Only you 2

Forever Khunyoung : One-Shot Collection
Please Subscribe to read the full chapter

Wooyoung POV

 

Aku berlari meninggalkan Khun hyung, melihat matanya yang berkaca-kaca, aku seperti merasakan kesedihannya. Ketika aku mengatakan telah jadian dengan Minho hyung. Entah mengapa aku juga merasa sedih berpisah dengan Khun hyung. Aku masih ingin berteman dengannya walaupun sekarang aku telah menjadi pacar resmi Minho hyung.

 

Siang tadi, ketika aku berada di kantor guru, aku bertemu dengan Minho hyung.

 

"Youngie!" Seru Minho hyung memanggil namaku.

Aku menoleh, dia sedang berjalan kearahku. "Oh, anneyohaseyo hyung!" aku membungkukkan badan ke arahnya. 

"Mengapa kau tidak muncul di ruang osis. Beberapa hari ini aku telah menunggumu datang ke ruangan itu." Katanya sambil meremas pundakku lembut.

"Maaf, aku sibuk hyung." jawabku 

"Benarkah?. Atau kau sengaja menghindariku?" Minho hyung tersenyum sedikit, tangannya masih di pundakku.

"A-aku hanya tidak ingin menganggumu hyung, jadinya aku tidak pergi keruang osis lagi." jawabku gemetar karena Minho hyung mengetahui kebohonganku.

"Babo. Pulang nanti datanglah kesana, ada yang ingin aku sampaikan padamu." bisiknya lembut di telingaku.

"Baik." jawabku, merinding merasakan nafasnya berhembus di telingaku. Aku membalas lambaian tangannya yang pergi meninggalkan ruang guru. 

 

Aku gelisah selama pelajaran terakhir. Semua yang di katakan oleh guru di depan kelas, tidak masuk ke dalam otakku. Setelah kembali dari ruang guru, seharusnya aku pergi ke atap untuk menemui Khun hyung, tapi aku lupa. Aku duduk termenung di bangku kelasku, dan ketika aku sadar, jam istirahat sudah berakhir.  Aku sangat penasaran dengan Minho hyung, dan bertanya dalam hati, apa yang ingin dia sampaikan padaku. 

Ketika bel tanda pelajaran berakhir, aku melesat meninggalkan ruang kelas dan bergegas ke ruang osis. Sampai di depan pintu, aku berdiri gugup dan mengetuk pintunya.

"Masuk!" 

Aku membuka pintu dan melihat Minho hyung sedang duduk di kursi. "Ayo mendekatlah, duduk di sofa itu, mengapa hari ini kau terlihat malu-malu." katanya sambil bercanda dan membuat kedua pipiku memanas. Aku berjalan ke sofa dan menjatuhkan tasku di atas meja, kemudian duduk. Minho hyung duduk di sebelahku, tangannya merangkul pundakku. Seketika itu pula, tubuhku menjadi kaku.

"Jangan gugup begitu, duduklah dengan santai." 

Aku melemaskan badanku dan tersenyum. "Hyung, apa yang ingin kau sampaikan padaku?" aku mendesaknya. Aku tidak sabar, dan aku harus segera bertemu Khun hyung di pintu belakang, meminta maaf karena istirahat tadi aku tidak menemuinya di atap.

"Youngie, mau jadi pacarku?"

Aku menatapnya dengan mulut terbuka, terkejut. Apa aku tidak salah dengar? "M-maksudmu hyung?"

"Dua hari yang lalu, aku sudah putus dengan pacarku. Kami bertengkar, dan memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami."

"Hyung, m-mengapa aku? K-kau pasti bercandakan?" Aku berkata gugup, masih tidak percaya dengan perkataannya, dan jantungkupun berdegup kencang. Disekolah ini banyak yang ingin menjadi pacar Minho hyung. Tapi mengapa dia memilih aku? Walaupun aku tidak ingin menjadi yang kedua selamanya, tapi aku tidak bisa bersaing dengan para yeoja yang mengantri ingin menjadi pacarnya.

"Aku tidak bercanda, untuk apa aku repot mencari yang lain jika sudah ada kau. Aku merasa nyaman jika bersama denganmu, aku ingin menjadikan kau pacarku yang sesungguhnya. Bukan yang kedua lagi. Itupun jika kau masih menyukaiku." 

"Uhm." Aku mengangguk, dan tertawa, ketika dia menarik tubuhku ke tubuhnya, memelukku. Ini adalah pertama kalinya kami berpelukan, Bukan pelukan pertamaku, karena aku telah melakukan lebih dari sekedar berpelukan, tapi tetap saja rasanya berbeda.

"Ayo, kita pergi. Aku akan mengantarmu pulang." ajak Minho hyung dan menarik tanganku.

"Hyung, maukah kau menungguku di depan gerbang sebentar, ada yang harus aku lakukan?" 

"Baiklah, tapi jangan lama-lama, ok!"

Aku mengangguk, dan langsung pergi ke pintu belakang sekolah, tempat aku dan Khun hyung biasa bertemu.

 

________________________________________________________________________________________________________________________________________

 

 

Sudah hampir dua bulan aku berhubungan dengan Minho hyung secara diam-diam. Kami akan bertemu di ruang osis ketika jam istirahat, menemaninya belajar, karena siswa kelas dua sebentar lagi akan ujian. Kemudian bertemu di tempat parkir untuk pulang bersama. Aku juga sering melihat Khun hyung keluar masuk perpustakaan, tapi aku juga sering melihatnya pergi ke atap sekolah sendirian. Mungkin untuk merokok, atau menghabiskan waktu. Aku tidak mengerti, mengapa dia membohongiku waktu itu. Katanya dia tidak akan pergi keatap lagi, tapi ternyata dia masih datang ketempat itu.

Kadang terbersit niatku menyusulnya kesana, bercanda dan tertawa bersamanya seperti dulu. Dia yang selalu menghiburku dengan lelucon segarnya, selalu mendukungku ketika aku menyerah dengan Minho hyung. Dan selalu menghabiskan bento yang di buatanku.

Ohh. Apakah aku merindukannya?

Tidak! Aku harap perasaan ini bukan itu. Aku harus menahannya, aku sudah punya pacar, aku tidak ingin menghianati dan menyakiti Minho hyung.

Aku juga tidak ingin menyakiti Khun hyung.

 

Tapi orang yang aku pikirkan selama beberapa hari terakhir ini memiliki perasaan yang sama. Malam itu, ketika aku selesai belajar, hpku yang ada di atas tempat tidur, berbunyi  dan itu nomor Khun hyung. Dengan ragu aku menjawab panggilan itu.

"Y-yeoboseyo?" Lalu sambungan itu putus. Aku melongo menatap layar hp, bingung. Kemudian aku mengirimkan pesan singkat untuknya.

'Hyung?'

'Maaf, aku salah menekan nomor. Tidurlah lagi.' jawabnya cepat.

'Aku belum tidur, hyung.'

Tidak ada jawaban. Aku membaringkan tubuhku ke tempat tidur. Mungkin dia memang salah menekan nomor. Aku menatap layar hpku, masih menunggu jawaban darinya. Aku menjatuhkan hp ke dadaku, kaget. Ketika Khun hyung menghubungiku lagi. 

"Woo, kau belum tidur?"

"Ya, hyung?"

"Kalau begitu aku telah menganggu belajarmu?"

"Tidak, aku sudah selesai belajar."

"Ohh."

Hening.

"Hyung, ada apa?" tanyaku penasaran.

"A-ku hanya ingin mendengar suaramu. Sudah lama kita tidak bertemu."

"Sudah dua bulan hyung."

"Ya sudah dua bulan. Aku sibuk belajar untuk persiapan test."

"Aku mengerti, aku juga melihatmu keluar masuk perpustakaan." aku mendengarnya terkekeh.

"Siswa asing sepertiku, harus banyak belajar, kalau tidak bisa-bisa nilaiku jelek."

"Jangan merendah hyung, aku tahu kemampuanmu. Aku percaya, nilaimu pasti yang paling tinggi." aku mendengarnya menarik nafas.

"Bagaimana keadaanmu? Apa semuanya baik-baik saja? Apa dia baik padamu?" tanyanya lembut.

"Uhm." Aku mengangguk lalu tersenyum. Lupa jika dia tidak bisa melihatku. "Aku baik-baik saja hyung. Minho hyung sangat baik padaku."

"Baguslah kalau begitu. Sekarang aku harus memutuskan hubungan, sudah malam. Dan kau juga harus segera tidur." 

"Hyung, tunggu!" teriakku.

"Ada apa?"

"Hyung, a-aku...... Aku ingin bertemu. Aku rindu padamu." Aku mulai menangis. Aku memang sudah tidak bisa menahan kerinduanku padanya.

"Hei, tidak perlu menangis. Besok kita bisa bertemu di sekolah, ok?"

"Itu tidak cukup hyung. Aku ingin bersamamu." Tak perlu di jelaskan, Khun hyung tahu apa yang aku inginkan. Aku berharap dia juga memiliki keinginan yang sama.

Hening sejenak, Khun hyung tidak langsung menjawab. Aku mendengar dia menghela nafas lagi. Kali ini lebih panjang.

"Sepulang sekolah besok, temui aku di hotel biasa. Aku akan menunggumu di sana." akhirnya dia bersuara.

"Baiklah. Tapi hyung, aku mungkin...."

"Aku mengerti Woo. Aku akan tetap menunggumu, dan hubungi aku jika kau tidak bisa datang." jawabnya dengan penuh pengertian.

"Terima kasih hyung. Dan maaf, aku telah....."

"Ssshhhhh. Kau tahu Woo, aku juga merindukamu." ujarnya lembut. 

Hatiku lebih tenang setelah mengetahui dia merindukan aku juga. Kami memutuskan hubungan setelah dia mengucapkan selamat malam dan menyuruhku untuk segera tidur. 

 

 

Sore itu, kami berada dalam Love Hotel, tempat yang biasa kami sewa. Aku sedang berada di bawah tubuhnya yang bergerak liar membawaku menuju puncak.

"Hyung... lebih cepat. Uhh! aku...... hampir......please!" kataku penuh nafsu.

Dia menuruti permintaanku, menyodorkan juniornya dengan keras kedalam holeku. Kepalaku menyentuh bedhead, lalu dia menahannya, agar tidak terbentur, sesekali dia akan menarik kepalaku ke arahnya dan melumat bibirku. Aku membalasnya dengan melumat bibirnya dengan rakus.

"Faster, hyung!.......Fast......er ahhh..!" Aku berteriak kencang ketika aku mencapai klimaks dan menyemprotkan cairan ke perutku. "Ahhh. aku kembali berteriak, ketika merasakan cairan hangat disemprotkannya di dalam holeku, tubuh Khun hyung bergetar hebat, mengosongkan juniornya. Aku merasa sebagian ada yang mengalir keluar. Kemudian tubuh Khun hyung runtuh di atas tubuhku.

Kami mengatur nafas kami, sambil berpelukan, tubuh Khun hyung bersinar karena keringat. Khun hyung mengangkat tubuhnya dan berbaring menyamping, menghadapku. Matanya menatap dengan lembut.

Aku bergerak berbaring menyamping juga dan merapatkan tubuhku ketubuhnya, membenamkan wajahku kedadanya,  malu karena di tatap seperti itu.

Dia terkekeh di rambutku yang lembab. "Lihat, dua bulan kita tidak bertemu, mengapa kau bertambah manja padaku? Aku jadi ingin tahu, apakah kau juga bermanja-manja dengan pacarmu seperti ini."

"Hyung, jangan bawa namanya di saat seperti ini. Hanya ada aku dan kau saat ini. Dan aku ingin menghabiskan waktu denganmu tanpa ada orang lain di antara kita." Aku mengangkat kepalaku dan menatap wajahnya. 

Dia tersenyum dan mendekatkan wajahnya untuk mencium bibirku. Aku menerimanya dengan senang hati, dan membalas ciumannya. Lalu dia melepaskan bibirnya dan beranjak dari tempat tidur. 

"Kita harus pergi, hari sudah malam."  katanya lalu masuk kekamar mandi. Aku menunggunya keluar dari kamar mandi, karena kami harus bergantian. Setelah kami berganti baju, kami meninggalkan hotel dan berjanji untuk bertemu lagi.

 

Setelah sore itu, kami sering melakukannya. Aku akan menghubunginya jika aku bebas, tidak bersama Minho hyung. Dan Khun hyung selalu bersedia jika aku mengajak untuk bertemu. 

Hubunganku dengan Minho hyung tidak bertambah baik, tapi tidak juga berubah buruk. Dia memperlakukanku dengan sopan, hanya sampai mencium kening dan memeluk, dan tidak pernah lebih dari itu. Mungkin dia masih merasa aneh dengan hubungan kami. Tapi aku tidak peduli, ada Khun hyung yang selalu memenuhi rasa frustasiku.

Tebakanku yang mengira Khun hyung akan menjadi siswa nomor satu, ternyata benar. Namanya berada di urutan teratas dengan nilai yang sempurna, di susul dengan Minho hyung. Aku meliahat Minho hyung kecewa, tapi dia bertekad akan memperbaikinya di semester berikutnya. Setelah ujian itu selesai, aku banyak menghabiskan waktu dengan Minho hyung. Beberapa kali kami keluar untuk kencan, nonton dan pergi ketempat-tempat dimana kami bisa menghabiskan waktu.

Besok, kami berjanji akan pergi ke taman hiburan. Minho hyung ingin menebus kesalahannya, karena waktu itu tidak bisa datang. Aku sedang berada di kamarku, bersiap untuk pergi, kemudian hpku berbunyi.

Aku mengambilnya dan melihat nomor Khun hyung. Dia mengajakku bertemu di depan taman hiburan tempat kami bertemu untuk pertama kali. Aku bingung, untuk menjawabnya, karena aku juga telah berjanji untuk pergi ketaman itu bersama Minho hyung.

Tapi aku ingat, Khun hyung selalu ada untukku, selalu menghiburku dan selalu peduli dengan keadaanku. Kemudian aku menghubungi Minho hyung untuk membatalkan rencana kami. 

Aku melihat Khun hyung berdiri di depan gerbang sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Hari ini memang terasa dingin, Tapi taman hiburan itu tetap ramai.

"Khunnie!" Aku berteriak memanggil namanya.

Dia menoleh dan melihatku. Tersenyum lebar karena aku memanggil namanya seperti itu.

"Maaf aku datang terlambat." Aku mendekatinya dan tersenyum melihat betapa tampannya dia dengan pakaian itu. Tapi dia selalu tampan, walaupun dia tidak memakai pakaian apapun. Aku merasa pipiku menghangat.

"Aku juga baru sampai. Ayo kita masuk. Aku tadi sudah membeli tiket." 

Aku mengangguk dan meraih tangannya yang terulur kearahku. Kami bergandengan tangan dan masuk, mengabaikan tatapan sinis beberapa pengunjung. Khun hyung membawaku bermain pada semua wahana dan game yang ada di taman itu. 

"Hyung belikan aku permen kapas itu!" aku mendekati penjualnya dan memintanya untuk memberikan satu untukku.

"Hanya ini?" 

"Hyung kau akan menyesal telah berkata seperti itu."

"Hei, jika kau mau, Aku akan membelikanmu sebuah taman bermain seperti ini beserta semua isinya."

Aku tertawa, tidak percaya dengan perkataannya. "Kalau begitu kau harus mendapatkan boneka beruang putih itu untukku." Aku menunjuk sebuah boneka yang ada di sebuah game. Khun hyung mengangguk dan menarik tanganku menuju game itu. Dengan sepuluh kali kesempatan akhirnya boneka itu berada dalam pelukanku.. 

"Sekarang, ayo kita naik Ferris wheel." ajaknya

Aku kerepotan membawa boneka itu dengan satu tangan, sedangkan yang satunya berada dalam genggaman tangannya. Khun hyung mengambil boneka itu dan membawanya kedalam pelukannya dengan satu tangan.

"Hyung, bukankah kau takut ketinggian, mengapa kau mengajakku menaikinya?"

"Aku hanya ingin berada di ruangan yang sempit bersamamu, kau tahu, selama ini jika kita di dalam kamar, kita hanya melakukan 'itu'." Dia tersenyum menggoda.

Aku membalas senyumannya. Kami masuk kedalam antrian, dan tidak berapa lama, kami sudah berada dalam ruangan. 

Kali ini aku duduk dengan tenang, hanya sesekali aku menatap pemandangan dari jendela kaca.

"Woo, mungkin ini pertemuan kita yang terakhir." Ucap Khun hyung lirih. 

Aku menoleh, menatap wajahnya tajam.

"Aku dan pacarku sudah baikan. Dia tidak jadi menikah. Ketika dia mendatangiku dan mengajak berpacaran lagi, aku langsung menerimanya. Aku masih mencintainya."

"Benarkah? Selamat hyung! Aku senang mendengarnya." Aku berteriak kegirangan, tapi mengapa hatiku terasa sakit? Tanpa sadar airmataku turun ke pipi.

Khun hyung tersenyum lembut, tangannya menangkup pipiku dan menghapus airmataku dengan jempol tangannya. 

"Kau ini, mengapa cengeng sekali sih."

Aku makin terisak. Hanya di depannya aku bisa menjadi diriku sendiri, tanpa mau-malu aku menangis kencang. Khun hyung memeluk tubuhku dan mengelus punggungku untuk menenangkanku.

"Tidak bisakah kita tetap berteman hyung?" Aku masih tidak rela melepaskannya.

"Aku tidak ingin menyakitinya Woo, kaupun pasti tidak mau menyakiti pacarmu. Kita harus mengakhiri hubungan ini."

"Tapi aku boleh kan menyapamu di sekolah?"

"Tentu. Aku akan marah padamu, jika kau tidak menyapaku ketika kita berpapasan di sekolah." katanya menatapku dan tersenyum.

Aku tersenyum juga, dan berhenti menangis. Khun hyung melepaskan pelukannya.

"Mulai saat ini kau harus bahagia, ok! Dan kau harus bisa menjaga dirimu sendiri. Sekarang tidak ada lagi Khun hyung yang akan menolongmu."

"Uhmm." aku mengangguk. "Hyung juga harus bahagia, tidak boleh membuatku khawatir lagi." 

"Hei, kapan aku membuatmu khawatir?" 

Aku terkikik, dan kerkesiap ketika Khun hyung mencium bibirku. Aku memejamkan mata, menikmati ciumannya. Ciuman terakhir ini terasa lembut, lebih intens dan terasa lebih pribadi. Aku mendesah ketika dia menghentikan ciumannya dan mengusap liur pada bibir bawahku. Aku membuka mata dan menatapnya sayu.

Please Subscribe to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ShinPM98
#1
Chapter 5: Aku berharap kk mw membuat sequel utk Taeyang ini :(( aku pengen wooyoung hidup bahagia.. Khun tega banget ㅠ.ㅠ somehow pengen liat Khun tahu Taeyang anaknya >,<
lilaciyma2689 #2
Chapter 5: chapter 5: sequalnya ada ngak? maunya khun kembali sama woo and taeyang..bikin woo ama taeyang bahagia.
lagian khun ngak cinta sama istrinya. cian sama Woo n anaknya udah menderita
nuneoTAMA #3
Chapter 5: taeyang ceritanya serius nge-kill/// aku sedih bacanya
nuneoTAMA #4
Chapter 4: chp 4 : aku benci endingnya.... aku merasakan apa yang khunie rasakan... woo kau tega.... kau terlalu polos
aririska #5
yang taeyang itu g ada sequelnya kh?? padahal seru kayaknya kalo dilanjutin .. hehe
aririska #6
Chapter 1: sad ending sih ... tp keren banget ... semangat bikin yang lebih keren lagi y author nim ...
jangwooyoung0730
#7
Chapter 7: Hahahahahahahaha. Aku lupa cerita yg asli sblm sequel ini. Huhuhu.
Khun maafkan aku. Tapi adek mu cantik khun. Boleh lah kali kali adek mu dipasangkan dengan woo. Hahahaha. Yah walaupun jawabannya sudah pasti tidak. Hahahaha. Tp aku mau chereen dengan woo khun. Mereka serasi gitu loh. Mwahahahaha *ketawa ala nedyong* hahaha.

Okay okay. Junhooo. Suka kalo wooho udah jd brother. Hahaha. Cutee cutee. Iiih mason sama jason kayaknya kucu bgt dah. Padahal blm ga tau jason mukanya kayak mana. Hahaha. Tp mereka pasti kucuuu. Ga terlalu suka ah sama minnie. Parno sama yg nyangkut dg minnie atau mickey atau berbie. Hahahaha.

Lanjut lah. Cerita yg lebih menyakitkan kali kali authornim. Yg bisa menyayat nyayat hati ampe hati patah beribu ribu gitu. Tantangan buat aku~~ hahaha. Biar bumbu ceritanya makin sedap konflik nya harus lumayan agk yg berat. Hahaha. (Padahal ga suka yg berkonflik) tp mau baca nih yg lumayan konfliknya agak berat. Tp jangan berat bgt lah. Hahaha.
Okay setooop.
hwootestjang #8
Chapter 7: Jangan bilang bosan deh.. Suka bangat.. Aku aja belum boleh move on darinya..
ShinPM98
#9
Chapter 7: I like the sequel of "I am Sorry but I Love You" hehehe wooyoung hamil lg astaga hahaha... XD