The Month

A Bun in the Oven (Indonesian Version)
Please Subscribe to read the full chapter

Main casts: Kwon Jiyong, and Choi Seunghyun.

Support casts: Find by yourself.

Warning: Mpreg, canon, typo(s), and manymore.

Genre: Romance and family.

 

This is a fanfiction by RedBlackBeauty titled

A Bun in the Oven

.

.

.

Translated by youngdinna

 

Enjoy it!

 

Part 2 "The Month"

 

Bulan ketiga

"Apa ini?" Jiyong mengernyit demi melihat menu makan malamnya yang telah siap.

"Makan malammu."

"Tapi, semuanya sayur dan buah."

"Ada masalah dengan itu?" tanya Seunghyun yang lantas membuat Jiyong semakin mengernyit.

"Ya. Semuanya sayur dan buah. Sedangkan kau.." Jiyong menunjuk menu makan malam Seunghyun, sepiring steak dengan saus jamur dan taburan lada hitam yang menggiurkan.

"Aku tidak hamil. Jadi, aku bisa makan apapun yang kumau."

"Aku juga! Dokter bilang aku boleh-"

"Dokter bukan ayah dari bayimu. Jadi kau.." Seunghyun menunjuk Jiyong, "Harus mendengarkan apa yang kukatakan."

"Aku tidak akan kenyang kalau hanya memakan ini semua." ucap Jiyong, "Dan kurasa baby ingin makan sepiring steak.."

"Coba dulu habiskan menumu, dan lihat hasilnya."

"Tapi, baby ingin makan sepiring steak.." Jiyong mulai melempar tatapan memelasnya, ia yakin ia akan menang kali ini. "Kumohon, daddy.." Seunghyun mendengus.

"Tsk. Hanya kali ini."

 

Bulan keempat

"Jihyun kedengarannya bagus."

"Kupikir itu sedikit norak. Terdengar jelas kalau itu kombinasi dari nama kita."

"Tidak, itu tidak norak. Kupikir itu manis. Lagipula Jihyun bisa di gunakan untuk nama perempuan ataupun laki-laki."

"Seungyong?"

"Tidak.." Jiyong mengerutkan hidungnya aneh, "Terdengar tidak luwes."

"Kau benar. Tapi, aku selalu menyukai nama 'Sarang'."

"Kenapa? Apa itu nama mantan kekasihmu dulu?" Jiyong bertanya jahil.

"Tidak." Seunghyun memutar matanya, "Sarang terdengar sangat cantik dan feminin. Seperti seorang putri. Juga, Sarang memiliki arti yang indah yaitu cinta."

"Tapi, kita belum tahu apakah dia perempuan atau laki-laki."

"Bukankah dokter mengatakan kalau dia perempuan?"

"Ya. Tapi, dari artikel yang pernah kubaca, jenis kelamin janin bisa berubah bahkan saat usianya sudah mencapai enam atau tujuh bulan."

Seunghyun menelengkan kepalanya, "Berapa usia kandunganmu saat ini?"

"Empat bulan."

"Oh.." Seunghyun membulatkan bibirnya, "Tapi, tidak masalah. Kita bisa memilih satu nama untuk perempuan dan satu nama untuk laki-laki."

"Aku tetap memilih Jihyun, karena cocok untuk laki-laki ataupun perempuan."

"Choi Jihyun.." Seunghyun bergumam, berusaha meresapi nama itu.

"Apa maksudmu Choi Jihyun?"

"Lalu?"

"Tentu saja Kwon Jihyun."

"Tidak bisa begitu."

"Kenapa? Aku yang mengandungnya, tentu dia akan menjadi Kwon."

"Tapi, siapa daddy-nya?"

Jiyong melotot, "Baiklah, begini saja. Jika dia perempuan, kita beri nama ia Choi Jihyun. Kalau dia laki-laki, kita beri nama Kwon Jihyun."

"Tidak. Tidak ada tawar-menawar, aku daddy-nya. Tentu marganya akan menjadi Choi."

"Baik. Aku akan berhenti memanggilmu daddy."

Seunghyun mendengus menahan tawa, "Baiklah. Jadi sudah di tentukan. Choi Jihyun. Karena aku tahu, kau tak akan berhenti memanggilku daddy."

"Menyentuh sekali." tukas Jiyong berlebihan, "Bisakah kita menggunakan.. Mungkin hyphen?"

"Maksudmu Choi-Kwon atau Kwon-Choi Jihyun?"

"Iya. Tidak?"

"Tentu saja tidak! Memangnya ada warga Korea yang memakai hyphen?"

"Uh, baiklah. Tawaranku masih berlaku, Choi untuk perempuan dan Kwon untuk laki-laki."

"Lalu apa? Jika yang pertama perempuan, lalu yang berikutnya laki-laki, apa mereka akan memiliki marga yang berbeda?"

"Yang berikutnya?"

"Well.." Seunghyun berdeham kikuk, "Setidaknya kita... Paling tidak memiliki dua anak, bukan?"

"Paling tidak?"

"Baiklah, dua. Hanya dua."

"Kau senang menjadi seorang daddy, bukan begitu?"

"Well.." Seunghyun tersenyum malu, "Kurasa begitu.."

"Senang mendengarnya.." Jiyong ikut tersenyum.

 

 

Bulan kelima

"Aku ingin donat. Aku ingin makan donat." Jiyong merengek, "Atau sesuatu yang manis dan creamy. Butterscotch! Aku ingin butterscotch."

Seunghyun mendengus di tengah kegelapan kamar mereka, "Kita tidak punya donat ataupun butterscotch."

"Baiklah, biar kuralat: Aku ingin kau pergi membeli donat atau butterscotch. Pergi. Cepat!" ujar Jiyong, kali ini sambil mengguncang tubuh Seunghyun keras.

Seunghyun mengerang teriritasi, "Aku akan sangat senang jika bisa membelikanmu donat ataupun butterscotch."

"Jadi.." Jiyong kembali menunjuk pintu keluar kamar mereka. Seunghyun sekali lagi mendengus.

"Ini masih jam tiga pagi. Kau harus menunggu paling tidak empat jam, sampai kios donat buka."

"Kukira kau selalu menyimpan persediaan permen di rumah." ucap Jiyong.

"Memang. Sampai suatu malam, seorang perampok merampas semua permen itu, dan menelannya dengan rakus."

"Aku tidak melakukannya!"

"Siapa bilang itu kau?" Seunghyun menarik tubuh Jiyong untuk kembali berbaring, "Sekarang, tidurlah lagi dan akan kudapatkan donatmu nanti."

 

 

Bulan keenam

"Jiyong!" Seunghyun memasuki rumah sambil membawa kotak hitam lebar dan menaruhnya di meja dapur. "Aku membawa mi

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
RedBlackBeauty
#1
Oh gosh I love the art! It's perfect!