chapter 4
Unwanted MarriageSoojung
Aku menenggelamkan wajahku pada kedua telapak tanganku. Menangis sejadi-jadinya saat mengetahui kabar bahwa kondisi ayahku semakin memburuk, bahkan lebih parahnya kanker hatinya sudah mencapai stadium tiga. Tanganku terus menggenggam erat jemari tua ayah, menyalurkan kehangatan yang aku harap bisa dirasakannya.
Aku tidak pernah merasa sesengsara ini, meskipun sebelumnya aku pernah ditinggal oleh ibuku yang pergi dengan pria lain ketika aku berusia tujuh tahun. Selama ini ayah lah yang merawatku, ayah sekaligus menjadi figur ibu untukku. Dan terlalu mengerikan untuk membayangkan beliau pergi meninggalkanku untuk selamanya.
Sebuah tangan menepuk pelan pundakku, aku menoleh dan mendapati Jongin berdiri disana. “Bagaimana keadaan Tuan Jung?”
“Worse, kankernya sudah mencapai stadium tiga Kim.” Aku menimpalinya dengan suara parau.
“Tapi apakah itu tidak aneh? Bukankah minggu lalu dokter mengatakan bahwa ayahmu berada di stadium awal dan bahkan kondisinya semakin membaik?” Aku terdiam dan setuju dengan pendapat Jongin. Aku memang tidak paham tentang ilmu kedokteran, namun entahlah segalanya terlalu janggal untukku. Padahal aku yang setiap hari menemani ayah dan menyaksikan beberapa suster keluar masuk ruangan untuk memberikannya obat dan merawat ayahku dengan baik, dan sekarang mendengar berita bahwa kondisinya semakin memburuk? itu aneh.
“Aku punya teman di Amerika, Ia sering menangani beberapa pasien yang mengidap kanker hati dan semuanya sembuh. Dan lusa dia akan berlibur ke Korea. Bagaimana jika temanku itu juga memeriksa ayahmu Jung? Tidak ada salahnya kan?”
Aku mengangguk dan tersenyum penuh harap, semoga saja teman Jongin itu bisa memnyembuhkan ayah.
Jongin
Aku memasuki ruang tunggu Incheon International Airport sembari melihat jam hitam yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. Pukul sembilan, masih ada sepuluh menit lagi pesawat Kris tiba—itupun jika tidak delay. Aku memutuskan untuk membeli segelas Iced-Americano di Starbucks.
“Hey Jongin...” Aku tersenyum seraya memeluk pemuda itu, sepertinya pesawatnya datang lebih awal dari yang dijadwakan.
“Bagaimana kau bisa menemukanku, hyung?”
”Di Seoul ini hanya ada tiga persen warga nya yang memiliki kulit sepertimu Kim” Kami berdua terbahak.
Dalam perjalanan menuju apartemenku, Kris bercerita tentang kehidupannya di Amerika yang kusambut dengan anggukan antusias.
“So, how bout yours Kim?”
“Hyung, sebenarnya aku lebih tertarik membicarakan tentang suatu hal yang lebih serius kepadamu, daripada hanya mendengar cerita kehidupanku yang membosankan disini.”
“Apa itu? Tentang wanita?”
“Bukan, tapi ada hubungannya dengan wanita, sih. Hanya saja bukan itu permasalahannya. Jadi begini, ayah mantan kekasihku dulu mengidap penyakit kanker hati stadium awal, dan kemarin tiba-tiba kankernya naik menjadi stadium tiga. Aneh saja, bukankah jika di rumah sakit kondisinya akan semakin membaik? Terlebih kankernya masih berada di stadium pertama.”
Pias Kris nampak serius sambil mengangguk-anggukan kepalanya “semua yang kau katakan itu benar Kim, tapi ada satu hal yang perlu kau ingat, segalanya tergantung dari kondisi pasien sendiri. Mungkin saja tubuh pasien tidak cocok dengan obat-obat yang diberikan rumah sakit. Sebenarnya ada hal lain yang masih mengganjal, bolehkah aku besok bertemu dengannya? Aku penasaran. Kau tau aku suka tantangan kan Kim?”
Aku mengangguk mantap, semoga Kris bisa menyelamatkanmu tuan Jung. Sehingga tidak akan ada air mata Soojung lagi yang jatuh.
Soojung
Sudah dua malam ini aku merasakan ketenangan disaat tidur, sebelumnya aku selalu dihantui mimpi-mimpi buruk tentang ayah dan Sehun yang meninggalkanku. Dan dua malam ini pula pemuda itu, Oh Sehun, menemaniku tidur di rumah sakit. Setelah kemar
Comments