Our Only Miracle

A Bun in the Oven (Indonesian Version)
Please Subscribe to read the full chapter

Main casts: Kwon Jiyong, and Choi Seunghyun.

Support casts: Find by yourself.

Warning: Mpreg, canon, typo(s), and manymore.

Genre: Romance and family.

 

This is a fanfiction by RedBlackBeauty titled

A Bun in the Oven

.

.

.

Translated by youngdinna

 

Enjoy it!

 

Part 5 "Our Only Miracle"

 

 

Beberapa bulan sebelumnya

Jadwal tur kembali datang. Persiapan masih sama gilanya seperti biasa. Mulai dari persiapan aransemen musik, tata panggung, koreografi, kostum, juga logistik. Dan satu yang sekarang juga masuk dalam kewajiban Jiyong dan Seunghyun; Jihyun.

Jiyong melakukan segala persiapan Jihyun sendirian, Seunghyun juga tak bisa melawan argumen kekasihnya itu. Jiyong dan Seunghyun sudah banyak mendapat bantuan dari ibu, atau kakak perempuan mereka, dan bagi Jiyong itu sudah lebih dari cukup. Lagipula, semenjak menjadi orang tua baru, Jiyong melakukan semuanya dengan baik sejauh ini.

Saat ini Jiyong berada di gedung YG, seperti biasa ia dan beberapa artis lain yang ikut berpartisipasi dalam tur mengadakan meeting siang ini untuk membicarakan persiapan konser. Jihyun -seperti biasa- juga berada di sana, dan tengah di culik oleh Young Bae ke suatu tempat. Well, seperti itulah jika Jihyun mengunjungi YG, kalau tidak ketiga pamannya itu, seseorang atau artis lain di YG pasti akan mengajaknya bemain di sekitar gedung, mereka baru mengembalikan Jihyun jika Jihyun sudah menangis karena mencari Jiyong ataupun Seunghyun.

Jiyong menyamankan duduknya di bangku yang menghadap balkon gedung sambil menikmati segelas minuman dingin. Pria berparas manis itu tersenyum saat dari kejauhan, ia menangkap interaksi Tablo dan putrinya -Haru- tengah bercengkerama.

"Haru! Jangan lari!" Jiyong ikut tersenyum saat melihat Haru tertawa melihat ayahnya yang kewalahan mengejar.

"Appa, apa kita masih lama di sini?" tanya Haru. Tablo mengernyit, pria itu lalu menilik arlojinya.

"Hmm.. Sepuluh menit, ne? Kita tunggu sampai ibu menyelesaikan pekerjaannya, lalu kita pergi untuk makan malam di luar, arrachi?"

"Ne.." Haru mengangguk, gadis kecil itu lalu mendekat ke arah Jiyong, "Jiyong-oppa?"

"Ya, Haru?"

"Mana Jihyun? Aku ingin bermain dengannya."

"Dia sedang bersama Taeyang-oppa sekarang, mungkin mereka sedang berada di playing room sekarang."

"Aah... Aku akan mencari mereka."

YG memang memiliki fasilitas bermain bagi anak-anak artis, atau staff yang kebetulan berkunjung. Ruangan yang biasa di sebut Playing Room itu memang di sediakan untuk anak-anak yang ingin bermain, atau sekedar beristirahat ketika orang tua mereka tengah bekerja.

“Bagaimana kau melakukannya, hyung?” Jiyong bertanya pada Tablo setelah Haru sepenuhnya pergi.

Tablo mendengus menahan tawa, tahu betul apa yang di maksudkan Jiyong.

“Aku tidak ingin berbohong denganmu, Jiyong. Itu bukan hal yang mudah.”

“Tapi, Haru berusia empat tahun sekarang.”

“Yah, tapi dia tidak berusia empat tahun saat ia lahir, dia tidak di adopsi, Jiyong.” ujar Tablo yang lantas membuat keduanya tertawa.

Jiyong mendesah pelan sembari kembali mengistirahatkan punggungnya di kursi, “Aku sedikit cemas, karena ini pertama kalinya kami membawa Jihyun ke depan publik.”

“Aku tahu perasaanmu, sama ketika waktu itu aku pertama kali membawa Haru ke publik, aku cemas bagaimana Haru bisa menyikapi perhatian orang-orang yang belum ia kenal. Dari situ aku belajar satu hal, yaitu jangan melarangnya ketika ia ingin mengeksplorasi lingkungan sekitarnya. Biarkan ia, kenalkan ia pada orang-orang yang baginya mungkin asing dan baru. Kulihat, kau cukup protektif padanya. Protektif tidak masalah, protektif adalah hal yang baik, tapi jangan terlalu protektif padanya, dan membuat ia berpikir kalau orang-orang itu berbahaya atau tidak aman.”

Jiyong menoleh ke arah Tablo, “Pernahkah kau berharap kalau Haru bisa terlahir di lingkungan yang normal?”

“Well, tentang normal, ya? Haru sudah lahir di lingkungan yang seperti ini. Baginya, inilah kehidupan normal. Kewajibanku adalah memastikan ia tumbuh dengan sehat, bahagia, dan penuh cinta, juga memberikan apapun yang ia butuhkan. Sama halnya dengan Jihyun, dia akan tumbuh di antara musik, konser, tur, orang-orang terkenal, dan berkeliling dunia. Itulah yang mungkin menjadi kehidupan normalnya, apa yang tidak normal baginya… Entahlah, mungkin bermain di taman kanak-kanak?”

Jiyong tersenyum, dan mengangguk. Namun, kedua matanya masih menyiratkan kecemasan. Tablo menepuk pundak Jiyong sekilas.

“Jangan cemas, Jiyongie. Semuanya akan baik-baik saja. Kalian melakukannya berdua, kalian berada di grup yang sama. Kemana pun kau pergi, Seunghyun selalu ada bersamamu. Di samping itu, masih ada tiga member lain yang menyayangi Jihyun sama seperti anak mereka sendiri. Sama sepertiku dan Hyejung, kami sama-sama sibuk dengan jadwal kami, kami tak akan bisa membesarkan Haru jika tidak melakukannya bersama-sama.

“Tapi, kami berbeda dengan orangtua pada umumnya, hyung…”

“Ya, tapi lihat sekelilingmu. Jangan melihat pada apa yang tidak kalian miliki, tapi cobalah hargai apa yang kalian miliki sekarang. Lihatlah, kau mendapat begitu banyak dukungan. Itulah bukti betapa mereka menyayangi Jihyun. Aku menyayangi Jihyun, dia adalah bagian dari keluarga."

"Gomawo, hyung.. Itu sangat berarti."

"Jangan terlalu cemas. Aku yakin, Jihyun pasti merasa sangat beruntung memiliki kalian berdua sebagai orang tuanya."

"Bukan dia yang beruntung, tapi kami. Kami sangat beruntung memiliki Jihyun." tukas Jiyong.

"Aku tahu." Tablo tersenyum, "Tapi, aku sedikit mencemaskan sesuatu..."

"Apa?" Jiyong bertanya, antara gugup dan bingung mendengar nada jenaka dari ucapan Tablo.

"Well. Dia adalah putri dari G Dragon dan T.O.P Big Bang..." Tablo berujar sambil menggoyangkan tangan di udara.

Jiyong tertawa kecil, "Ayolah, hyung. Kau juga Tablo dari Epik High."

"Meh, orang-orang tidak begitu memperhatikan Epik High apalagi Tablo." Tablo mendengus, "Bahkan, istriku mengeja Epik dengan huruf 'C'."

Keduanya tertawa, dan akhirnya berpisah karena Tablo harus menjemput Hyejung.

Jiyong sedikit merasa lega setelah berbicara dengan Tablo, hatinya sedikit merasa ringan. Namun, rasa lega itu tidak bertahan lama. Jiyong kembali merasa panik sepulang dari tur di Jepang.

Saat itu mereka sudah sampai di bandara. Jiyong dan Seunghyun sudah berunding kalau akan lebih baik Seunghyun saja yang menggendong Jihyun selama mereka melewati para fans, karena tubuh Seunghyun lebih tinggi, Jihyun pasti akan lebih aman bersamanya. Akan tetapi, Jiyong kembali merubah pikirannya.

"Biar aku yang menggendongnya." ujar Jiyong sambil memindah Jihyun ke dalam dekapannya.

"Kau yakin?" tanya Seunghyun.

"Ya. Tubuhmu lebih tinggi, kau bisa menjadi pagar ketika para fans mulai sali

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
RedBlackBeauty
#1
Oh gosh I love the art! It's perfect!