Cupid’s Arrow

Adrenaline

Main Cast : Jung Yunho, Kim Jaejoong & Shim Changmin.

Other Cast : Park Yoochun, Kim Junsu, Tiffany Hwang & Other.

Pairing : YunJae, slight MinJae, (the other couples still hidden).

Genre : Romance, Drama, Hurt, Affair, Friendship.

Rating : Rate-M.

Author : Jejevan.

Warning : Genderswitch, Genderbender, typo(s), OCC, tidak sesuai EYD, no bash, no flame, NO PLAGIAT!!!

Disclaimer : All cast is belong to themself and their family, this story is a work of pure fiction and this fanfiction is MINE!

Summary : Kim Jaejoong dan Shim Changmin telah menjalin hubungan sejak mereka berada di bangku kuliah. Namun, kesetiaan Jaejoong diuji setelah dirinya diangkat menjadi sekertaris Jung Yunho, CEO muda yang tampan dan misterius.


a YunJae fanfiction presented by © Jejevan 


DON’T LIKE? DON’T READ!

Happy Reading ^^


Chapter 1
(Cupid’s Arrow)

Jung Corporation

07.48 KST

 

Yeoboseyeo, Changminnie? ya, aku sudah sampai di kantor. Gwaenchanayeo, kita bertemu di kantin pada jam istirahat, ne? Aku sudah membuat yangnyeom tongdak kesukaan mu. Arraseo, sampai jumpa.”

Jaejoong segera mematikan panggilan telponnya setelah perbincangan singkatnya dengan sang kekasih berakhir. Menaruh alat komunikasi tersebut ke dalam satchel bag pink–nya yang tersampir dibahu kirinya.

Seulas senyum nampak terpantri di paras jelita wanita bermata bulat itu selepas Changmin mengungkapkan kata cinta di setiap akhir obrolan mereka—via telpon. Jaejoong tak membalas, dia hanya terkikik manis seraya menutup sebagian wajahnya dengan punggung tangannya—kebiasaan gadis bermarga Kim itu jika sedang merona.

Changmin berkali-kali meminta maaf kepada Jaejoong karena tiba-tiba saja mobilnya mogok dan tidak bisa menjemput kekasih cantiknya untuk berangkat ke kantor bersama seperti biasa. Dia masih terjebak di jalan. Jaejoong merasa khawatir, tapi Changmin berhasil meyakinkan gadis cantik itu jika dia bisa mengatasinya.

Pria tinggi penyuka segala jenis lauk pauk itu menyarankan Jaejoong untuk berangkat lebih dulu dengan sebuah taxi yang telah dipesannya. Enggan pula membiarkan sang wanita menunggu bus terlalu lama. Changmin hanya tak ingin kesalahan teknis ini sampai berdampak kepada kekasihnya. Cukup dirinya saja yang nanti akan mendapat omelan dari atasan karena datang terlambat.

Ditengah situasi yang tak berpihak padanya, Changmin masih mementingkan kekasihnya. Pria yang baik, aniya? Itulah Shim Changmin.


Tap… tap… tap…

Derap langkah kaki berbalut pantofel kulit kualitas tinggi itu berasal dari seorang pria bertubuh tegap yang memasuki sebuah lift. Dua orang pengawal setianya nampak mengekori sang Presdir muda berwajah tampan yang sangat dikagumi sekaligus disegani. Salah satu pengawal menekan tombol angka 26, dan tak lama kemudian pintu lift dengan desain klasik itu pun perlahan menutup.

Chakkaman!”

Pekikan suara wanita terdengar bersamaan dengan sebuah kaki berbalut sepatu hak tinggi—mengganjal pintu lift yang hampir tertutup hingga terbuka kembali. Menampakan seorang wanita berkemeja magenta dengan motif hati memasuki ruang persegi sempit itu dengan nafas tersengal.

Yunho melirik sekilas wanita bersurai almond yang sepertinya belum menyadari akan keberadaannya. Terus menatap datar sampai akhirnya perempuan itu mengangkat kepala. Mata bulatnya belum menyorot kearah Yunho, masih menatap bingung dua pengawal yang berdiri selangkah di depannya. Kening si wanita mengernyit. Bibirnya yang berwarna pink natural sedikit membentuk pouty. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh wanita berkulit putih itu, pikir Yunho.

Penampilannya cukup langka di mata Yunho. Kemeja lengan panjang yang cukup longgar berpadu dengan rok span hitam di bawah lutut. Matanya jarang sekali menemukan wanita berpakaian sedikit layak disekitarnya. Yunho biasa disuguhkan oleh belahan dada, bokong sintal dan paha mulus menggoda.

Memandang kembali kearah wanita tersebut dan memprediksi bila tubuh berlekuk itu pasti sangat seksi apabila mengenakan kemeja ketat dengan tiga kancing dibuka dan miniskirt 20 cm diatas lutut.

Alis Yunho sedikit terangkat saat pandangan mereka bertemu. Wanita pemilik mata bulat itu semakin membulatkan matanya dan merubah kerucut dibibirnya membentuk sebuah bulatan kecil. Yunho tersenyum samar mendapati keterkejutan yang lucu itu.

“S–selamat pagi, Presdir Jung.” Ucapnya terbata sembari membungkuk hormat. Ia tak menyangka akan satu lift bersama pria dengan jabatan tertinggi di gedung ini.

Yunho tak menjawab. Dia hanya berdehem singkat dan memutuskan tatapan mereka. Wanita yang tak lain merupakan karyawannya itu kembali menunduk dan tak melakukan pergerakan yang berarti. Namun, tak bisa dipungkiri jika wanita itu tengah gugup. Terlihat jelas dari gelagatnya.

Tanpa si wanita sadari Yunho kembali memperhatikannya. Bahkan, Yunho sempat melihat bibir pinkish wanita itu yang mencebil sebelum dia memalingkan mukanya. Mungkin sebal karena Presdir muda itu tak menjawab sapaannya. Wanita yang Yunho klaim memiliki kecantikan setara dengan dewi Aphrodite itu segera keluar dari lift setelah berpamitan kepada sang atasan.

Lantai 7?

Ahh, wanita itu karyawan di bagian editing rupanya.

Yunho segera merogoh ponsel dalam saku celananya, lantas berbicara kepada seseorang disebrang sana.

“Yoochun-ahh, mulai hari ini kau bukan lagi sekertaris ku.”

“…”

“Jangan membantah! Akan ku jelaskan nanti.”

“…”

“Dan perintahkan wanita bermata bulat di bagian editing itu untuk ke ruangan ku sekarang!” Yunho mematikan sambungan telponnya secara sepihak tanpa mempedulikan protes keras lawan bicaranya.

Bibir hati yang menggairahkan itu membentuk seringai misterius. Baru kali ini Yunho merasa begitu tertarik dengan seseorang yang baru sekali ia jumpai. Aura dan kecantikan wanita itu sungguh memikat. Memperdaya mata musang Yunho yang biasanya enggan untuk menerima keindahan dalam bentuk apapun.

She’s more beautiful than the sun.

What is this feeling?

Am I the only one who doesn’t know?

This is my heart’s joke, an illusion called Cupid.

There’s no such thing as forever but your eyes are shaking me up.


7th Floor

Editing Room Staff

 

“Selamat pagi, Jaejoongie.” Sapa yeoja cantik pada rekan kerjanya—yang baru masuk ke dalam ruangan—sambil mengoleskan lipstick merah keatas permukaan bibirnya.

“Selamat pagi, Tiffany.” Jaejoong menyahut dan membalas senyum menawan wanita pemilik eyes smile itu. Mendudukan dirinya pada kursi di balik meja kerjanya yang di dominasi oleh warna merah jambu dan pernak-pernik Hello Kitty.

“Wajahmu terlihat pucat, apa terjadi sesuatu?” Tiffany memutar bagian bawah lipstick merahnya, lalu menutupnya dengan rapat, menaruh pewarna bibir modern tersebut kedalam kotak make up nya dan memandang Jaejoong intens.

Gadis cantik itu menghentikan kegiatannya sejenak, “Benarkah?”

“Yap.”

Jaejoong tersenyum menyadari tatapan penuh keingintahuan itu, kembali melanjutkan aktivitasnya. “Mungkin karena tadi aku satu lift dengan—” sengaja menjeda kalimatnya.

“Nugu? Nugu? Kau satu lift dengan siapa, Jaejoongie?” Tiffany mencondongkan tubuhnya.

Jaejoong terkikik jahil, “Dengan… Changminnie.”

Tiffany mendesis kecewa, “Mwoya? Satu lift dengan kekasih mu yang rakus itu apa spesialnya hingga membuat wajahmu memucat, jika sebaliknya aku tak heran.” Ujarnya merasa tak puas dengan jawaban Jaejoong.

Kening wanita berwajah boneka itu berkerut, “Maksudmu?” tanyanya heran mendengar kalimat ambigu Tiffany.

Nevermind! Hehe… ayolah Jaejoongie, ceritakan padaku! Kau satu lift dengan siapa?” mohon Tiffany mendorong kursi berodanya mendekati meja Jaejoong yang berada tepat didepannya.

“Tebak saja.”

“Humm…” Tiffany menumpukan kedua sikunya pada permukaan meja dan menangkup pipinya sembari bergumam tidak jelas, “Pria yang bisa membuat wajah seorang wanita polos seperti Jaejoongie sampai memucat pasti bukan pria sembarangan.”

“Wajahku tak pucat, Fany-ahh.”

“Pssttt… aku sedang berpikir,”

Jaejoong hanya mendesis dan membiarkan rekan kerjanya itu berkelana dengan pemikirannya sendiri.

“Jangan bilang Nichkhun Oppa!”

“Tentu saja bukan. Aish, apa isi kepalamu hanya ada namja itu.”

“Memang benar hehehe…”

“Dasar!”

“Jadi siapa, Jaejoongie? Astaga, aku benar-benar tidak bisa berpikir, ini pasti karena nasi goreng Ibu ku yang terlalu asin.” Tiffany mendengus.

Jaejoong terkekeh kecil, “Kenapa kau jadi menyalahkan nasi goreng Ibu mu, Fany-ahh? Seharusnya kau bersyukur karna bisa merasakan masakan beliau setiap hari.” Tegur yeoja cantik itu mengingat Ibunya yang berada jauh darinya.

Kedua orang tua Jaejoong menetap di Gongju, Chungcheongnam-do, sedangkan dirinya tinggal disebuah rumah mungil di daerah Myeong-dong, Seoul.

Tiffany hanya tersenyum malu dan membentuk ‘peace sign’ dengan jari telunjuk dan tengahnya.

“Kau belum berhasil. Jja, coba tebak lagi.” Imbuh Jaejoong merasa lucu dengan sifat penasaran Tiffany yang selalu berlebihan.

Gadis berponi itu kembali hening dan menunjukan mimik serius. Benar-benar memikirkan sosok misterius yang telah berhasil membuat wajah seorang Kim Jaejoong menjadi seputih bunga lily.

Pasalnya Jaejoong tidak terlalu responsif kepada pria, bahkan cenderung acuh. Well, sosok itu pasti seseorang yang cukup disegani di dalam gedung ini, dan orang yang memiliki kriteria itu hanyalah…

“Uhmm… Jaejoongie, sebenarnya ada satu nama yang terus berputar di kepala ku, tapi aku meragukannya.”

“Nuguya? Katakan saja.

“Seseorang yang satu lift dengan mu… apakah Presdir Jung?”

Bibir cherry Jaejoong mengulas senyum manis, “Untuk mu.” Menyodorkan sebuah permen rasa vanila yang selalu tersedia di dalam tasnya.

“Mwoya? Jadi benar?!” Tiffany mengambil permen yang diberikan oleh Jaejoong dengan pergerakan kaku, nampak masih sangat terkejut.

Jaejoong hanya mengangguk.

“Tapi, Presdir Jung sudah memiliki lift pribadi, bahkan ukiran pada ke empat sisinya terbuat dari pure gold, bagaimana mungkin ia naik lift untuk karyawan biasa.”

Baru saja Jaejoong ingin membuka bibirnya tapi suara berat seorang pria telah menginterupsinya terlebih dulu.

“Kenapa tidak mungkin? Ku dengar lift Presdir Jung sedang di renovasi, tidak mungkin dia naik helikopter hanya untuk menjangkau ruangannya yang berada di lantai 26.”

Jaejoong dan Tiffany mengangkat kepala mereka dan mendapati seorang namja manis sudah berdiri disana.

Why not? He’s so damn rich.” Balas Tiffany.

Choi Minho berdecak, “Hey, ladies! Ini masih terlalu pagi untuk bergosip, mulailah bekerja agar lemari kalian penuh dengan pakaian branded baru akhir bulan ini.” Menyindir halus dua rekan kerjanya yang—menurut Minho—tengah asik bergosip ria. Membawa serta perumpamaan yang mutlak membuat dua gadis cantik itu bungkam.

Ayolah! Apalagi yang dua wanita lakukan jika sudah terlibat dalam sebuah perbincangan. Pasti bergosip.

Minho terkekeh melihat wajah-wajah cantik itu memberengut. “Baiklah, baiklah, jangan tunjukan wajah itu padaku. Sekarang mulai lah bekerja.”

Minho mendorong kursi beroda Tiffany kembali ke asal dan mengerling nakal pada Jaejoong sebelum ia kembali ke meja kerjanya yang berada di dekat pintu. Lantas mengedarkan pandangan keseluruh ruangan, sebagai staff paling senior Minho hanya memastikan jika keadaan sudah kondusif untuk bekerja. Ia memegang tanggung jawab lebih besar di dalam ruang ini.

“Pssttt… Jaejoongie, jadi benar Presdir Jung yang telah berhasil membuat wajahmu sampai memucat?”

Jaejoong mendelik, “Sudah ku bilang, aku tidak seperti yang kau katakan, Fany-ahh!”

“Huft… sekarang pipi mu terlihat merona. Jangan-jangan kau berniat selingkuh di belakang pacar mu yang tak pernah kenyang itu ya, Jaejoongie?” gurau Tiffany.

“Mwoya? Kalau pun wajah ku pucat, itu sangat wajar, Fany-ahh. Dia pemilik perusahaan ini.”

“Tapi, dia sangat tampan ‘kan?”

Jaejoong melemparkan deathglare mematikannya membuat Tiffany terbahak. Wajah manis rekan kerjanya itu tidak berbakat sekali menirukan wajah sadis para pemeran antagonis dalam drama favoritnya.

Jaejoong tipikal innocent. Idaman pria Korea kebanyakan, menjadikan Tiffany korban para pemuja Jaejoong yang memohon bantuannya untuk lebih dekat dengan teman satu bagiannya itu.

Shim Changmin, you lucky bastard!


Ku kerucutkan bibir ku sambil memandang tajam kearah Tiffany. Dia itu hobi sekali mengolok ku hingga aku merasa kesal dan sukses menimbulkan kerutan kasat mata di area wajah ku pada usia yang baru memasuki angka 23 tahun.

Tapi, biar menyebalkan begitu, Tiffany adalah satu-satunya teman baik ku. Hanya dia dan aku wanita di ruangan yang di dominasi oleh para pria ini. Aku tidak terlalu pandai bergaul, berbeda dengan Tiffany yang mudah bersosialisasi.

Tiffany sudah lebih dulu bekerja di perusahaan yang menaungi banyak tittle media cetak, elektronik dan brand ternama ini, tepatnya 2,5 tahun sebelum aku direkrut menjadi pegawai. Meski terbilang senior, Tiffany tak pernah bersikap otoriter, berbeda dengan senior lainnya yang kerap menindas ku diawal hari ku bekerja disini.

Bahkan, dia melarang ku untuk memanggilnya dengan embel-embel Eonnie meski usianya terpahut satu tahun diatas ku. Tiffany besar di LA dan tidak peduli dengan hal semacam itu. Aku senang bisa mengenal dan berteman baik dengan gadis cerewet ini.


26th Floor

CEO’s Room

BRAK!

 

Tak sedetik pun Yunho mengalihkan pandangan dari berkas-berkas yang berhambur di atas meja kerjanya. Suara gebrakan pintu—yang tak semestinya terdengar di ruangan milik seorang berkedudukan penting di perusahaan besar ini—tetap tak ia pedulikan. Yunho sudah sangat hafal dengan pelaku penimbul suara keras yang tidak sopan tersebut berasal.

“Jung Yunho! sekarang jelaskan pada ku! Apa maksud mu aku bukan sekertaris mu lagi?!” suara husky itu terdengar menahan emosinya. “Jung Yunho!” sentak Yoochun ketika tak mendapat respon apapun dari lawan bicaranya.

Presdir muda itu menangkat kepalanya dan menatap hambar sekertaris kepercayaannya yang sebentar lagi dipastikan akan gulung tikar dari balik kacamata minusnya.

“Sudah bicaranya? Kau ini berisik sekali.” Yunho berujar tenang dan sedetik kemudian kembali fokus pada berkas-berkasnya.

Terdengar bunyi gedebuk keras sekali lagi, disusul suara Yoochun yang berseru, “How dare you, Jung Yunho! !” mengucapkan serapah ala kampung halamannya dengan rahang mengeras. Terkadang Yoochun benar-benar membenci namja yang telah bersahabat sejak lama dengannya itu kalau sifat sialannya sedang kambuh.

“Duduklah, aku akan menjelaskannya setelah kau sudah bisa berhenti berteriak seperti masa pendemo.” Titah Yunho.

“Oh, damn!” Yoochun menjatuhkan dirinya di atas kursi yang tepat berhadapan dengan sang atasan yang suka sekehendaknya itu. Menyandarkan punggungnya dan mengatur gemuruh nafasnya yang terdengar mengenaskan. Ia mendesah frustasi dan memijat pangkal hidungnya. Tak sampai 5 menit, Yoochun kembali memajukan tubuhnya.

Fine, spit it out! Kenapa kau berkata aku bukan sekertarismu lagi? Kau berniat memecat ku secara sepihak?”

“Ya, memang itu benar.” Sahut Yunho memandang Yoochun. Tak terlihat rasa iba sedikitpun dari sorot mata itu.

Yoochun menatap lawan bicaranya dengan tatapan tak percaya. “Jung Yunho! Kau tega sekali. Akan ku beri makan apa harang, lala dan song-ee jika kau memecatku?” tanyanya.

Yunho melepas kacamatanya dan bersandar  pada  kursi  dengan  kedua  tangan  dilipat  di  depan  dada. “Kau masih mengurus sendiri anjing-anjing itu?”

“Ya.”

“Kenapa tidak kau titipkan dirumah Ibu mu?” Yunho teringat dengan Ibu Yoochun yang tinggal di ia, Amerika Serikat. Pasti anjing-anjing itu lebih bahagia bila diasuh oleh Nyonya Park.

Minggu lalu, Yunho berkunjung ke apartement Yoochun yang lebih mirip kandang babi dan melihat anjing-anjing itu nampak menyedihkan karena majikannya sibuk bekerja dan berkencan dengan banyak wanita.

“Kita sudah pernah membahas ini, Yunho! Apartement ku terlalu besar untuk ku tinggali seorang diri.”

“Apa kau sedang pamer?”

“Tidak! Memang begitu kenyataannya dan aku kesepian.”

“Segeralah cari kekasih dan menikah.” Namja workaholic minim ekspresi itu menyahut enteng. Menimbulkan decih meremehkan dari lawan bicaranya.

“Kau berkata demikian seakan-akan kau sudah menikah, memiliki istri yang luar biasa cantik dan dua orang anak yang lucu dan gemuk-gemuk.” Kata Yoochun sarkastik.

Bibir hati Yunho tersungging mendengar kalimat yang baru saja diucapkan oleh sekertaris sekaligus sabahatnya itu. “Terimakasih. Ku anggap itu doa untuk ku, dan mungkin sebentar lagi akan terwujud.”

“Sudahlah, ini melenceng jauh dari topik! Sekarang jelaskan padaku!” Dengan  sekali  sentakan Yoochun kembali teringat dengan tujuan awalnya berada di ruangan ini.

“Sebenarnya tidak terlalu jauh, karena calon istriku yang akan mengantikan posisi mu.” Kata Yunho santai sambil memainkan bolpoin dengan ukiran nama perusahannya yang tergeletak diatas meja.

Mata sayu Yoochun terbelalak, “Apa?!”

Yunho terkekeh dan mulai menjelaskan semuanya.


Lima belas menit kemudian, Yoochun sudah berada dalam lift yang membawanya turun ke lantai 7. Mengembuskan napas panjang  dengan berlebihan. Kepala Yoochun pening bukan main saat Yunho mengutarakan alasan memecatnya.

Pagi ini, dia bertemu dengan malaikat didalam lift atau lebih tepatnya seorang wanita yang menyerupai malaikat. Yunho tertarik sejak pertemuan pertama. Pria dengan kedudukan paling tinggi diperusahaan ini menginginkan wanita itu menjadi sekertarisnya, menggantikan Yoochun.

Sebagai imbalan, Yoochun akan dijadikan kepala cabang di Busan. Sebuah sogokan yang teramat menggiurkan dan itu artinya ia naik jabatan setelah 3 tahun bertahan menjadi sekertaris Presdir muda nan tak terprediksi itu.

Yoochun tidak lantas menyetujuinya. Ia berpikir dan mempertimbangkannya terlebih dahulu namun si Tuan besar terus mendesaknya. Dia benar-benar merasa seperti tumbal disini.

Sesungguhnya, ada sesuatu yang membuat hati Yoochun berat untuk menerima tawaran yang Yunho ajukan—meski sekuat apapun alasannya menolak, Yunho pasti akan tetap mendepaknya jika ia ingin, ingatlah si Jung stoic itu memiliki kuasa. Well, menjadi kepala cabang di Busan. Meninggalkan Seoul dan dia.

Namja berjuluk cassanova itu menarik nafas dan menghembuskannya lagi, kemudian memejamkan mata dan menerimanya dengan pertimbangan yang telah ia pikirkan. Yunho menyambutnya dengan senyum cerah. Senyum yang sudah lama sekali tak Yoochun lihat. Jadi tidak terlalu menyesal ia menerima tawaran ini.

Dan tugas terakhir Yoochun adalah membawa wanita itu kedalam ruangan Yunho. Perdebatan antar dua pria tampan itu kembali terjadi. Yoochun bertanya perihal nama gadis itu dan dengan entengnya Yunho menjawab tidak tau. Lebih memusingkannya lagi Yunho hanya mengatakan jika gadis itu cantik dan bermata bulat.

What the hell!

Banyak wanita cantik berhamburan di dalam gedung pencakar langit ini dan semua bentuk mata manusia itu bulat! Bahkan Alien yang ia lihat dalam film sekalipun tak ada yang matanya kotak atau jajar genjang.

Yunho terkadang memang sangat bodoh, tapi tak bisa disalahkan sepenuhnya karena ia benar-benar tidak tahu. Akhirnya, Presdir muda itu menyebutkan ciri-ciri pakaian dan warna rambut wanita itu. Yoochun pun mengalah dan berpikir sebaiknya ia mulai bermain dengan instingnya.

Bunyi  denting  halus  membuyarkan  lamunan  Yoochun.  Dia  sudah  tiba  di  lantai  para staff bagian editing berkeliaran. Yoochun segera keluar dari lift dan berjalan menuju ruangan yang ditujunya.


7th Floor

Editing Room Staff

 

“Minho Oppa, laporan ku sudah selesai.”

“Benarkah? Cepat sekali.”

Jaejoong hanya tersenyum.

“Baiklah letakan saja disitu. Nanti akan ku berikan kepada Hong Sajangnim.”

Gadis cantik itu mengangguk lalu meletakan map merah tersebut.

“Apa ada yang harus ku kerjakan lagi?” tanyanya.

“Untuk saat ini tidak ada. Bagaimana kalau kau bermain games saja dulu.” Balas Minho sedikit berbisik.

Kikikan manis terdengar dari bibir cherry Jaejoong. “Itu saran yang sangat menyenangkan, Oppa.”

Jaejoong kembali ke mejanya. Saat berpapasan dengan Tiffany—yang terlihat sedang serius dengan pekerjaannya—Jaejoong lantas menggumamkan kata fighting kepada gadis berponi itu. Kembali duduk dengan manis dikursinya. Menumpukan kedua siku di meja dan bertopang dagu.

Mata doe Jaejoong mengerjab-ngerjab menatap lekat ponsel merah mudanya, lantas meraihnya dan memutuskan untuk mengirim pesan singkat kepada Changmin. Jaejoong tak mengharapkan balasan. Ia tau bila kekasihnya pasti sedang sibuk bekerja. Ahh, membayangkan wajah serius Changmin di depan komputer membuat Jaejoong tersenyum tanpa sadar.

Dia memutar kursi menghadap jendela besar dan memandang ke bawah, memerhatikan bangunan-bangunan tinggi menjulang di sepanjang jalan dan mobil-mobil yang berseliweran di jalan raya. Jaejoong kembali menarikan jemarinya diatas touchscreen ponselnya, membuka aplikasi kamera dan membidik pemandangan di depannya. Mengunggah aktivitas pada sosial media sedang happening dan Jaejoong mengikuti perkembangan jaman itu. Kemudian, kembali memutar kursinya menghadap meja kerja.

Tiba-tiba doe eyes Jaejoong terarah pada satu objek dan ia pun terkesiap. Pandangan matanya tak sengaja bertemu dengan mata sayu seorang pria yang tengah berdiri diambang pintu. Jaejoong tau siapa pria itu. Apa yang sedang dilakukan sekertaris Presdir Jung disini? Tanya Jaejoong dalam hati.

Mata bulatnya melirik kearah pria tampan itu sekali lagi. Melihat sekertaris Park sedang berbincang dengan Minho. Kira-kira apa yang sedang mereka bicarakan? Apa ada hubungannya dengan dia? Ahh, tidak mungkin. Jaejoong terkekeh saat menyadari dia terlalu percaya diri. Tapi, kenapa sorot mata namja itu seperti mengisyaratkan sesuatu.

Jaejoong mengendikan bahunya. Berusaha untuk tidak peduli. Lantas, memfokuskan pandangannya kearah layar komputer dan mulai mengikuti saran namja yang tengah berbincang dengan sekertaris Park saat ini.


Ku pandang lekat wanita yang menempati meja di dekat jendela. Wanita itu terlihat serius dengan layar komputer di depannya. Aku hanya tersenyum tipis. Ternyata selera Yunho dalam hal wanita tak pernah berubah. Dia masih menyukai wanita yang terkesan innocent garis wajahnya. Ku akui jika saat ini pilihan Yunho sangatlah tepat. Wajah gadis itu menawan bagaikan boneka porselain.

Dasar, si Jung manusia gila kerja itu! dapat saja dia menemukan malaikat cantik ditengah kesibukannya.

“Selamat siang, Sekertaris Park. Ada yang bisa saya bantu?” aku menoleh dan mendapati Choi Minho sudah berdiri di samping ku.

“Oh, Minho-shi.” Sontak ku menjabat tangannya. “Tidak, tidak ada. Hanya mampir sejenak setelah dari ruangan sebelah.” Aish! alasan ku standar sekali. “Omong-omong, apa anda akan keluar?” tanya ku.

“Ya, hanya ingin memberikan map milik rekan kerja saya kepada Hong Sajangnim sebenarnya.” Ku lihat dia sedikit mengangkat map berwarna merah dalam genggamannya.

Mata ku memicing penasaran. Hanya satu map?

“Kenapa hanya satu? Milik siapa?” Akhirnya aku bertanya. Benar-benar tak menyukai basa-basi.

“Ahh, ini milik Kim Jaejoong, wanita yang sedang serius dengan komputernya itu.” Aku mengikuti arah pandangan Minho dan gotcha! keberuntungan sedang berpihak pada ku— oh, tidak! kepada Yunho.

“Kenapa tidak menunggu berkas lainnya hingga terkumpul semua?”

Namja bermata kodok itu menggeleng pelan, “Tidak, karena itu akan membuatnya setara dengan yang lain, dia memiliki kecepatan bekerja diatas rata-rata.”

“Oh.” Aku hanya mengangguk.

O Gee!

Perfect!

Yunho benar-benar menemukan seseorang yang sempurna untuk menggantikan posisi ku. Tapi, aku sedikit bingung dengan namja di depan ku ini. Ku pikir dia sudah berubah, maksud ku dia masih saja Choi Minho yang melakukan semua atas keinginannya. Keinginan untuk mengantarkan berkas rekan kerjanya kepada atasan. Dia pikir mengantarkan berkas itu tidak memakan waktu. Jelas itu merugikan ‘waktu’ bekerjanya sendiri. Tak heran bila dia tidak pernah beranjak dari statusnya sebagai staff.

Ehh, atau mungkinkah dia memiliki hubungan dengan wanita bernama Kim Jaejoong itu?

Ku lihat wajah cengengesan Minho dari sudut mata ku, “Ayy, apa dia gadis anda, Minho-shi?”

“Apa? Tentu saja bukan, sekertaris Park. Hubungan kami hanya sekedar rekan kerja. Bisa mati ditangan Changmin saya kalau berani merebutnya.”

Ku angkat satu alis ku dan memandang penuh tanya Minho yang sedang terkekeh.

Changmin?

“Baiklah, Minho-shi, saya permisi dan biar saya saja yang mengantarkan berkas ini kepada Hong Sajangnim. Silahkan, lanjutkan pekerjaan anda.” Kata ku mutlak langsung merebut map itu dan beranjak tanpa mempedulikan keterkejutannya.


Manik mata pria dandy itu tak terpusat pada langkah kakinya sendiri disepanjang lorong kantor. Yoochun terlalu sibuk menatap layar tablet dalam gengaman tangannya yang kini sedang menampilkan profil seseorang. Membaca deretan huruf itu dengan seksama dan melihat sesekali foto seorang gadis cantik yang tersemat disana.

Yoochun segera membuka emailnya. Mencari nama Yunho lantas mengirimkan profil seseorang yang ia dapatkan dari bagian HRD kepada atasan sekaligus sahabatnya itu.

Ayy, zillionaire! You’ll have to pay dearly for this!” gumam Yoochun menyunggingkan sudut bibirnya.


26th Floor

CEO’s Room

 

Drttt… drttt… drttt…

Yunho mengalihkan pandangan pada ponsel hitamnya yang bergetar. Sebuah email masuk. Ahh, that wide forehead guy. Yunho segera membuka pesan elektronik tersebut dan seutas seringai misterius lantas tercetak jelas di paras rupawannya.

“Kim Jaejoong? humm, I got you!

To Be Continue

So, mind to comment?

Thank you~

© Jejevan

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
EvaKim2804 #1
Chapter 2: author could you put it in english version? it does not allow me to translate it and it's a pity because you see an interesting story and I love yunjae and I love reading about them
EvaKim2804 #2
Chapter 1: ??
Now you know who he is, what will Yunho do?
daehyundarklight #3
Chapter 3: akhir'y update...
yun ert ikh... ud gtu langsung d kiss lgi...
good jae, bri plajaran yun... biar g' ert...#plak
hesti07 #4
Chapter 3: Aah.. yunkokyunga sabaran banget nih. Semangat nulisnya author ssi
reika_love #5
Chapter 3: asal ini tetap yunjae... slight minjae ga apa2, tapi jangan pake slight hosu atau yunfanny atau slight yun dengan yg lain ya.... soalnya udah banyak banget dimana yun sama yg lain dulu baru sama jae akhirnya... sekali-kali jae yg sm org lain dulu and yun cuma buat jae boleh kan ^^

minsu ok, changkyu ok ^^
jungie_yeppo #6
Chapter 2: aish~ si jung ert!! haha.. bakal gak selamat tu jaejoong. siapa tu yeoja?? cerewet bin ngeselin amat si, dongsaeng yunho ya.. tapi siapa?? hm,apa junsu?? ah molla~
anmade #7
Chapter 2: hahaha ya ampun jung yunho, itu sekretaris baru jg ttd kontrak dibikin nyesel. ert amat bos ini wkwk yeoja yg nyelonong masuk apartmen jj siapa? o.O
daehyundarklight #8
Chapter 2: nugu? junsu? jessica? knpa bsa tw apartemen jae?

jung yunho ert'y g' hlang... kekeke...
joongie, hwaiting...
daehyundarklight #9
Chapter 1: pesona kim jaejoong tak bisa terkalahkan...
poor chunie..
jungie_yeppo #10
Chapter 1: aaah lanjut..ini menarik bgt!! bagaimana hubungan minjae selanjutnya apabila si lord yunho sudah menetapkan jae menjadi miliknya? can't wait... aish~ jaejoongie.