Yunho

VIRTUAL PARADISE -bahasa-

Yunho

Ruangan yang kosong dan dingin menyambutku setibanya aku di rumah. Well, sebenarnya aku tak pantas menyebut ruangan berukuran 5x5 yang aku dan istriku gunakan untuk makan, tidur dan melakulan segala aktivitas ini sebagai rumah. Namun, disinilah kami benar-benar tinggal dan menghabiskan tiga tahun terakhir dalam hidup kami ini dalam berbagai musim.

Walau aku telah bekerja hampir 12 jam sehari, aku tetap tidak bisa memenuhi segala kebutuhan rumah tangga kami dan bahkan, Jaejoong, istriku, yang saat kami menikah dulu masih menuntut ilmu di perguruan tinggi terpaksa berhenti di semester ke enamnya dan ikut membantuku mencari uang juga.

Hidup di jaman ini sangatlah sulit. Semuanya harus dibeli dan harganya tidak murah. Kau tidak bisa menanam sayuran dan memelihara unggasmu sendiri karena kau tidak tahu teknologinya. Hanya Virtual Paradise yang tahu cara bercocok tanam dan berternak di ladang tandus yang bermandikan cahaya matahari yang sepanjang hari berwarna merah ini. Dan meskipun air di sungai-sungai masih berlimpah, orang-orang tak lagi bebas menggunakannya seperti yang Ayahku ceritakan dulu karena tak tahu cara memurnikannya agar aman digunakan. Lagi-lagi, hanya mereka juga yang tahu bagaimana caranya.

Yang terakhir, hanya mereka pula yang bisa membuat barang-barang elektronik di rumah-rumah menyala sehingga penghuninya bisa terhindar dari suhu ekstrim di musim dingin dan musim panas. Orang-orang sepertiku sudah tentu masuk pengecualian karena kami tak sanggup membayar listrik untuk menyalakan dua benda tersebut. Bisa menyalakan tiga lampu dan satu kipas angin saja sudah harus bersyukur.

Meskipun Virtual Paradise sebagai pihak pemerintahan telah berusaha semaksimal mungkin untuk terus memperbaiki setiap sektor penunjang kehidupan yang ada, ujung-ujungnya, semua proyek bantuan mereka tetaplah gagal karena terbatasnya sumber daya manusia maupun alam yang tersedia. Dan akhirnya, warga-warga biasa seperti aku, harus kembali kembali ke tiga opsi yang ada; membanting tulang, bekerja hampir 12 jam sehari untuk membayar sejumlah kebutuhan hidup, menjadi gelandangan seumur hidupmu, atau mendaftar sebagai Travail dan mendapatkan sejumlah uang honorarium di akhir masa tugas sebagai jalan pintas.

Aku seperti yang telah kalian tahu, telah memilih opsi yang terakhir.

o-o

Aku selalu bertanya-tanya dalam hatiku. Apa dunia yang Ayahku tinggali saat ia masih kecil dulu sama seperti dunia yang aku tinggali saat ini? Apa matahari di jamannya juga merah? Apa pohon-pohon bisa tumbuh bebas di mana saja? Bisa menanam sayuranmu sendiri? Bisa mengambil air di sungai sebanyak apapun?

Betapa menyenangkannya apabila semua pertanyaanku itu jawabannya ‘ya’. Karena itu berarti, siapapun yang bertanggung jawab atas kehidupanmu pada jaman itu tak perlu berkerja sekeras di jamanku dan bisa menghabiskan waktu lebih lama bersama orang-orang yang disayangi.

Tapi semakin aku merasa betapa beruntungnya orang-orang yang hidup pada jaman tersebut, semakin kuat hatiku mengatakan bahwa bencana badai matahari 49 tahun yang lalu itulah yang menyebabkan keberadaanku disini hari ini. Kalau saja bencana itu tidak datang, Ayahku mungkin tidak akan bertemu dengan Ibuku. Aku dan Jihye tak akan pernah lahir ke dunia dan… aku tak bisa bertemu dengan Jaejoong.

Kalau matahari kami masih sama, aku pasti tak akan ada di sini. Benar-benar, semua hal di dunia ini terjadi karena ada alasannya.  

o-o

Kuedarkan pandanganku ke sekeliling ruangan. Meja lipat yang biasa kami gunakan sebagai meja makan masih berdiri tegak di tengah ruangan. Letaknya masih sama persis dengan saat akan kutinggal pergi tadi pagi. Cangkir bekas kopiku tadi pagi tadi juga masih ada di atas situ. Hatiku bertanya-mana, kemana ia pergi? Biasanya ia selalu menghubungiku sebelumnya bila akan pergi.

Pintu menuju balkon kecil yang berada di seberang mata tiba-tiba menarik perhatianku. Kain gordyn yang seharusnya menutupi pintu tersebut berkibar-kibar tertiup oleh angin, pertanda bahwa pintu tersebut terbuka. Pastilah ada orang dibaliknya. Mungkin Jaejoong ada disana?

Sambil meletakan bungkusan ddeokboki yang aku beli di atas meja lipat tadi, aku melangkahkan kakiku kesana dan menyibakkan kain berwarna oranye pucat tersebut. Dugaanku tepat, istriku ada di luar sini.

Ia sedang duduk termangu dan membelakangiku. Menghadap ke arah deretan bukit di depan balkon flat kecil kami. Kursi yang didudukinya adalah satu-satunya kursi yang kami miliki di rumah ini. Kursi kayu berwarna kelam yang aku bawa dari rumahku di Gwangju dalam bentuk batangan saat aku pindah ke Seoul lima tahun yang lalu. Batang-batang kayu tersebut untuk sementara terlupakan olehku sampai saat aku menikah dan Jaejoong menemukannya terbungkus di gudang, aku baru memasang paku-paku dan merangkaikannya kembali untuknya. Oh. Pantas saja aku tadi tak melihatnya ada di dalam.

Wajah Jaejoong menengadah, matanya terpejam. Aku bersumpah dapat melihat jejak airmata di sepanjang pipinya yang bak porselen itu. Sinar matahari yang berwarna kemerahan menyinari sebagian wajahnya. Membuat sosoknya yang bagi sebagian besar orang-orang di lingkungan tinggal kami terlihat inhuman, menjadi semakin menjadi. Angin kembali berhembus dan kali ini membuat lonceng angin yang kami pasang di plafon balkon berbunyi.

ting, ting, ting

Aku melangkahkan kakiku ke arahnya dan setenang mungkin memeluk tubuhnya dengan tangan kiriku dari belakang.

Hello, sweetheart. What are you doing in here?”—Halo, sayang. Apa yang kau lakukan di sini?”

Ia berjengit sedikit saat telapak tanganku bersinggungan dengan lengannya yang telanjang. Hari ini masihlah terhitung musim panas, masih bulan 07. Tapi angin yang datang menjelang senja tetaplah terasa beku. Lagi-lagi aku bertanya dalam hati. Apakah di hari-hari musim panas yang Ayahku kecil pernah lalui, angin yang datang sama bekunya dengan hari ini? Seperti apa aroma musim panasnya? Apa masih sama seperti yang kuhirup hari ini? Aku menggeleng dalam hati. Tidak, tentu saja tidak.

ting, ting, ting

“Apa yang kau lakukan disini, my dear? Mengapa selimut itu kau biarkan saja menjuntai ke lantai dan tak menyelimuti dirimu?” tanyaku lembut saat aku melihat ada gundukan selimut tebal kami di pangkuannya. Hanya gelengan kepala yang aku dapatkan sebagai jawaban darinya. Dan tenggorokanku terasa seperti ditekan oleh suatu benda tak berwujud. Rasanya bodoh sekali bagiku untuk menanyakan hal seperti itu padanya barusan. Aku kan tahu dengan pasti apa yang sedang ia lakukan. Apa yang sedang ia pikirkan sekarang.

Secara perlahan, aku dapat merasakan tangannya bergerak untuk menyentuh tanganku yang sedang memeluknya. Kepalanya ia sandarkan di dadaku pelan-pelan. Mulutku beku, tak mampu berkata apa-apa merasakan tubuhnya yang rileks dalam pelukanku. Kami tetap dalam posisi seperti itu untuk beberapa saat sebelum akhirnya ia mulai buka suara. Menanyakan satu hal dengan nada dan suara bergetar yang tak aku sukai.

“Lancar?” Aku mengangguk dalam diam, lagi-lagi tak mampu menjawab apa-apa.

“Kapan,”

ting, ting, ting

“Kapan tugas Travailleursmu akan dimulai, Yunho?”

Tanggal 1 Agustus nanti, sayang.

Aku berusaha keras untuk menjawab, namun tak ada suara yang keluar. Aku tak mampu menemukan suaraku sendiri.  Mulutku membeku dan tekanan di tenggorokanku yang tadi rasanya hanya berupa gumpalan, sekarang sedang berusaha untuk mencekikku. Berusaha untuk membuka mulutku berkali-kali, namun pada akhirnya, hanya isakan darikulah yang menjawab pertanyaannya tadi.

ting, ting, ting

o-o

Aku terisak bagai balita di pangkuan ibunya dan ia menangis dalam diamnya. Tubuhnya merunduk memelukku erat. Ia pasti tahu alasanku menangis karena apa. Aku tak perlu mengucapkannya dengan mulutku.

Aku takut tak akan pernah bisa kembali padanya.

Di dalam tayangan ulang di memori otakku, aku seperti bisa melihat diriku sendiri ikut tenggelam dalam duka dan kecemasan mendalam bersama tetangga-tetanggaku yang terpaksa mendaftar Travailleurs 12 tahun lalu. Kesedihan yang sama, kepedihan yang sama. Sekarang aku tahu bagaimana rasanya harus meninggalkan kekasihmu meskipun hanya 3 bulan saja.

Dan aku tahu, Jaejoong juga takut.

Air mata yang satu-dua terus menetesi lengan kemejaku adalah buktinya. Ia hanya tak ingin mengatakannya saja. Mungkin agar aku tak merasa semakin buruk dan semakin berat menjalani tugasku nanti. Tangannya mengusap-usap bahuku dengan lembut, seolah aku adalah anaknya yang mendapat nilai buruk di sekolah dan takut dimarahi oleh ayahku.

Aku selalu membenci diriku yang membawanya dalam keadaan seperti ini. Benci sekali.

Meskipun secara undang-undang, seorang Travail tidak bertugas untuk berperang dengan kelompok-kelompok separatis dan ekstrimis semacam BUSTER—yang luar biasa terkenal setelah berhasil meledakkan gedung pencakar langit milik Virtual Paradise beberapa bulan lalu, namun tidak pernah ada jaminan di dalam kontrak bahwa mereka akan kembali dalam keadaan bernafas dan baik-baik saja. Dan kenyataan bahwa sudah beberapa tahun terakhir ini, semakin sulit untuk dihitung Travail-Travail yang pulang tinggal nama dan abu karena jumlah mereka yang tewas dalam tugas semakin banyak, seperti semakin memperkuat pernyataan bahwa tak pernah ada jaminan kalau aku, akan pulang kepadanya dalam tiga bulan yang akan datang dalam keadaan hidup.

Tapi maafkan aku, Joongie. Maafkan aku, karena aku harus meninggalkanmu dan selalu membuatmu bersedih.

Maafkan aku.

—₰—

Next!-->

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
chocolakay #1
Chapter 7: Memang mau amplop bercoklat isi apalagi kalau bukan uang?

aku maunya amplop coklat berisi buku nikah yang bertuliskan nama aku dan oppa. HAHAHAHAHAHAHA BYE

eh kemaren bekyun cewek apa cowok sih? luhan cowok juga apa cewek? kok aku jadi bingung sama gender mereka?
chocolakay #2
Chapter 6: jaejoong bakal jadi apa ya disini? aku (agaknya) bisa ngebayangin plot gelap penuh aksi pake acara penyelidikan pemerintahan yang kotor buat yunho, tapi buat jaejoong, kayaknya dia terlalu lembut, aku nggak tahu dia bakal ngapain hahahaha
chocolakay #3
Chapter 4: yang nelpon jinwoo? yang ditelepon si baby lion a.k.a lee seunghoon?

cewek ombre ini siapa ya? jangan bilang anak redeu velveteu? hahahaha

ini bakal banyak nya ya? mudah-mudahan kamu lebih fokus ke action sama misterinya...

Btw 9-11 pelesetan sevel? I CAN'T STOP CRACKING UP THIS IS SUPER HILARIOUS HAHAHAHAHA
chocolakay #4
Chapter 2: spoiler detected, aku komen di balesan aja ya?
chocolakay #5
Chapter 1: HAAAAAI!

HAHAHAHA!

lagi nyari ff hongs dan tiba-tiba nyasar ke virtual paradise yang bahasa inggris lalu ketemu ini. owwwww

ini kayaknya bakal panjang ya? lanjutin ya? lanjutin?