The Beginning

Adrenaline

Main Cast : Jung Yunho, Kim Jaejoong & Shim Changmin.

Other Cast : Park Yoochun, Kim Junsu, Tiffany Hwang & Other.

Pairing : YunJae, slight MinJae, (the other couples still hidden).

Genre : Romance, Drama, Hurt, Affair, Friendship.

Rating : Rate-M.

Author : Jejevan.

Warning : Genderswitch, Genderbender, typo(s), OCC, tidak sesuai EYD, no bash, no flame, NO PLAGIAT!!!

Disclaimer : All cast is belong to themself and their family, this story is a work of pure fiction and this fanfiction is MINE!

Summary : Kim Jaejoong dan Shim Changmin telah menjalin hubungan sejak mereka berada di bangku kuliah. Namun, kesetiaan Jaejoong diuji setelah dirinya diangkat menjadi sekertaris Jung Yunho, CEO muda yang tampan dan misterius.


a YunJae fanfiction presented by © Jejevan


DON’T LIKE? DON’T READ!

Happy Reading ^^


Previous Chapter :

Mata sipit gadis itu menatap Jaejoong—yang hanya mengenakan red tank top dan black hot pants—dari atas sampai bawah dengan tatapan menilai. Iris matanya menyorot detail membuat Jaejoong merasa tak nyaman

“Kaki mu bagus, pinggang mu juga ramping, perut mu rata, bokong mu lumayan dan payudara mu besar. Tak heran jika Yunho Oppa menjadikan mu sekertaris barunya. Aish, merepotkan sekali. Minggir! Aku mau masuk, jika kau memiliki pertanyaan, sebaiknya nanti saja, aku sudah tidak tahan menjadi santapan nyamuk disini.”

Yeoja asing itu masuk kedalam rumah mungil Jaejoong tanpa meminta persetujuan pemiliknya. Meninggalkan Jaejoong yang hanya terdiam dengan mulut menganga.


Chapter 3

(The Beginning)

Hawa panas di tengah udara malam yang cenderung dingin mendominasi ruang tamu kediaman mungil Jaejoong. Tatapan yang menguar dari sepasang squinty eyes itu tak bedanya kobaran api, sementara doe eyes Jaejoong nampak menatap curiga ke arah wanita asing yang ia akui berparas manis, namun minim tata krama dan tak tahu etika bertamu.

Aigo! Bagaimana mungkin wanita asing itu ia klaim santun apabila kalimat yang diucapkan pada pertemuan pertama sangatlah ketus. Merendahkan Jaejoong dan rumah pemberian orangtuanya yang memang standar ukuran perumahan pinggir kota secara langsung—tanpa basa-basi. Belum lagi si wanita menyebalkan masuk tanpa izin dan sorot matanya seakan mengajak Jaejoong untuk berduel.

Mutiara bening Jaejoong menelisik penampilan yeoja bersurai kemerahan tersebut. Bibircherry–nya kontan mengerucut kala menyadari pakaian yang menempal pada tubuh sintal gadis itu semuanya keluaran merk ternama. Brand yang selama ini hanya mampu Jaejoong lihat di katalog dengan harga yang sukses membuat dirinya menelan ludah.

Jaejoong kian merasa tertinggal ketika mata bulatnya mendapati warna merah pada bagian bawah high-heels yang dikenakan oleh gadis asing itu. Holy mother! SebuahLouboutin. Ya, dia tidak melepas sepatunya ketika menginjak lantai rumah bernuansa merah muda ini sejak awal. Kebiasaan manusia berstatus sosial tinggi. Tidak peduli akan bercak yang tertinggal karena ada para maid yang mereka pekerjakan untuk membersihkan noda keangkuhan itu.

Sebenarnya siapa gadis menyebalkan ini?!

Jaejoong menghela nafas panjang.

Siapapun dia, Jaejoong tak boleh kalah, terlebih di dalam rumahnya sendiri.

Gadis asing itu menumpukan satu kaki pada kakinya yang lain, melipat tangannya di depan dada dan memandang sinis ke arah Jaejoong, “Apa kau mencampur teh ini dengan gula diet?” tanyanya, dagunya dinaikan dengan arogan sembari memandang ragu secangkir teh hangat buatan pemilik rumah.

Satu alis Jaejoong terangkat, “Tidak, aku menggunakan gula biasa.” Dia menyahut. Kendati tak suka dengan tabiat gadis ini, Jaejoong tetap menghargainya sebagai tamu.

“Lalu, apa cookies ini adalah produk rendah lemak?” Sekarang dia mengalihkan pandanganya pada setoples kue kering cokelat.

“Aku tidak tau, aku hanya membelinya di minimarket.” Balasan Jaejoong terdengar datar.

Tatapan heran yang dilemparkan oleh gadis cantik itu semakin tersirat nyata saat mata bulatnya menangkap sebuah koper berwarna pink menyala tergeletak di samping si gadis asing.

“Kau pasti membelinya saat ada papan pengumuman buy 1 get 3 ya? Humm, sayang sekali, aku hanya mengkonsumsi produk-produk dengan stample diet. Lagipula ini sudah lewat dari jam makan ku, aku tak makan atau minum apapun diatas jam 7.”

Alis Jaejoong terangkat, “Ternyata kau satu dari sekian banyak wanita yang menjadi korban strategi para marketing sebuah produk ya.” Menyunggingkan cherry lips–nya. “Lantas, untuk apa kau bertanya! Membuang waktu ku saja!”

Gadis asing itu nampak terkejut dengan kalimat terakhir yang terlontar dari bibir ranum si cantik pemilik rumah. “Ya ampun, kau ini kasar sekali! Jangan-jangan kau juga menaruh racun pada minuman ini ya?! Aku merasa bila teh ini merupakan perantara ku menuju surga.” Ocehan si gadis asing menimbulkan seutas senyum kecut si cantik pemilik rumah.

Dia mulai jengah. “Maaf saja, tapi aku benar-benar tidak peduli dengan asumsi mu dan aku juga tidak tertarik dengan produk pembesar bokong atau produk apapun yang akan kau tawarkan, atau barangkali kau sedang mencari seseorang untuk di rekrut?Jeongmal mianhaeyeo, aku masih memiliki pekerjaan yang lebih baik daripada sales malam hari.”

Matanya terbelalak, “Mwoya?! Apa kau sadar dengan apa yang baru saja kau katakan, eoh?! Kau pikir aku sales!” pekiknya tersulut. “Astaga! Wanita ini benar-benar minta ku cakar.” Gumaman gadis asing itu masih bisa di dengar oleh lawan bicaranya.

“Lantas, harus ku sebut apa seorang yang datang ke rumah orang malam-malam dengan sebuah koper besar.” Ujar Jaejoong tak ingin membahas soal niatan buruk gadis yang ingin mencakarnya itu.

Jinjja! Kenapa kau menyebalkan sekali! Aish.” Ia berdengus sebal.

Dengan tidak sabar gadis asing itu merogoh sesuatu dari dalam tas keluaran terbaru koleksi Louis Vuitton sembari terus menatap nanar ke arah Jaejoong. Ia menaruh sebuah kartu pengenal dengan kasar ke atas meja—bermaksud menunjukan siapa dia sebenarnya.

Jaejoong mengambil kartu tanda pengenal tersebut. Membaca tulisan dan memperhatikan design theme pada benda berukuran 9 cm x 5 cm itu. Ukiran, warna dan bentuk huruf pada kartu tanda pengenal dapat menggambarkan pribadi sang pemilik dan elegant; kata yang pertama terlintas dalam otak Jaejoong.

Kim Junsu, make up artist, dan S’Code Magazine—tertera pada card name berwarna ungu dengan sentuhan keemasan. S’Code Magazine merupakan salah satu anak perusahaan di bawah naungan Jung Corporation. Title majalah yang masuk jajaran lima besar paling bergengsi di dunia.

Sepasang alis berwarna senada dengan rambut almond yang mulanya terangkat, perlahan turun dan menaut. Tidak! Gesture itu bukan menunjukan bila ia merasa kecil hati. Well, jika boleh sombong, jelas status Jaejoong kini lebih tinggi dibanding gadis berparas manis namun menyebalkan itu.

Akan tetapi ia tak habis pikir, untuk apa seorang make-up artist datang kerumahnya malam-malam. Rekaman dalam memori Jaejoong tak dapat menemukan momentapapun yang menyangkut perihal ini. Secara pribadi maupun urusan kantor Jaejoong sama sekali tidak pernah merasa terkoneksi dengan perusahaan majalah itu.

Jaejoong menatap lamat-lamat gadis manis itu, “Kartu nama mu belum cukup menjawab semua pertanyaan ku, Junsu-shi.”

Junsu mencebil. “Aku datang kesini—kerumah mu yang kecil ini—atas perintah YunhoOppa!” Ucapnya masih sempat mencela kediaman Jaejoong.

Doe eyes Jaejoong kontan membulat. Secepat mungkin gadis serupa russian doll itu merubah raut wajahnya untuk memalsukan keterkejutannya.

Junsu menyeret koper merah muda yang sedari tadi terabaikan.

“Kau tau! Tadi siang aku begitu senang saat Yunho Oppa menelpon ku, Oppa bilang waktu kerja ku berakhir lebih awal hari ini, Oppa meminta ku pergi ke mall untuk berbelanja, kau dengar? Belanja! Aku menduga jika Oppa sedang kerasukan hantu baik hati saat itu. Tapi apa kenyataan yang ku dapat, eoh? ternyata aku disuruh membeli begitu banyak pakaian untuk…” Dalam jeda antarkalimat yang hanya berlangsung sedetik atau lebih, Junsu menatap Jaejoong dengan mata yang kian memicing.

“Untuk sekertaris barunya yang bahkan aku tak tau bagaimana wajah, bentuk tubuhnya dan siapa namanya!” Gadis bertubuh sintal itu nampak tersengal. “Kau sadar Kim Jaejoong?! Kau itu sangat menyebalkan!”

Jaejoong membiarkan Junsu berbicara panjang lebar. Ia menyimak semua yang dikatakan gadis itu dengan cermat dan kening berkerut. Apa gadis ini memiliki hubungan dekat dengan Presdir Jung? Mengapa ia memanggil Presdir Jung dengan sebutan Oppa, dan nampak tak memiliki beban saat mengatakannya.

Begitu kontras dengan dirinya. Saat Jaejoong dipinta langsung untuk berkomunikasi dengan bahasa non-formal oleh namja tampan itu, ia merasa bingung dan konyol. Apa nantinya dia juga bisa memanggil seorang Jung Yunho dengan embel-embel Oppa? Jaejoong menggelengkan kepala—membuang pemikiran nista yang sempat terlintas.

Doe eyes gadis cantik itu mengerjab pelan, “Aku tidak pernah meminta Presdir Jung untuk melakukan ini semua. Jadi tolong hentikan tatapan berkilat mu yang seolah ingin mengajak ku untuk berduel.”

“Sebenarnya aku lebih ingin mencakar mu, tapi berduel bukan ide yang buruk.” Junsu menimpali kalimat gadis cantik yang—sejujurnya—membuat dia merasa iri. Wajah Jaejoong sangat cantik seperti boneka, tubuhnya tidak hanya langsing tapi juga berlekuk.

“Baiklah, Junsu-shi, aku sudah mengerti dengan tujuan mu kemari, jadi sebaiknya kau segera pulang, tidak baik seorang wanita masih berada dijalan pada malam hari.” Ucap Jaejoong mulai lelah.

“Kau mengusirku?!” Junsu berspekulasi.

“Tidak, tapi jika kau merasa demikian itu terserah padamu, dan kau tenang saja, aku akan mengembalikan koper itu beserta isinya besok pagi-pagi sekali kepada Presdir Jung.”

Neo micheosseo?! Aku sudah bersusah payah memilihkan semua pakaian branded itu untuk mu! Sebaiknya kau pakai meski terasa sempit pada bagian payudara mu! Aku permisi.”

Jaejoong cukup terkejut dengan reaksi Junsu yang tiba-tiba saja berdiri setelah mengeluarkan statement panjangnya.

Chakkaman, Junsu-shi.”

Junsu menghentikan langkahnya.

“Mengapa kau mau melakukan semua ini?” Jaejoong tau, semua orang juga tau jika ini bukanlah pekerjaan dari seorang make-up artist.

Tubuh Junsu berbalik, “Karena ini perintah! Aku tak ingin Yunho Oppa memandang ku tak becus bekerja! Aku menjunjung tinggi kesempurnaan dan profesionalitas! Jadi, kau tak usah membantah atau berlagak tak membutuhkan itu semua. Oh iya, jangan lupa untuk mengunci pintu rumah kecil mu ini setelah aku pergi, tak baik membiarkan pintu tak terkunci apalagi kau wanita seorang diri.”

Jaejoong mendesah berat saat punggung Junsu telah menghilang di balik pintu. Gadis bermarga sama dengannya itu sungguh menyebalkan namun lucu disaat bersamaan. Wajah imutnya tak sepadan dengan mulut pedasnya. Tanpa sadar Jaejoong mengulas senyum tipis.

Matanya tertuju pada koper merah muda dan ia merasa tertarik. Menghampiri, kemudian berjongkok dan membuka kunci yang saling berkaitan. Matanya melebar melihat setumpuk pakaian dalam koper. Jemari lentiknya meraih sebuah miniskirt dan membentangkannya. Doe eyes Jaejoong kian membelalak.

OmonaEomma pasti akan menyilet paha ku.”


Oppa! Aku sudah melakukan perintah mu!”

“…”

“Apa?! Tidak! Dia sama sekali t–tidak cantik! Dia sangat menyebalkan dan mulut ketusnya sangat terlatih.”

“…”

Yaa! Kenapa Oppa menyamakan aku dengan dia! Kami sangat berbeda! Aku lebih unggul dalam segi apapun. Oppa~ kenapa kau sangat perhatian dengan sekertaris baru mu itu.” Junsu mencibir kesal, lalu merubah nada suaranya menjadi manja.

“…”

“Karena dia pintar? Memiliki bakat? Cih, hanya mendengar suara mu saja aku sudah tau jika kau sedang menipu ku, Oppa!” pekik gadis itu seraya mendecih. “Kau tertarik padanya hanya karena wajah cantik dan tubuh seksinya, ‘kan?! Semua laki-laki memang sama saja.”

Junsu membekap mulutnya sendiri kala terlambat menyadari kalimat tak konsisten yang ia ucapkan. Dari dalam lubuk hatinya, Junsu mengakui bila fisik gadis itu sangat sempurna. Percakapan tak-ada-yang-ingin-tunduk antara dia dan Jaejoong beberapa saat lalu membuat Junsu sedikit bisa membaca bila Kim Jaejoong seorang gadis yang pandai bicara, persuasif, kuat, argumentatif dan tentu saja cantik. Ia benar-benar akan mendapat saingan baru dalam hal atensi para pria.

“…”

MwoAniya, aniya! Pokoknya aku lebih cantik dan seksi dibandingkan sekertaris baru mu!”

“….”

It has really pissed me out, get on my case.”

“…”

YaaOppa! Jangan sama ‘kan aku dengan si jidat lebar tukang tebar pesona itu! Jika kau mulai membahas perihal dia lebih baik ku tutup telponnya. Annyeong~ Yunho Oppa. Aku mencintaimu.”

PIP

Junsu mematikan sambungan telpon saat Yunho mulai menggodanya. Gadis manis itu mendecakan lidah. Yunho menyebut-nyebut nama Yoochun ketika Junsu mengucapkan kalimat dalam bahasa inggris. Yoochun memang sangat fasih. Dia menetap di ia selama—kurang lebih—6 tahun. Meski unggul dalam bahasa inggris dan tampang, tapi Junsu sangat sebal dengan namja itu. Well, Junsu memiliki alasan dan kepalanya terasa pening saat mengingatnya.

Tidak banyak yang tahu jika Junsu adalah hoobae dua pria tampan itu saat masih duduk di bangku Senior High School. Junsu kerap menempati ruangan yang sama dengan Yunho dan Yoochun ketika menikmati hingar bingar suasana malam di sebuah Club. Ketidaksengajaan mempertemukan ketiganya kembali setelah lulus dan mengantongin gelar sarjana.

Junsu memutar kunci mobilnya. Dia melihat sekali lagi rumah mungil milik yeoja yang tak lain adalah sekertaris baru Jung Yunho. Ia memiliki kecurigaan yang terus berputar di dalam kepalanya. Apa yeoja berkaki jenjang itu adalah target Yunho selanjutnya. Hah, sepertinya sepenggal jawaban itu sudah Junsu ketahui. Dia mengendikan bahu. Mengalihkan padangan dan mulai menjalankan Ferrari 458 Italia miliknya.

© Jejevan

At Changmin’s Car

Monday, 07.14 KST

“Jaejoongie, bagaimana perasaan mu hari ini? Gugup?” Changmin bertanya tanpa menoleh ke arah samping—dimana kekasihnya duduk. Onyx eyes–nya terlalu fokus menatap tikungan di depan sana.

Jaejoong bergumam sejenak, “Humm… sedikit, rasanya seperti saat pertama kali aku bekerja.”

“Kau pasti bisa melakukannya dengan baik.” Changmin memberi semangat kepada gadis cantik itu.

“Ya, ku harap juga begitu.” Jaejoong menyahut singkat. Mengalihkan pandangan untuk melihat ke luar jendela. Memperhatikan aktivitas dan jalanan sibuk kota Seoul pada minggu kerja.

Changmin tersenyum dan melambat di lampu merah, mengambil kesempatan untuk mengusap surai almond kekasihnya. Jaejoong terlihat lebih pendiam pagi ini, dan sedikit canggung cara duduknya. Entah disebabkan oleh perasaan gelisah atau rok gadis itu yang semakin pendek.

Jaejoong memadukan miniskirt dengan stocking sheer berwarna hitam tembus pandang, berniat agar tidak kelihatan terlalu seksi, namun perhitungannya kali ini salah besar. Pemilik plump lips itu tidak hanya terlihat seksi namun juga terkesan erotis.

Changmin memilih untuk tidak membahas perihal penampilan sang kekasih yang tampak—sedikit—berbeda dan terbuka. Changmin berpikir, Jaejoong pasti akan merasa tak nyaman dan tersinggung jika dia menanyakannya dengan gamblang.

Memilih diam dan membahas topik lain. Meski tak terelakan bila Changmin merasa cukup gerah. Hey, dia pria normal yang sehat. Akan tetapi, ia sangat menghormati Jaejoong sebagai ratunya. Not touching before marriage. Perasaan beruntung semakin menelusup dalam benaknya. Dia pemilik resmi wanita cantik itu. Memikirkannya membuat bibir berbentuk unik Changmin melengkung seperti idiot.

“Jaejoongie,”

“Humm…” gadis cantik itu bergumam dan menoleh.

“Aku mencintaimu.” Changmin menahan senyumnya ketika jemari lentik gadis itu mencubit gemas pipinya. Ia sama sekali tak melihat ke samping. Menebak jika kekasih cantiknya pasti sudah merona.

“Menyetirlah dengan benar.”

“Malangnya kau Shim Changmin, yeojachingu mu tidak mencintaimu.” Changmin bermonolog konyol.

CHUP!

Mata bambi itu mengerjab, “AigoNa nomu kibeo jukketseoyo! (Astaga! Aku terlalu senang sampai mau mati!)” komentar Changmin setelah Jaejoong mencium singkat bibirnya.

Jujur saja, ia cukup terkejut dan hampir menginjak rem saat lampu hijau menyala. Suatu kejadian langka bila Jaejoong yang memulainya. Meski gadis itu lebih tua dari Changmin tapi Jaejoong tak pernah bersikap agresif.

Moron.” hardik yeoja barbie itu tertawa pelan. Menutup sebagaian wajah dengan punggung tangannya.

Changmin menoleh dan terkekeh melihat tingkah menggemaskan wanitanya. Bahkan, pria itu bisa melihat semburat merah khas di pipi sang kekasih. Ahh, perfect morning.


Tercatat semenjak 5 menit yang lalu, Jaejoong dan Changmin telah tiba di kantor. Pasangan serasi itu masuk ke dalam lift yang sama dan terlibat perbincangan singkat. Jaejoong meminta Changmin untuk menunggunya di Cafetaria seperti biasa pada jam makan siang, dan namja tinggi itu berjanji akan menjemput Jaejoong tepat di depan pintu ruangannya—di lantai 26—saat jam kerja berakhir.

Changmin melirik nomor pada lift. Masih diangka 8 dan yang dia butuhkan adalah 9. Changmin memutar tubuh ramping Jaejoong hingga berhadapan. Kembali memberi semangat untuk kekasihnya. Pria itu merendahkan tubuhnya dan mencium agak lama kening tertutup poni gadis cantiknya sebelum pintu lift terbuka.

Fighting, Jaejoongie!”

Cherry lips Jaejoong tertarik pada kedua sisi dan mendengus setelahnya. Ia tersenyum untuk prianya dan mendengus untuk hari pertama bekerja—walau tidak benar-benar pertama. Sebenarnya, ada sesuatu yang terus mengganjal dihatinya.

Changmin, mengapa pria itu kerap kali bersikap acuh pada setiap penampilannya, atau barangkali—lebih tepatnya—perubahan pada penampilannya. Pria itu tak bertanya atau pun menyinggung perihal pakaian Jaejoong yang nampak berbeda. Tidakah ia cemburu bila bagian tubuh wanitanya di pandang mata pria lain.

Jaejoong mengira, ketika ia membukakan pintu rumah untuk Changmin, pria itu akan langsung menariknya ke dalam dan menyuruhnya untuk berganti pakaian. Namun, kenyataannya pria berwajah kekanakan itu hanya tersenyum dan mengucapkan selamat pagi seperti biasa. Seharusnya Jaejoong senang karena kekasihnya tidak posesif. Tapi, entahlah, Jaejoong justru merasa bila Changmin tidak peduli kepadanya. Dia tidak menyukai ketidakpedulian itu. Ia tak suka dengan sifat apatis kekasihnya.

Jaejoong menggerutu dengan frustasi. Ia membenarkan letak tali satchel bag dan mengangkat tangan kirinya untuk melihat arloji cantik yang melingkar dipergelangan rampingnya.

Oh, Lord! 5 menit lagi.

Jaejoong kontan teringat dengan status barunya. Dia bukan lagi Kim Jaejoong si Editor cantik yang bermukim dilantai 7, melainkan sekertaris dari pria paling berkuasa di perusahaan raksasa ini mulai sekarang.

Jaejoong merasa teramat gugup hingga perutnya terasa mual. Memikirkan untuk bertemu dengan pria bermarga Jung itu membuat kinerja tubuh dan otaknya seolah lumpuh. Garis bawahi! Itu reaksi saat baru memikirkannya.

Yeoja bermata bulat itu menarik nafas lantas membuangnya perlahan. Mata bulatnya memicing dan tangan kanannya mengepal. “Fighting, Jaejoongie!” menambah semangat yang berkali-kali telah Changmin ungkapkan dengan menyemangati dirinya sendiri.


26th Floor.

Seingat ku, tak ada seorangpun diantara Eomma dan Appa yang menurunkan penyakitShortness Of Breath seperti Asthma, Dyspnea, atau yang paling parah Pneumonia kronis. Anehnya! Aku seolah mengidap semua penyakit tersebut, seperti pasien yang sudah puluhan tahun terjangkit. Oh, Tuhan! Nafas ku tercekat.

Ya, aku sedang bersama dengannya.

Kaki ku mencoba menyamai langkah jauh pria itu. Aku tak bisa! Kaki ku lemas dan high-heels terbaik ternyata tak senyaman perkiraan. Aku jarang memakainya karena harganya sama dengan tiga bulan gaji ku dan aku menabung hampir setengah tahun untuk mendapatkannya. Menyebalkan! Itu penipuan.

“Ini ruangan mu.”

Mata ku mengerjab berulang kali ketika suara baritone itu menerpa indera pendengar ku. Aku menoleh ke arah pria yang baru saja berujar singkat, posisinya berada di kanan dan setengah langkah di belakang ku. Tubuh ku berjengit ketika sebuah telapak tangan menekan bagian bawah punggung ku.

“Masuklah.” Ia membuka pintu tersebut dan sedikit mendorong tubuh ku.

Sesaat aku lumpuh oleh pemandangan ruang kerja baru ku. Omo! Seisi ruangan di dominasi warna kesukaan ku; merah muda. Warna yang sungguh tak lazim, kecuali jika kau adalah pemilik tempat ini atau setidaknya keluarga inti, teman dekat, atau err… kekasih yang tiga hari lagi akan dinikai, mungkin.

“Ku dengar, suasana ruangan dapat mempengaruhi efektifitas bekerja seseorang.”

Aku hampir tak menyadari saat Presdir Jung bersuara. Mata ku seolah tersihir oleh figura Hello Kitty imut yang berjajar rapih pada sebuah buffet mungil. Aigo! lucu sekali. Dekorasi ruangan ini sangat indah seperti yang aku impikan. Ingin sekali aku melompat-lompat seperti seekor kelinci, namun aku menyadari akan hadirnya sesosok srigala tengah mengawasi gerak-gerik ku.

Aku termenung sesaat, heran. Dia tetap bersikap seperti seorang Jung Yunho—yang dingin, irit bicara dan arogan—seolah telah melupakan kejadian nista dimana tangan sialannya lancang membuka kancing kemeja ku. Aku mengigit bibir bawah ku sendiri ketika menyadari bahwa pria penguasa seperti dirinya pasti sudah sering melakukannya dengan banyak wanita. Hanya melihat sebagian payudara ku apa artinya. Cih’ mengapa aku berucap seperti seorang jalang. Oh, apakah ruangan ini merupakan ‘timbal balik’ selain angka salary ku yang tak masuk akal.

Khamshamnida, Presdir Jung.” Aku membungkuk dan mulut pengkhianat ini mengucapkan terimakasih kepadanya.

Sungguh ingin sekali aku bertanya seraya menodongkan hak lancip sepatu ku; Apa tujuan mu merombak ruangan Park Yoochun untuk ku, Jung Yunho?! Aish, bodohnya aku. Apa yang kau harapkan dari dirimu sendiri, Kim Jaejoong?! Rencana hanyalah rencana, tak kuasa untuk merealisasikannya. Aku memang payah.

Meskipun tak pernah melihat secara langsung bagaimana rupa tempat ini sebelumnya—saat masih ditempati Park Yoochun. Tapi, aku yakin jika hanya ada meja kerja, kursi, dan lemari penghias yang sedikit berfungsi untuk menyimpan berkas penting, dinding putih tanpa sentuhan yang disukai namja pemilik senyum teduh itu. Standar ruang kerja dimanapun.

Well, apabila Jung Yunho mengikuti alur kesukaan Park Yoochun, aku yakin dindingnya sudah dilukis dengan gambar seorang wanita tanpa busana dan tirai jendelanya terbuat dari bra dan g-string yang saling terkait.

Park Yoochun seorang cassanova ulung! Aku tahu setelah terlibat perbincang dengan pria itu mengenai tugas utamanya sebagai sekertaris. Mata sayunya tak lepas memandang wanita berpakaian Office Ware seksi yang berlalu-lalang di Cafetaria, bahkan beberapa kali aku mendapati mata mesumnya menatap dada ku ketika aku sedang bicara serius. Sialan.

“Kau suka, Jaejoong-ahh?”

Kepala ku mendongkak kemudian mengangguk cepat, “Ne, aku sangat menyukainya, Presdir Jung. Aku pasti akan bekerja keras.”

Tunggu! Apa katanya barusan?! Jaejoong-ahh…?


Doe eyes gadis barbie itu kontat membulat dan mengerjab lugu. Tubuhnya kian menegang ketika tangan pria itu menyentuh puncak kepalanya dan mengacak rambutnya. Jaejoong memberanikan diri untuk menatap kearah Yunho dan seketika tertegun memandang senyum teduh pria itu. Baru kali ini ia melihat ulasan senyum tanpa kesan arogan seorang Jung Yunho.

Jaejoong berdiri agak gemetar saat pria itu bergumam dan menelisik penampilannya. Sungguh. Ia tak ingin kejadian beberapa hari lalu terulang kembali. Meremas kedua tangannya yang terasa dingin seolah berancang-ancang untuk menepis segala bentuk sentuhan yang kiranya akan terasa dipermukaan kulitnya.

“Penampilan mu sudah cukup lumayan dari sebelumnya.” Yunho berkomentar tanpa melakukan pergerakan sedikitpun, ia hanya berdiri sambil menyilangkan tangan di depan dada, berhadapan dengan gadis itu dengan mata berwarna cokelat gelap yang menyorot intens. “Aku senang memiliki sekertaris yang cantik.”

Suaranya terdengar lebih bernada seolah ingin mengungkapkan perasaan bahagia karena kini seorang gadis serupa boneka hadir diruang yang tepat bersebelahan dengan ruangannya, tak ada lagi sosok laki-laki sialan bermarga Park yang kerap kali menjadi pemicu dirinya untuk memijat pelipis dan mendengus.

Jaejoong terkesiap dan merasakan pipinya memanas menyadari kondisi ini. Kepala gadis itu kembali menunduk membuat Yunho kian leluasan menunjukan lengkungan bibirnya. Kaki jenjang yang kokoh menapak satu langkah hingga jarak antara dia dan sang sekertaris begitu dekat. Menyentuh dagu lancipnya dan mengangkat perlahan.

“Lepaskan stocking mu.”

Jaejoong mengerutkan alisnya, “N–ne?” mata indah itu mengerjab dan mencoba menajamkan pendengarannya.

“Ketika aku kembali lagi ke sini, aku tak ingin melihat benda itu berada dikaki mu.”

Mata besar Jaejoong membulat ketika Yunho mengayun pintu dan keluar dari ruangan. Ia bersumpah melihat seringai pria tak terduga itu. Bibir mungil Jaejoong mengumpat dan mengatai sang atasan yang sangat menyebalkan. Namun, di sisi lain ia mengucap syukur karena tak diperintahkan untuk membukanya tepat di depan pria itu.

Jaejoong terdiam untuk berpikir sejenak. Gadis cantik itu memutuskan untuk melaksanakan perintah sang atasan disini. Apa bedanya dengan di toilet? Toh, hanya ada dirinya di ruangan ini. Segera mengunci pintu dan meletakan kuncinya di atas meja. Meruntuk ketika menyadari stocking yang ia kenakan adalah stocking jenis baju sehingga dengan berat hati gadis cantik itu harus membuka seluruh pakaiannya.

Sejujurnya, Jaejoong ingin sekali menolak pakaian dalam koper pemberian sang Presdir yang diantarkan oleh Junsu si imut nan menyebalkan. Setelah berperang batin akhirnya Jaejoong memutuskan untuk mengikuti permintaan sang Presdir, atau bisakah ia menyebut ini semua sebagai permainan? Entahlah. Dan sepenggal kalimat yang dilontarkan Junsu mengenai ‘kesempurnaan dan profesionalitas’ cukup berperan dalam keputusannya.

Mannequin cantik itu lantas memposisikan diri di depan cermin besar yang berada di bagian kanan ruangan dan mulai membuka kancing kemejanya.


CEO Room.

Yunho berdiri di depan sebuah lukisan berukuran besar karya Pablo Ruiz Picasso. Menekan sebuah button pada remote dalam genggamannya. Smart office memang Yunho terapkan pada bagunan kebanggaanya.

Perlahan lukisan tersebut bergeser dan berhenti saat sebuah cermin dua arah yang berada dibaliknya telah nampak secara keseluruhan. Pemilik bibir hati itu menyunggingkan satu sudutnya. Mata elang Yunho memicing atas pemandangan indah yang tengah ia lihat. Ternyata sekertarisnya memilih untuk melakukannya di ruangan.

Cermin dua arah; di satu sisi bertindak sebagai cermin, sedangkan di sisi lainnya cermin tersebut bertindak seperti kaca jendela. Sehingga Yunho bisa dengan leluasa memantau segala gerak yang dilakukan seseorang di ruangan sebelah.

Dia memanfaatkan cermin dua arah untuk mengawasi segala aktivitas wanita yang sudah lancang mencuri hatinya. Kim Jaejoong. Gadis cantik itu tengah berdiri di depan cermin dengan wajah malaikat tanpa menyangka bila ada sepasang mata lucifer yang sedang mengawasi pergerakanya. Kening Yunho berkerut ketika ia menyadari akan dirinya yang terlihat seperti seorang maniak, tapi ia tidak peduli.

Yunho tersenyum samar ketika mendapati plump lips wanita itu bergerak menggerutu, mengembung, dan membentuk pouty. Pandangan Yunho menatap lurus pada mata bening bak mutiara malam milik wanita itu. Satu alisnya terangkat ketika matanya turun mengikuti pergerakan jemari lentik Jaejoong yang tengah membuka kancing kemejanya satu-persatu. Yunho masih mengingat jelas perintahnya kepada sang sekertaris. Melepaskan stocking, bukan baju, aniya?

Mata elang Yunho kontan bergerak liar dan ia mulai mengerti mengapa wanita itu membuka seluruh pakaiannya. Jemari berhiaskan nail art itu tampak menurunkan tali transparan yang menjadi hulu dari stocking–nya. Gerakannya begitu menggoda hingga membuat Yunho mengerang frustasi.

Gundukan indah yang terlihat begitu lembut kini telah menyapa pandangan Yunho. Jaejoong memakai bra dengan model half-cup dengan strap yang agak lebar berwarna hitam, begitu kontras dengan kulit putih susunya, membuat Yunho dengan bebas menelanjangi setengah dari bulatan indah itu dengan matanya.

y jaejoong by jejevan_ 2

Damn!” Yunho mengumpat ketika matanya menangkap bagian aerola merah muda gadis itu yang sedikit mengintip. Turun sedikit, perut rata beserta pusar imut seolah memanggil lidah Yunho untuk membasahi dan memberinya sapuan hangat. Mata elang Yunho sedikit membulat dan pria itu sontak terkekeh kala sebuah underware hitam dengan aksen gambar Hello Kitty yang lucu menjadi pilihan wanita itu.

Disamping kedewasaannya, Jaejoong tetap menyimpan sisi kekanakan.

Mata Yunho kian menyipit ketika Jaejoong sedikit membungkukan tubuhnya untuk mengenakan kembali miniskirt–nya.

Gosh! Posenya begitu menantang.

“Arghhh, Sialan!”

Yunho menggeram, melangkahkan kaki dengan tergesa menuju meja kerjanya dan membuka laci pada bagian paling bawah. Setelah mendapatkan benda yang ia inginkan, pria rupawan itu segera melesak keluar ruangan.


BRAK!

Jaejoong sontak berjengit dan menghentikan pergerakannya mengancing kemeja saat mendengar suara deritan pintu berasal dari arah belakangnya. Gadis cantik itu menatap dalam keterkejutan refleksi seorang pria yang dilihatnya lewat pantulan cermin kian berjalan mendekat kearahnya.

GREP!

“Kau begitu indah, Jaejoong-ahh.”

Mata Jaejoong kian melebar. Merasakan lengan kokoh Yunho membungkus disekeliling bahu dan dadanya. Aroma parfum Jaejoong menyerang akal sehat Yunho. Pria itu semakin mendekatkan wajahnya pada ceruk leher gadis itu.

Jaejoong mencoba memberontak berusaha untuk melepaskan diri dari dekapan kuat pria itu. Ia merasakan nafas hangat beraroma mint menyergap permukaan kulitnya. Jaejoong semakin meronta ketika bibir basah pria itu menyapu lehernya menggoda. Membenamkan kukunya pada kulit coklat pria itu dan seketika dekapan Yunho terhempas saat Jaejoong mengigit keras lengan kekarnya.

PLAK!

Kejadiannya begitu cepat. Jaejoong menemukan energinya kembali dan menampar pria itu dengan mata berkilat penuh kebencian. Gadis itu melangkah mundur sambil mencengkrang ujung meja dan berjuang untuk menarik nafas.

“Saya siap anda pecat secara tidak hormat, Presdir Jung!”

 y jaejoong by jejevan_

BtPRT03CUAAHR_d

To Be Continue.

Jejevan Note :

Annyeong, my lovely readerdeul \(^0^)/ diriku update nih! Hihihi… Mianhae, update-nya lama >,< kurang lebih 2 bulan-an ya hehehe… kemarin aku sempat hiatus #deepbow. Selain ngurusin kuliah, aku juga lagi ngga ada feel untuk nulis T_T mianhae jika kurang memuaskan.

Nah, yeoja asing itu adalah Junsu. Hayooo, siapa yang tebakannya benar? Kebanyakan pada jawab Jihye \(^0^)/ hehe… Banyak yang mau ending–nya Changmin x Junsu? Bener nih? :D atau Changmin x Kyuhyun? Ada juga yang usulin Changmin x Victoria dan Changmin x Tiffany haha… Ayo VOTE! :D YunJae moment dan interaksi mereka akan lebih banyak lagi di next chapter, sabar ne yang nungguin hehe…

Maaf jika masih banyak typos yang bertebaran dan kata-kata yang kurang berkenan. Terimakasih kepada semua yang sudah mampir dan meninggalkan jejak ^^ kritik dan saran diterima asal membangun dan menggunakan bahasa dan kata-kata yang sopan. FF ini hanya untuk hiburan semata. Jangan dibawa serius, Ok ^^ please appreciate it guys :)

So, mind to review?

Love yaa!

See yaa!

© Jejevan

 Jakarta, 21 Februari 2015

original

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
EvaKim2804 #1
Chapter 2: author could you put it in english version? it does not allow me to translate it and it's a pity because you see an interesting story and I love yunjae and I love reading about them
EvaKim2804 #2
Chapter 1: ??
Now you know who he is, what will Yunho do?
daehyundarklight #3
Chapter 3: akhir'y update...
yun ert ikh... ud gtu langsung d kiss lgi...
good jae, bri plajaran yun... biar g' ert...#plak
hesti07 #4
Chapter 3: Aah.. yunkokyunga sabaran banget nih. Semangat nulisnya author ssi
reika_love #5
Chapter 3: asal ini tetap yunjae... slight minjae ga apa2, tapi jangan pake slight hosu atau yunfanny atau slight yun dengan yg lain ya.... soalnya udah banyak banget dimana yun sama yg lain dulu baru sama jae akhirnya... sekali-kali jae yg sm org lain dulu and yun cuma buat jae boleh kan ^^

minsu ok, changkyu ok ^^
jungie_yeppo #6
Chapter 2: aish~ si jung ert!! haha.. bakal gak selamat tu jaejoong. siapa tu yeoja?? cerewet bin ngeselin amat si, dongsaeng yunho ya.. tapi siapa?? hm,apa junsu?? ah molla~
anmade #7
Chapter 2: hahaha ya ampun jung yunho, itu sekretaris baru jg ttd kontrak dibikin nyesel. ert amat bos ini wkwk yeoja yg nyelonong masuk apartmen jj siapa? o.O
daehyundarklight #8
Chapter 2: nugu? junsu? jessica? knpa bsa tw apartemen jae?

jung yunho ert'y g' hlang... kekeke...
joongie, hwaiting...
daehyundarklight #9
Chapter 1: pesona kim jaejoong tak bisa terkalahkan...
poor chunie..
jungie_yeppo #10
Chapter 1: aaah lanjut..ini menarik bgt!! bagaimana hubungan minjae selanjutnya apabila si lord yunho sudah menetapkan jae menjadi miliknya? can't wait... aish~ jaejoongie.