlah, sebut saja aku berlebihan, yang jelas kurasakan jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya dan khawatir jika Chanyeol atau Yoobi yang duduk di masing-masing sisiku mendengarnya. Tadi itu, aura Naeun terasa lebih jutek daripada biasanya. Seperti menahan amarah.

“Dia memang selalu aneh,” komentar Baekhyun. Aku mengerinyitkan dahiku. Selalu aneh? Seorang Naeun selalu aneh dimata mereka? Apa ada yang salah?

“Benarkah begitu? Aku jarang berbicara dengannya. Dia pendiam sih,” timpal Yoobi. Sumpah, nada bicaranya terdengar sok sekali. Wajar saja jika orang lain tidak suka terhadapnya. Perlu kalian ketahui, Yoobi memiliki banyak anti-fans dibanding fans yang menyukainya.

Aku merasa sudah muak disini. Jam yang ada di pergelangan tanganku sama sekali tidak banyak membantu. Waktu terasa lama sekali. Aku harap Chanyeol sedikit punya hati untuk membawaku keluar dari sini dan aku anggap aku tidak pernah bertemu—apalagi duduk bersebelahan—dengan mereka.

“Ayo pulang,” ucap Chanyeol pelan namun aku yakin Yoobi dan Chanyeol mendengarnya.

“Loh? Kenapa? Kami baru sebentar disini,” ucap Yoobi.

Chanyeol berdiri dan hanya diam saat aku menatapnya. Ia tidak berbalik menatapku namun ajaibnya ia tahu dimana letak tanganku sehingga dengan sekali gerakan, tanganku sudah ia genggam dan mengisyaratkanku untuk berdiri.

“Kalian sudah mau pergi?” tanya Hayoung yang menoleh padaku setelah mendengar derit kursi yang disebabkan oleh ulahku.

Aku mengangguk, tidak tahu harus menjawab apa. Lagipula ini bukan acaraku. Ku tolehkan kepalaku untuk melihat Chanyeol dan menyesal saat itu juga karena melihat matanya yang menggelap dengan rahang yang mengeras.

Duh, aku bingung sekali. Ada apa dengan orang-orang ini? Yah, kalau menurutku sih ini karena si mulut besar Yoobi.

Kami meninggalkan ruangan itu tanpa permisi. Tidak sopan sih, tapi ya mau apa lagi? Chanyeol menarik tubuhku pergi begitu saja dan berjalan cepat sekali.

“Hei, bisa pelan sedikit tidak? Kau tahu kan kakiku tidak sepanjang punyamu!” omelku karena kurasakan kakiku yang tiba-tiba terasa pegal.

Akhirnya kami berhenti di depan lift. Kemudian ia memutar tubuhnya dan kami menjadi berhadap-hadapan. Kuberanikan diriku menatapnya karena ia menatapku tajam.

Aneh, dari dalam bola matanya tersirat kesedihan, amarah, dan hal-hal negatif lainnya. Tapi aku tidak terlalu tahu dengan pasti. Aku bukanlah orang sepeka itu.

“Kenapa kau hanya diam saja tadi? Kenapa kau tidak membalas mereka?” tanya Chanyeol dingin. Aku mengerutkan keningku. Loh? Memang ada yang salah jika aku cuma diam?

Aku menurunkan pandanganku dan melirik tanganku yang masih digenggam olehnya. Sepertinya ia tahu kemana arah pandangku dan disaat itu juga ia mengeratkan genggamannya.

“Jawab aku!”

“Le—lepaskan dulu tanganku, Chanyeol,” ucapku sambil meringis kecil.

“Tidak,” balasnya, namun genggaman itu ia longgarkan kembali.

Aku menarik nafas dalam-dalam lalu mengehembuskannya dengan kasar. “Nah, memang apa urusannya denganmu? Apa urusanmu jika aku masih menyukai Baekhyun? Lalu penyakit menular itu. Bukankah kau sendiri yang menyulut gosip seperti itu? Jadi kau mau aku marah-marah denganmu di acara orang lain?” jelasku panjang lebar.

Chanyeol melotot menatapku. Memangnya ada apa? Apa ada yang salah dengan ucapanku? Bukankah semuanya benar?

“Kau yang menghancurkan masa SMA ku tidak punya hak berbicara seperti itu!” teriakku. Ha. Biar saja semua orang mendengar aku tidak peduli. Aku muak dengan Lee Yoobi dan hanya disinilah aku bisa mengeluarkan rasa kekesalanku.

“Itu bukan aku,” kilah Chanyeol. Kali ini ia benar-benar melepaskan tanganku. Aku menatapnya dengan pandangan tidak mengerti. Apa maksudnya? Bukan dia? Dialah yang tertawa paling keras di atas penderitaanku bertahun-tahun yang lalu.

Aku menghembuskan nafasku dengan kasar. Aku merasa muak dan lelah, ingin rasanya aku segera menempel pada kasurku untuk seminggu, sebulan, ah—mungkin lima tahun cukup buatku untuk hibernasi. Lagipula hari sudah hampir larut dan besok aku harus kuliah pagi.

Chanyeol menundukkan kepalanya. Semenit kupikir cukup untuk menunggunya berdiam diri memandangi barisan marmer mall ini tanpa bicara. Dan aku tidak mau ikut-ikutan seperti orang bodoh. Apalagi tadi aku sempat berteriak tak jelas. Kulangkahkan kakiku menjauh darinya. Tanpa mengucapkan salam dan langsung menuju lift yang akan membawaku ke basement tempat aku memarkirkan mobilku tadi. Dan ia tidak mengejarku. Dan itu masa bodoh.

=OoO=

Jam dua belas kurang lima menit, begitulah apa yang jam tanganku tunjukkan. Aku menolehkan kepalaku ke kanan dan kiri mencari keberadaan Chorong, namun yang bersangkutan tidak kelihatan batang hidungnya. Padahal aku sudah menunggunya di depan kelasku selama hampir tiga puluh menit.

‘Drrt Drrt’

Ponsel yang sedari tadi aku genggam bergetar. Segera aku menggeser layar pengunci pada layar dan melihat sebuah pesan masuk dari Chorong.

Kau duluan saja pergi ke café. Aku ada urusan dengan Dosen Kim

Nah, begitulah ia. Selalu penuh kejutan. Bisa jadi ia membuat janji dadakan dan bisa jadi ia membatalkan janji yang sudah lama dibuat.

Pagi-pagi buta tadi ia meneleponku untuk menemuinya setelah kelas usai. Kebetulan hari ini kelas kami selesai pada jam yang sama. Ia ingin bercerita mengenai sesuatu. Dan itu batal.

Tanpa harus repot membalas –karena memang sudah kebiasaanku—aku segera pergi sendiri menuju cafeteria yang masih satu wilayah dengan kampus ini. Café itu cukup besar karena hanya itu tempat makan yang bisa dituju disini.

Sesampainya disana, aku langsung menuju kasir karena tengah kosong. Suasana di café ini juga tengah lengang.

“Pesan apa?” tanya seorang wanita penjaga kasir sekaligus penerima pesanan.

Aku melihatnya dan berpikir sebentar. Aku cukup lapar dan siang ini panas sekali. Aku butuh makanan yang mengenyangkan untuk menghimpun tenaga kembali karena setelah istirahat ini aku harus menghadiri kelas selama tiga jam.

Spaghetti dan cola. Aku minta banyak es ya,” pesanku.

Penjaga kasir itu mencatat makananku lalu mengangguk. Ia meninggalkanku untuk pergi ke dapur untuk memberitahukan pesananku pada koki yang berada di café itu.

Aku sendiri memilih untuk pergi dari situ menuju meja kosong dekat dengan jendela besar paling ujung sudut café ini. Dimana kamu bisa memandang seluruh isi café tanpa ketahuan dan memandang pemandangan taman universitas diluar melalui jendala sebesar dinding itu.

Tak perlu menunggu waktu yang lama, pesananku datang. Aku melahap makananku dengan tidak sabar. Sebentar-sebentar aku melihati handphoneku, membalas chat-chat dari Chorong yang numpang curhat perihal Dosen Kim yang memberinya banyak tugas. Dan ternyata janji pertemuan kami batal karena ia harus berada di bawah pengawasan Dosen Kim hingga jam lima sore nanti. Padahal ia telah bilang padaku ingin bercerita mengenai reaksi ibunya yang berlebihan ketika bertemu Siwon semalam.

Yah, itu sudah pasti karena ibunya Chorong memang suka berlebihan. Aku membayangkan ibunya Chorong sebagai ibu-ibu yang protektif, yang tanpa alasan langsung memukul Choi Siwon karena berani-beraninya mengantarkan anaknya pulang ke rumah. Memang sangat tipikal ibunya Chorong.

“Kwon Mina?”

Aku menoleh saat namaku dipanggil. Sempat terkejut juga karena ada Naeun yang berdiri disampingku.

“Naeun-ssi? Bagaimana bisa ada disini?” tanyaku hati-hati. Takut untuk menyinggungnya. Lagipula semua orang punya hak untuk ke café ini kan tanpa harus ditanya untuk apa kesini? Tapi anehnya ia menghampiri mejaku.

“Ada urusan,” jawabnya singkat. “Boleh aku duduk disini? Aku tidak kenal siapapun disini,” pintanya. Kulihat ia sedikit menarik bibirnya. Apa dia sedang tersenyum?

“O—oh silahkan saja,” ucapku. Ia pun mengambil tempat duduk di hadapanku.

“Kau tidak makan?”

Naeun menggeleng. “Aku sedang diet.”

“Oh…” aku mengangguk. Lalu berpikir, untuk apa Naeun melakukan diet disaat badannya sudah seperti model yang seksi? Huh, untung saja aku termasuk manusia yang pandai bersyukur.

“Apa Lee Yoobi berulah lagi kemarin malam?” tanya Naeun. Kini ia terdengar lebih bersahabat.

Aku menatapnya dengan tidak yakin. “Ya… aku pikir sejak kedatangannya ia sudah berulah,” jawabku.

Naeun menghela nafas. “Aku tidak pernah suka dengan wanita itu. Ia penjilat.”

“Hah?” aku menaikkan sebelah alis mataku. Bagaimana bisa Naeun membicarakan teman pacarnya sendiri? Bahkan aku yakin mereka sering bersama-sama ketika sekolah dulu.

“Kau jangan pernah berpikir ia adalah temanku. Aku dan Jongin tidak pernah menyukainya. Apalagi saat ia memaksa untuk bergabung dengan kelompok kami.”

Aku menghela nafas dan menaruh kembali garpu yang tadi aku gunakan untuk makan spaghetti. Bukannya tidak nafsu makan. Hanya saja aneh mendengar Naeun membicarakan seseorang seperti ini. Sepengetahuanku, Naeun dapat mengekspresikan perasaannya dengan baik melalui wajahnya. Jika ia merasa tidak suka terhadap seseorang maka ada aura tersendiri yang keluar dan orang-orang disekitarnya akan mengerti dan menjauh.

Namun ini, ia tidak suka pada Lee Yoobi dan wanita itu masih aja menempel pada kelompok Naeun. Benar-benar tidak dapat dipercaya, ucapku dalam hati sambil menggeleng kecil.

“Uh, maaf. Apa aku mengganggu acara makan siangmu?” tanya Naeun.

Aku mengerjapkan mataku, “Ah, tidak—tidak, aku hanya kenyang. Benar-benar kenyang,” jawabku sambil mengangguk-angguk meyakinkan Naeun.

Naeun tersenyum. “Aku minta maaf. Mungkin ini pertama kalinya kita bicara panjang lebar dan aku malah berbicara seperti ini.”

“Tidak masalah. Jangan bawa masa lalu,” balasku.

“Kupikir aku harus pulang sekarang,” Naeun melihat jam tangan di pergelangan tangannya lalu menatapku. “Terima kasih sudah mengizinkanku duduk disini. Aku harap lain kali kita dapat berbicara seperti ini lagi,” ucapnya sambil berdiri.

“Aku pun berharap seperti itu,” jawabku. Ia tersenyum kemudian membalikkan badannya pergi keluar café ini.

Aku menghela nafasku. Entah benar atau tidak apa yang tadi aku ucapkan. Aku berharap bisa berbicara dengan Naeun lagi? Well, Naeun adalah wanita yang baik. Namun tatapan matanya dapat mengintimidasi dan membuatku mengkeret.

Chorong pasti super terkejut jika aku menceritakan ini nanti. Lihat saja reaksinya yang berlebihan saat aku menceritakannya.


Terima kasih pada readers dan yang sudah memberi komentar, Subscribe dan Vote pada cerita ini. Maaf karena lama update u.u 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Ydvvfjkch #1
Chapter 7: APINK ❤️❤️❤️
koala_panda #2
Chapter 7: Yay...Dtunggu yah Thor update story yg lainnya
leenaeun
#3
Chapter 7: Hahahahaha kocaaaakkk, keren banget! Ditunggu ya update selanjutnya! ^^
koala_panda #4
Chapter 6: author...ditunggu update berikutnya yahhhh
leenaeun
#5
Chapter 5: Author-niiiiiiiiiiiiimmmmmmmm kmu kemana aja siiihhhhh???? :') hikkss kangen niihhh, kmu apa kabar? Sehat? Dan yes! Udah apdet lagi hehehe ^^
leenaeun
#6
Chapter 4: Kereeeeeeeennnnnnnnj!!! Ah gila langsung falling in love sama ni cerita! Oh i'm so falling in love~~~ #lohkokjadinyanyi subscribe ah subscribe, keren sih ceritanya ;D
silalagosil #7
Chapter 4: Jeng jeng, baekhyun datang..
tambah menarik banget.
Kai sama naeun perfect!!
mynameisravee #8
Chapter 1: Mina, sadarlah nak. Jauh lebih baik kencan dengan Park Chanyeol pengacau daripada sama om-om -__-
Suka persahabatan Mina-Chorong <3