short #3

sepasang mata: koleksi karangan pendek

alternate universe - chansung adalah seorang artis ternama, junho hanyalah seorang mahasiswa.


Lee Junho hanyalah seorang mahasiswa di Universitas yang letaknya tak jauh dari Kedai Kopi Estrella. Dia memiliki pekerjaan sampingan sebagai seorang karyawan di Pet Shop yang ada di blok yang sama dengan kedai kopi itu. Hidup Junho memang normal, dan dia cukup senang dengan kehidupan yang ia miliki saat itu, apalagi dengan adanya Kedai Kopi Estrella.

Kedai Kopi Estrella milik Kim Minjun itu kedai kopi kecil yang tidak ramai pengunjung tetapi patut dibilang sebagai 'rumah'-- atau paling tidak itu yang ada di benak pikiran pemuda bersurai pirang itu. Ia senang berada disana. Para pelanggan tetap di kedai itu dan juga para karyawan sudah seperti keluarga Junho sendiri. Intinya, ia merasa nyaman. Selalu saja ada kejadian istimewa yang terjadi di kedai itu. Kejadian istimewa yang berbeda dan sangat berbeda dari yang lainnya.

Satu kejadian yang istimewa bagi Junho adalah saat ia bertemu dengan Hwang Chansung yang secara tidak sengaja mampir ke kedai itu dengan alasan mencari temannya, Jang Wooyoung  (yang memang merupakan pelanggan tetap kedai itu). Iya, Hwang Chansung yang biasa dikenal sebagai Mason di layar kaca. Junho tidak pernah mempercayai hari itu, hari dimana dia bertemu Hwang Chansung.

Hwang Chansung adalah pria yang menyenangkan. Dia banyak berbicara dan sangat mudah berteman dengan orang-orang yang baru ia temui. Chansung memiliki senyuman yang dapat membuat taman hati Junho berbunga-bunga dengan begitu cepatnya. Junho berbeda dengan Chansung. Dia bukan tipikal seseorang yang bisa dengan mudahnya mencari topik pembicaraan. Dia pemalu, dia gampang sekali khawatir dan beberapa hal yang ia lakukan selalu saja malah berakhir dengan membuat Junho malu.

Sejak pertemuan mereka yang tak disengaja itu, Chansung menghampiri kedai kopi itu pada hari Kamis pada pukul enam sore. Saat itu, memang jarang pengunjung yang datang. Pada saat Chansung memasuki kedai itu, Junho biasanya sudah terduduk di pojokan dengan karamel macchiato favoritnya (yang dibuat oleh Nichkhun Horvejkul-- heh dia barista yang hebat) dan dengan laptop yang ia letakan diatas meja.

Chansung akan menyapa Junho lebih dahulu. Biasanya topik awal selalu meliputi jadwal konser Chansung dan bandnya yang sibuk, lalu dilanjutkan dengan kegiatan Junho di kampus dan lain-lainnya. Kadang Junho berpikir kapan Chansung akan menyadari perasaan Junho. Ya, ia hanya bisa berharap.

--

"Kau termenung lagi" ucap Chansung pelan. Kacamata yang ia pakai sedikit dinaikan agar tidak terlalu menyentuh hidungnya.

Hari itu adalah hari Kamis. Langit tidak secerah hari-hari sebelumnya di minggu itu. Awan-awan hitam menutupi indahnya langit senja yang selalu Junho kagumi. Hujan bukan sesuatu yang ia benci juga, toh, senja ataupun hujan adalah dua hal yang termasuk dalam daftar 'keindahan alam' versi Lee Junho.

Junho menerjapkan mata. Sejak kapan wajah Chansung begitu dekat dengan wajahnya? Begitu dekat sampai Junho dapat dengan mudah menatap sepasang manik mata indah milik Chansung. Manik mata dengan warna cokelat muda yang mengingatkannya dengan cokelat-cokelat batangan di toko yang tak kalah mahalnya.

"Ah. Iyakah?" Ucap Junho pelan sembari memundurkan kursi yang ia duduki. Meski ia senang dengan jarak wajah dirinya dan Chansung, tetap saja ia tidak mau bertingkah ceroboh.

Chansung menaikan kedua alis matanya dengan bingung. Junho menatap kosong Chansung yang terlihat kebingungan. Jujur, Junho tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Ia memilih untuk memfokuskan dirinya ke jalanan yang ada tepat di luar kaca.

"Nuneo," Junho dapat mendengar suara Chansung yang memanggil namanya dengan lembut. Suara Chansung selalu terdengar seperti  nyanyian indah yang menggema di telinga Junho. Suara yang berat dan sedikit nge-bass itu. Suara yang bisa membuat jatuh hati banyak wanita atau bahkan pria. Seperti Junho.

Junho mendongakkan wajahnya. Sepasang manik mata hijau kebiru-biruan miliknya itu selalu diselimuti oleh kegelisahan yang tiada duanya. Tanpa Junho sadari, ia mengigit bibir bagian bawahnya dengan pelan, menunggu Chansung mengatakan sepatah atau dua kata.

Chansung beranjak dari tempat duduknya, menarik pelan tapi paksa tangan Junho dan berbisik. "Kau perlu udara segar?" Itu yang Junho dengar di telinganya. Lagi-lagi suara indah Chansung menggema di telinga Junho, menyebabkan mahasiswa muda itu menjadi diam mematung.

Junho mengangguk pelan setelah teringat kalau Chansung memang benar-benar sedang memegang erat tangannya. Tangan Chansung yang jauh lebih besar memegang protektif tangan Junho yang sedikit lebih kecil dari milik Chansung. Junho merasa bulu kuduknya bergidik. Ia tidak pernah merasakan tangan Chansung yang sehangat ini.

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
oshalalala #1
Chapter 3: Ffnya bagus, walo cuman drabble dan cerita pendek. Aku suka pemilihan diksinya. Tdk berlebihan, simple, tapi mudah dimengerti dan bisa menggambarkan dgn jelas. Ditunggu lanjutannya author-nim ^^
pipikya #2
Chapter 3: Kenapa kurang yakin? Aku malah suka sekali dengan gaya penulisan yang digunakan. Terus berkarya ya ^^ part2 ditunggu ^^
pipikya #3
Chapter 2: Mereka memang tidak bisa. Tapi author bisa kan mengangkat drabble ini menjadi sebuah fanfiction yang utuh :3 hehe
pipikya #4
Chapter 1: Drabble yang pendek, sepertinya terlalu pendek malah wkwk
Fell-nya udah dapet, tapi kurang nyampe(?) hehe
KidMoonlight #5
Chapter 3: Mau baca bagian kedua !!
KidMoonlight #6
Chapter 2: Lanjutkan thor!!! Seneng deh bisa baca FF ChanHo
channelca #7
ini masih di lanjutin lagi kan author? lanjuti donk tapi jangan lama2... ceritanya seru penasaran sama kelanjutannya