Jealousy is an Ugly Thing

Forever Khunyoung : One-Shot Collection
Please Subscribe to read the full chapter

 

 

Sequel kedua dari Iam Sorry but I Love You. Semoga readers suka.

Selamat membaca. Maaf typos dimana-mana dan tidak sempat di edit.

 

***************************

 

"Phuahahahahaha....... Hahahahahahaha.."

Nichkhun tak berhenti tertawa, berguling-guling di atas tempat tidur, sambil memegangi perutnya. Sampai air matanya keluar. Wooyoung cemberut melihat suaminya menertawakannya sampai seperti itu. Selucu itukah penampilannya?

Wooyoung kembali masuk ke kamar mandi dan berkaca. Tidak ada yang salah dengan gaunnya. Gaunnya melekat ketat dengan tubuhnya, warnanya pun serasi dengan kulitnya yang putih, tapi mengapa suaminya menertawakannya seperti itu?

"Khunnie!?" Wooyoung masih melihat suaminya tertawa, tapi tidak separah tadi.

"Maaf! Maafkan aku."  akhirnya dia berhenti tertawa, dan mengusap airmatanya yang mengalir dipipi.  Nichkhun mendekati istrinya, dan melihat kembali penampilannya dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. 

"Bagaimana?" tanya  Wooyoung sambil memutarkan badannya.

Nichkhun ingin kembali tertawa, tapi dia tidak ingin membuat istrinya bingung.

"Cocok. Gaun itu sangat cocok denganmu. Dan kau terlihat......Cantik!"  Sangat cantik. Nichkhun menambahkan dalam hati. Gaun itu menonjolkan tubuhnya yang ramping. Walaupun laki-laki, tubuh Wooyoung memiliki lekuk tubuh seperti perempuan. Gaun itu, berwana biru tua, setinggi lutut. Memperlihatkan kakinya yang ramping dan betisnya yang kecil. Dibagian pinggangnya sangat pas dengan pinggang kecil Wooyoung. Bagian atas gaun itu sedikit ketat, sampai ke pinggang. Dari pinggang sampai ke lutut, sedikit mengembang dengan lipatan-lipatan yang sama. Wooyoung menyumpal dadanya dengan kain, dan dia juga memakai wig yang panjang. 

Dia benar-benar anggun, seperti wanita terhormat. Tapi Nichkhun tidak suka itu. Dia mencintai Wooyoung sebagai dirinya sendiri, bukan imitasi seperti ini.

Wooyoung bersikeras ingin memakai gaun itu besok. Besok, adalah hari di mana semua wali murid berkumpul hanya untuk perkenalan pertama. Sikembar sudah 5 tahun, dan sudah waktunya mereka pergi kesekolah. Wooyoung ingin di kenal sebagai seorang ibu bagi si kembar, walaupun dia memang ibu mereka, tapi dia merasa berbeda dan sedikit aneh.  Nichkhun sudah menasehatinya, agar menjadi diri sendiri, tapi Wooyoung meyakinkan suaminya jika dia memakai gaun itu hanya untuk satu kali kesempatan saja, dia bersumpah tidak akan memakainya lagi.

"Tapi kau terlihat aneh." 

"Aneh bagaimana?" Wooyoung bingung dengan suaminya, tadi dia bilang jika dia cantik memakai gaun itu, tapi sebentar kemudian dia mengatakan jika penampilannya aneh. Mana yang benar sih?

"Aneh!" Hanya aneh. entahlah aku tidak bisa mengatakannya...."

Nichkhun berhenti berkata ketika melihat ketiga anaknya masuk kedalam kamar. Wooyoung menoleh dan menatap kedatangan anaknya dengan harap harap cemas.

"Daddy! Siapa itu?" tanya Jason, menunjuk appanya dengan jari telunjuknya dan menatap bingung.

"Sayang, ini appa." Wooyoung mendekati anak-anaknya. 

Mason dan Jason mundur beberapa langkah, sedangkan Minnie sudah berlari ke ayahnya, merengek sambil memeluk kaki ayahnya. Nichkhun mengangkat Minnie, Minnie langsung memeluk leher ayahnya dengan erat. Dia takut melihat orang asing yang tidak pernah ditemuinya itu.

"Hei Minnie, ini appa. Jangan takut, ok!" Wooyoung mencoba melepaskan Minnie dari pelukan ayahnya, tapi tubuhnya mengejang dan dia berteriak ketakutan. Tangannya mengetat di leher ayahnya. Lalu dia menangis kencang.

"See! Sekarang kau pasti sudah mengerti seberapa aneh penampilanmu!" Nickhun meninggikan nada suaranya, kesal karena istrinya itu tetap saja keras kepala. "Ayo anak-anak kita ke dapur, daddy akan membuat makanan sesukaan kalian. Kita biarkan appa merubah penampilannya yang aneh itu."

Wooyoung menatap kepergian mereka dengan sedih, dia merasa diabaikan. Si kembar mengikuti ayahnya keluar kamar, tapi tatapannya masih melekat pada appanya sampai mereka keluar dari kamar.

 

Wooyoung akhirnya menyusul ke dapur. Minnie yang melihat appanya sudah berubah seperti semula, mendekat dan langsung minta di gendong.

"Oh, kau tidak takut lagi?" tanya Wooyoung, Minnie tidak menjawab dia hanya mencium pipi appanya, lalu memeluk leher appanya. Wooyoung duduk di kursi makan masih dengan memeluk Minnie. Nichkhun tidak berkata apa-apa, dia hanya sibuk memasak. Karena hari ini hari minggu, dan karyawan yang bekerja di rumah sedang libur, jadi dia yang memasak untuk keluarganya.  Wooyoung tahu suaminya itu masih kesal. Dia ingin meminta maaf, tapi menurutnya itu bisa menunggu dan akan dia lakukan ketika mereka berdua saja, sekarang dia harus memberi makan anak-anaknya dulu.

Setelah mereka menidurkan anak-anak, dan berbaring di atas tempat tidur, Wooyoung memutuskan inilah saatnya dia harus meminta maaf pada suaminya.

"Khunnie!?" Dia menggoyang-goyangkan tubuh suaminya yang berbaring miring membelakanginya. "Aku, minta maaf. Aku berjanji tidak akan mencoba memakai gaun lagi."

Nichkhun tidak bergeming, yang terdengar hanya tarikan nafasnya yang panjang. "Khunnie~!" serunya lagi. "Kau marah padaku?"

Awalnya Nichkhun berniat menghukum istrinya yang keras kepala itu, tapi dia mendengar suara tangisan. Dia berbalik dan menghadap istrinya. Wajahnya sudah di banjiri airmata.

"M...maaf, aku tidak ingin kau marah padaku." dia memohon sambil terisak kecil.

Melihat airmata istrinya, Nichkhun luluh. Dia bergeser mendekat, mengecup kedua mata istrinya yang basah.

"Aku tidak marah, hanya sedikit kesal. Sudah aku katakan agar kau jadi diri sendiri saja, tapi kau tetap keras kepala." 

"Aku menyesal, aku tidak akan mengulanginya lagi." janji Wooyoung.

Nichkhun tersenyum dan mendekatkan wajahnya ke wajah istrinya. "Aku mencintaimu." Kemudian dia mengecup hidung istrinya.

"Aku mencintai hidung ini, karena kau telah mewariskannya pada putraku." Dia mengecup bibir istrinya.

"Aku mencintai bibir ini, karena putriku mewarisinya." Nichkhun membuka piyama istrinya. Lalu meraba dada istrinya.

"Aku sangat menyukai dada rata ini." Lidahnya menjilati kedua itu.

Wooyoung mengerang, dan bibir suaminya turun ke perutnya.

"Aku mencintai luka di perutmu, karena dari situlah, anak-anakku lahir."

"Uhh! Khunnie." Wooyoung mendesis, ketika suaminya melepaskan celana piyamanya sekaligus celana dalamnya, dan langsung meremas juniornya.

"Dan aku menyukai juniormu. Dia adalah favoritku." Nichkhun membelai junior Wooyoung kemudian mengulumnya dengan antusias. 

"Ahh.!" Sekarang Wooyoung menjerit. Lidah suaminya menjentik ujung juniornya. 

"Terakhir, aku menyukai lubang ketatmu, karena sangat pas untukku." Nichkhun memasukkan dua jari ke dalam hole istrinya, keluar masuk untuk membuka jalan bagi juniornya. Dian menindih tubuh istrinya, membuka piyamanya, dan mengambil lube di dalam laci meja. Dia melumuri juniornya dan langsung memasuki istrinya.

Wooyoung menggigit bantal, untuk meredam teriakannya. Tapi Nichkhun, menarik kepalanya dan mencium bibirnya. "Jadi tak perlu menjadi orang lain, karena aku mencintai istriku apa adanya." Nichkhun berkata setelah melepaskan bibirnya. 

"Aku juga mencintaimu. Aaah!" Wooyoung berteriak. 

Nichkhun harus melumat bibir istrinya lagi agar bisa meredam suaranya, dia tidak ingin membuat anak-anak terbangun. Nichkhun bergerak perlahan, lembut. Menatap wajah istrinya tajam tapi penuh cinta.

"Khunnie!...kumohon....lebih.....ahh! Cepat......! Lebih cepat....ah!" Wooyoung bergerak menyodorkan pinggulnya agar suaminya masuk lebih dalam dan menyentuh prostatnya. Tubuhnya mengejang.

Nichkhun tahu, istrinya sebentar lagi akan klimaks, dia mempercepat gerakannya."Ahh, baby! Aku juga akan.....!" Nichkhun melumat kembali bibir istrinya, meredam erangan, ketika mereka mencapai klimaks bersama. 

Nafas mereka tak beraturan, peluh membasahi tubuh mereka, tapi Wooyoung tidak melepaskan pelukan pada suaminya. Dia melenguh, ketika suaminya mengeluarkan juniornya. Dia ingin meminta putaran lain. Tapi dia tersadar jika besok adalah hari Senin. Nichkhun harus bangun pagi-pagi sekali karena harus pergi ke kantor. Dia juga harus pergi ke sekolah si kembar. Dia hanya merapatkan tubuhnya, mengunakan lengan suaminya menjadi bantal, hidungnya menempel di leher suaminya dan menghirup aroma jantan yang keluar dari tubuh itu. Nafasnya sudah kembali stabil, dan rasa kantuk menyerangnya. Sebelum dia jatuh tertidur, dia masih mendengar bisikan lembut suaminya.

"Saranghae!" 

Wooyoung tersenyum kecil, tapi dia tidak sempat membalas, dia sudah jatuh tertidur dalam dekapan suaminya.

 

***************************

 

"Benarkah kau akan membawa mereka semua?" Tanya Nichkhun menatap ngeri istrinya, ketika mereka berada di ruang makan pagi itu.

"Aku tak bisa meninggalkan Minnie sendirian di rumah bersama babysitter. Aku takut acara itu memakan waktu lama, dan dia pasti akan menangis mencariku." jawabnya sambil menyuapi putrinya."Mason, Jason! Cepatlah habiskan sarapan kalian. Kita harus bergegas, kalian tidak ingin kita terlambat, kan?"

"Ne!" jawab si kembar serempak. Mereka makan dengan lahap, dan sebentar saja piring mereka sudah kosong.

"Sebenarnya jika bisa, aku ingin kau ikut dengan kami." kata Wooyoung manja.

"Aku juga ingin ikut, tapi hari ini aku ada pertemuan penting, dan tidak bisa di batalkan." jawab Nichkhun sambil mencubit sayang hidung istrinya yang runcing. "Aku khawatir ibu-ibu muda yang hadir, bermain mata dengan istriku yang tampan." Nichkhun mengedipkan matanya untuk menggoda isrtinya.

Si kembar terkikik melihat orang tuanya saling menggoda. Orang tua mereka selalu memperlihatkan kemesraan dan kasih sayang di depan mereka. Jadi mereka telah terbiasa.

Muka Wooyoung memerah. "Uhh, anak-anak ayo kita mandi!" serunya pada si kembar untuk mengalihkan perhatian. Nichkhun menertawakan kelakuan istrinya yang masih saja malu-malu. Dia kemudian bangkit dan meraih Jas yang di letakkannya di sandaran kursi.

"Sekarang aku harus pergi. Dan kau harus membawa sopir jika ingin membawa mereka semua. Atau jika perlu kau harus membawa babysitter untuk mengawasi Minnie." 

"Aku memang akan membawa sopir, tapi menurutku tidak harus membawa babysitter juga, karena aku bisa mengawasi mereka semua." jawab Wooyoung. Dia ikut bangkit dan membawa Minnie dalam gendongannya.

"Baiklah. Terserah denganmu saja." Dia mencium pipi Minnie, mengabaikan sisa makanan yang menempel di pipinya yang montok. "Bye bye Minnie, daddy pergi ya. Jadilah putri daddy yang manis, ok?"

"Ne, bye bye daddy!" Minnie melambaikan tangan pada daddynya. Nichkhun tersenyum. Dia juga mencium pipi si kembar. "Hei, kalian juga harus jadi anak yang baik, ok?"

"Ye!"

Nichkhun mendekati Wooyoung dan mengecup bibirnya. "Aku pergi dulu."

Wooyoung mengangguk. Mengikuti suaminya bersama anak-anak sampai kedepan pintu. Setelah mobil ayah mereka menghilang dari pandangan, Wooyoung mengiring anak-anaknya ke atas untuk dimandikan.

 

**********************

 

Pertemuan antara wali murid dan pihak sekolah itu, tidak selama yang Wooyoung kira. Hanya menghabiskan waktu dua jam. Pihak sekolah memperkenalkan orang tua murid satu persatu, membahas tentang peraturan sekolah, dan biaya masuk ke sekolah itu. Wooyoung sedikit terbelalak mendengar biaya yang harus dia bayar untuk persemesternya. Tapi dia akui, sekolah ini termasuk sekolah elit dan mewah, jadi sepantasnya memakan biaya yang besar. Nichkhun yang menginginkan anak-anaknya untuk bersekolah di sini. Karena dia dan saudara-saudaranya juga bersekolah disini. Dia mengakui  pendidikan yang di berikan di sekolah ini sangat baik, jadi dia menginginkan anak-anak menjalani pendidikannya disini juga.

Sekolah ini sudah lama didirikan, dan menyediakan fasilitas lengkap, mulai dari sekolah taman kanak-kanak, sampai ke universitas. Mereka juga menyediakan asrama bagi para siswa yang berasal dari luar kota. Lingkungannya nyaman. Pepohonan tumbuh dengan baik, beberapa ada puluhan tahun umurnya. Pepohonan itu memberikan udara yang sejuk, dan terlihat indah. Sekolah itu juga memiliki halaman yang luas yang di tumbuhi berbagai macam tanaman bunga. Wooyoung membandingkan sekolahnya dulu di Busan. Dia dan saudaranya hanya bisa bersekolah di sekolah milik pemerintah, dan itu gratis. Orang tuanya mereka tidak akan sanggup membiayai jika mereka bersekolah di sekolah swasta.

Karena hari masih pagi, Wooyoung merasa sayang jika mereka harus pulang kerumah, dia mengajak anak-anak pergi ke Mall. Dia ingin membeli beberapa pakaian untuk si kembar dan Minnie. Membeli beberapa buku untuk belajar si kembar, dan juga membeli beberapa buku gambar untuk mereka. Mereka juga akhirnya mendapatkan mainan baru, hanya dengan memberikan aegyo untuk merayu appanya, Mason dan Jason mendapatkan mobil-mobilan, sedangkan Minnie mendapatkan boneka Minie Mouse.

"Appa, ayo kita pergi ke kantor daddy? " Ajak Mason, setelah mereka berada di dalam mobil.

"Ya! Appa ayo kekantor daddy!" teriak Jason kegirangan. Dia sangat mendukung ide hyungnya.

"Daddy! Daddy!" Minnie juga setuju dengan keinginan oppanya,dia bertepuk tangan sambil cekikikan dalam pelukan Wooyoung.

"Appa tahu, kalian ingin bertemu daddy karena ingin memamerkan mainan baru kalian, kan?"

"Ne!" teriak mereka serentak. Kemudian tertawa cekikikan.

"Tapi daddy ada pertemuan penting. Jika kita kekantornyapun, kalian tidak bisa bertemu dengan daddy." 

"Kita menunggu di dalam kantor daddy saja, appa." kata Mason, dengan sinar mata memohon.

"Baiklah." akhirnya Wooyoung mengalah. "Mr Lee, kita tidak jadi pulang. Antarkan kami ke kantor saja." pinta Wooyoung pada sopir yang membawa mereka.

"Baik tuan." jawab sang sopir tersenyum melalui kaca spion. Lalu membawa mobil ke arah kantor Nichkhun yang memang tidak jauh dari Mall yang mereka datangi.

 

Sampai di lantai kantor ayahnya, Mason dan Jason keluar sambil berlari. Minnie sebenarnya juga ingin berlari mengejar oppanya. Tapi karena dituntun appanya dia tidak bisa berlari dengan cepat.

"Cepat! Appa, cepat!" teriaknya sambil menyeret appanya dengan tidak sabar.

"Sabar, sayang. Jika kau berlari seperti oppamu, kau bisa terjatuh." Wooyoung tersenyum melihat ketidak sabaran putrinya untuk menyusul oppanya.

Tapi ketika dia sampai di depan pintu kantor suaminya, dia melihat kembar berdiri kebingungan. Dia juga tidak melihat sekretaris suaminya yang mejanya terletak di depan pintu. 

"Appa, ayo kita pulang. Kami tidak mau masuk kekantor daddy." Mason menarik tangan appanya menjauhi kantor ayahnya.

"Eh! Mengapa? Tadi kalian ingin sekali kesini, tapi setelah sampai kalian ingin pulang." Wooyoung mengabaikan Mason dan melepaskan tangannya yang ada dalam genggaman tangan anaknya. Dia mencoba membuka pintu.

"Tidak! Appa tidak boleh masuk!" Jason mendorong tubuhnya.

"Bukankah daddy tidak ada di dalam, mengapa kita harus menunggu di luar? Kalian ini aneh, appa jadi bingung."

"Daddy ada di di dalam. Dia bersama..." Mason tidak melanjutkan perkataannya. Dia kebingungan dan sedikit takut.

"Mason! Ada apa? Bersama siapa daddy di dalam?" tanya Wooyoung panik, dadanya terasa sakit. Melihat Mason membisu dan sepertinya dia tidak bisa menjawab, perhatiannya berpindah ke Jason yang juga dalam kebingungan sambil memainkan jemarinya. "Jason!" seru Wooyoung meminta jawaban dari putra keduanya.

"Daddy sedang bersama auntie. Mereka memeluk dan mencium." jawabnya polos, lirih, hampir tidak terdengar.

"Apa!" seru Wooyoung, Dia tidak percaya dengan anaknya, dan mecoba membuka pintu. Kali ini kembar tidak mencoba melarangnya.

Terdengar suara tertawa dari dalam. Wooyoung membuka pintu, perlahan. Lalu terdengar suara merdu seorang wanita.

"Kitakan sudah memiliki anak. Jadi kau tahu bagaimana rasanya."

"Aku tahu. Tapi tetap saja itu sebuah keajaiban. Bagaimana aku mengendong mereka untuk pertama kali...."

Itu suara suaminya! Oh mereka punya

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ShinPM98
#1
Chapter 5: Aku berharap kk mw membuat sequel utk Taeyang ini :(( aku pengen wooyoung hidup bahagia.. Khun tega banget ㅠ.ㅠ somehow pengen liat Khun tahu Taeyang anaknya >,<
lilaciyma2689 #2
Chapter 5: chapter 5: sequalnya ada ngak? maunya khun kembali sama woo and taeyang..bikin woo ama taeyang bahagia.
lagian khun ngak cinta sama istrinya. cian sama Woo n anaknya udah menderita
nuneoTAMA #3
Chapter 5: taeyang ceritanya serius nge-kill/// aku sedih bacanya
nuneoTAMA #4
Chapter 4: chp 4 : aku benci endingnya.... aku merasakan apa yang khunie rasakan... woo kau tega.... kau terlalu polos
aririska #5
yang taeyang itu g ada sequelnya kh?? padahal seru kayaknya kalo dilanjutin .. hehe
aririska #6
Chapter 1: sad ending sih ... tp keren banget ... semangat bikin yang lebih keren lagi y author nim ...
jangwooyoung0730
#7
Chapter 7: Hahahahahahahaha. Aku lupa cerita yg asli sblm sequel ini. Huhuhu.
Khun maafkan aku. Tapi adek mu cantik khun. Boleh lah kali kali adek mu dipasangkan dengan woo. Hahahaha. Yah walaupun jawabannya sudah pasti tidak. Hahahaha. Tp aku mau chereen dengan woo khun. Mereka serasi gitu loh. Mwahahahaha *ketawa ala nedyong* hahaha.

Okay okay. Junhooo. Suka kalo wooho udah jd brother. Hahaha. Cutee cutee. Iiih mason sama jason kayaknya kucu bgt dah. Padahal blm ga tau jason mukanya kayak mana. Hahaha. Tp mereka pasti kucuuu. Ga terlalu suka ah sama minnie. Parno sama yg nyangkut dg minnie atau mickey atau berbie. Hahahaha.

Lanjut lah. Cerita yg lebih menyakitkan kali kali authornim. Yg bisa menyayat nyayat hati ampe hati patah beribu ribu gitu. Tantangan buat aku~~ hahaha. Biar bumbu ceritanya makin sedap konflik nya harus lumayan agk yg berat. Hahaha. (Padahal ga suka yg berkonflik) tp mau baca nih yg lumayan konfliknya agak berat. Tp jangan berat bgt lah. Hahaha.
Okay setooop.
hwootestjang #8
Chapter 7: Jangan bilang bosan deh.. Suka bangat.. Aku aja belum boleh move on darinya..
ShinPM98
#9
Chapter 7: I like the sequel of "I am Sorry but I Love You" hehehe wooyoung hamil lg astaga hahaha... XD