Daddy

A Bun in the Oven (Indonesian Version)
Please Subscribe to read the full chapter

Main casts: Kwon Jiyong, and Choi Seunghyun.

Support casts: Find by yourself.

Warning: Mpreg, canon, typo(s), and manymore.

Genre: Romance and family.

 

This is a fanfiction by RedBlackBeauty  titled

A Bun in the Oven

.

.

.

Translated by youngdinna

 

Enjoy it!

 

Part 1 "Daddy"

 

"Seunghyun.." Jiyong bergumam, menyembunyikan pipinya yang  bersemu di balik lekukan leher Seunghyun. "Ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu."

"Aku bertaruh, iya." Seunghyun mengelus rambut bangun tidur Jiyong dengan jemarinya. "Tetapi, kau tak akan menjadi sepemalu ini." Seunghyun tertawa pelan. "Ada apa?"

Jiyong melepas dekapannya, dia mengunci tatapannya ke arah Seunghyun, ragu untuk mengatakan berita itu atau tidak. Jantungnya berdegup kencang.

'Akankah dia menerimanya? Bagaimana reaksinya nanti? Akankah ia bahagia? Atau dia akan pergi? Aku tidak akan menyalahkannya, ini memang gila. Tapi, mengapa aku tidak menyalahkannya saja? Ini perbuatannya.'

Berbagai pertanyaan dan skenario berloncatan dalam otak Jiyong, dan dia sama sekali belum merespon pertanyaan Seunghyun.

Seunghyun mengernyit dalam demi mendapati ekspresi gugup Jiyong. "Apa itu? Katakan padaku."

"Baiklah." Jiyong mendudukkan tubuhnya. "Tapi, berjanjilah kau tidak akan histeris."

Seunghyun mengernyit lebih dalam. Ia ikut mendudukkan diri, merengkuh tubuh Jiyong sepenuhnya dari belakang, dan mengistirahatkan dagunya di pundak sang kekasih. "Aku berjanji."

"Tidak, sungguh. Berjanjilah untuk tidak histeris."

"Aku menyilangkan jariku di dada dan berharap mati."

"Tidak. Mati bukan pilihan yang bagus untuk saat ini. Tapi, tidak apa." Jiyong menoleh, menatap Seunghyun sepenuhnya. "Baiklah, dengarkan aku baik-baik.." Jiyong berdeham sejenak, membasahi tenggorokannya. "Aku.. uh.." Jiyong kembali merasa ragu. "Aku.. Aku hamil dua bulan." Jiyong berujar cepat, secepat ia menutup kedua matanya dan menunggu reaksi Seunghyun.

Seunghyun mematung cukup lama. Hampir satu menit.

Jiyong kembali membuka kedua matanya. "Apa kau tidak akan bereaksi?"

"Kau bercanda, kan?" Seunghyun bertanya, tetap kaku seperti batu.

"Aku tidak." tangan Jiyong merayap ke bawah bantal, meraih secarik kertas yang lalu ia kibaskan di depan wajah Seunghyun.

"Ini." Jiyong menunjukkan hasil tes USG pada Seunghyun.

"Jiyong. Ini saatnya dimana kau harus berhenti bercanda."

"Aku tidak bercanda! Lihat! Di sini tertera namaku!" Jiyong menunjuk bagian atas kertas di mana namanya tertera, KWON JIYONG.

"Aku butuh bukti. Laki-laki tidak bisa hamil, Jiyong."

"Tetapi, lelaki ini bisa."

"Buktikan."

"Well, kalau kau menginginkan bukti fisik. Kau harus menunggu beberapa bulan ke depan." Seunghyun menaikkan kedua alisnya.

"Huh." Jiyong memutar bola matanya dan beringsut mendekat menuju meja nakasnya. "Ini." Jiyong menaruh dua stik putih di atas pangkuan Seunghyun.

Si pria yang lebih tua pun lalu meraih dua stik itu, terdapat dua garis di sana.

"Apa ini?"

"Dua garis. Hamil. Selamat." Jiyong mengarahkan stik itu ke arah jendela.

"Kau bisa mengambil ini di mana saja."

"Benarkah? Dimana?" tanya Jiyong sambil melipat tangan di dada. Seunghyun mendengus.

“Baiklah. Kau konyol. Aku tidak tahu bagaimana bisa aku bertahan bersamamu selama ini.” Jiyong beranjak berdiri dari ranjang, mengambil sebuah kotak boks kecil dari meja nakasnya lagi dan memberikannya pada Seunghyun. “Baca ini dan ikut aku ke kamar mandi.”

Jiyong mendudukkan dirinya di pinggiran bath up, menunggu hingga Seunghyun memasuki kamar mandi.

“Baiklah, jadi..”

“Kemari, lihat.” Jiyong mendekati Seunghyun, “Ini stik yang sama seperti yang sudah kutunjukkan padamu tadi, dan lihat.” Jiyong mengarahkan stik itu ke jendela kamar mandi, “Tidak ada apa-apanya, kan?”

Seunghyun mengangguk.

“Baiklah.” dan Jiyong pun mendekat menuju kloset, memelorotkan celana pendeknya hendak melakukannya sesuai instruksi sebelum Seunghyun mencegah.

“Kau akan buang air kecil ke stik itu?”

“Sudah kukatakan untuk membaca instruksinya, bukan?”

“Aku sudah melakukannya..”

“Jadi duduk di sana dan tunggu.” ucap Jiyong yang lalu di turuti Seunghyun.

Setelah selesai melakukannya dan membersihkan diri, Jiyong melangkah keluar dari kamar mandi, Seunghyun mengikuti di belakangnya seperti anak anjing.

“Biarkan aku melihatnya..” rengek Seunghyun

“Belum.”

Jiyong kembali naik ke atas ranjang, berbaring tengkurap dan menaruh stik tadi di depannya. Seunghyun mengikutinya. Mereka berdua menunggu dalam diam selama hampir beberapa menit, hingga akhirnya dua garis biru muncul dengan jelas pada stik itu.

“Sekarang kau percaya padaku?”

“Wow..” Seunghyun berbalik berbaring dengan punggungnya, “Kau benar-benar hamil..”

“Ya..”

“Tapi..” Seunghyun menjeda, “Bagaimana itu bisa di katakan benar?”

“Aku tidak tahu.. Bahkan, semua dokter pun tidak tahu.” Jiyong menoleh ke arah Seunghyun, masih dengan posisi tengkurap. “Inikah? Inikah reaksimu?”

“Well, dari semua yang bisa kukatakan ini hanya sebuah mimpi..”

Jiyong mencubit lengan Seunghyun cukup keras, membuat kekasihnya itu hampir menangis kesakitan.

“Lihat. Kau tidak bermimpi.”

“Wow, kau benar-benar hamil..” Seunghyun menghela napas sambil mengelus bekas cubitan keras Jiyong di lengannya.

“Kau sudah mengatakannya tadi.”

“Aku tidak tahu harus mengatakan apa. Ini.. gila?”

“Ya.” ucap Jiyong datar, seakan-akan pria hamil adalah hal yang normal terjadi.

Kali ini Seunghyun yang menatap Jiyong penuh atensi. “Mengapa kau terlihat begitu tenang?” Jiyong tertawa kecil.

“Aku sudah cukup histeris beberapa pekan lalu.”

“Apakah.. apakah kau baik-baik saja?”

“Aku baik. Aku hamil

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
RedBlackBeauty
#1
Oh gosh I love the art! It's perfect!