Chapter 2

Innocent Bride
Please log in to read the full chapter

Pagi ini Luhan bangun lebih awal. Sehun mengajaknya untuk ikut bermain ke rumah tetangga yang bernama Kris dan Tao ini. Jantungnya berdebar kencang. Memang dari dulu jika dia akan berkenalan dengan orang baru, ia akan meragukan dirinya sendiri, tapi kali ini situasinya beda. Benar, beda karena ia sudah menikah. Dan tentunya Luhan tak ingin mempermalukan Sehun atau dirinya sendiri karena kelakuannya, bukan? Itu yang menjadi beban di hatinya saat ini.

Ya ampun, demi semua pentas solo pianonya yang pernah ia ikuti selama masa-masa sekolah dulu, baru kali ini ia kembali merasakan jantungnya berdebar hebat seperti ini—yang pertama saat ia melakukan pentas solonya pertama kali di usia 7 tahun. Bahkan rasanya saat ia berjalan di altar beberapa hari silam pun ia tak merasa seragu ini pada dirinya sendiri.

Luhan masih duduk gelisah di sofa ruang tamu, menanti Sehun yang entah sedang melakukan apa di kamar mereka dan saat sosok pemuda yang lebih muda empat tahun darinya itu menuruni tangga, Luhan tambah bisa merasakan debaran jantungnya yang serasa mau copot itu.

Perjalanan singkat mereka—tentu saja sangat singkat karena mereka hanya bermain di rumah tetangga seberang, bukan?—kebanyakan dihabiskan Luhan untuk menghela napasnya dengan berat, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Sehun pun hanya diam.

=== S Y E ===

Tao hanya sedang duduk malas sambil menonton televisi ketika ia melihat Sehun berjalan mendekat ke arah halaman rumahnya. Tentu saja ia akan dapat melihat karena sebagian besar rumah bagian depannya menggunakan kaca yang bisa menembus keadaan luar tapi tidak bisa melihat keadaan dalam rumah. (A/N: paham maksudnya? Nggak? Lewati saja)

Ia buru-buru berdiri dan langsung membukakan pintu sebelum pemuda berkulit putih susu itu menekan bel rumahnya.

"Sehunna!" sapanya riang sambil tersenyum senang bak anak kecil dihampiri kawannya untuk bermain. Sehun pun ikut tersenyum. Setelah Tao mempersilakan kedua orang itu masuk dan duduk, ia segera pergi ke dapur dan mengambil jus serta camilan.

"Aku hanya punya roti ini, kuharap kau tidak kecewa," kata Tao sambil meletakkan setoples kue kering di atas meja. "Kenapa kau kemarin tidak kesini?" tanyanya kemudian. Didudukkan tubuhnya. "Oh! Apa ini Luhan?" tanya Tao ketika dilihatnya seorang pemuda yang menatap canggung dan malu padanya.

Sehun menanggapi dengan senyuman. "Maaf, kemarin ada sedikit urusan jadi tidak bisa ke sini. Benar ini Luhan. Aku mengajaknya supaya ia dapat berkenalan denganmu," jawab Sehun. Luhan mengganggukkan kepalanya sambil tersenyum manis.

"Gege kau sangat cantik..." ujar Tao. Terpana pada Luhan yang sedang tersenyum manis itu. Sontak saja Luhan salah tingkah, ia tersenyum canggung sambil membuang wajahnya menghadap lantai. Memang bukan kali pertama ini ia dibilang cantik, sejak ia masih kecil banyak sekali yang menyebutnya cantik bahkan ibunya pernah menyuruhnya mengenakan pakaian wanita lalu memotretnya saat ia baru berumur lima tahun. Aigoo... Luthuna oori Lulu :3 #nahlohmulaifangirling #silakanabaikankalimatterakhi r.

Sehun hanya tersenyum renyah mendengarnya. Ya, ia mengakui saat pertama kali mereka dipertemukan, kesan pertama yang didapat adalah bahwa ada laki-laki yang tidak kalah cantiknya dengan wanita, dan itu adalah calon istrinya—sekarang telah menjadi istrinya.

Kemudian Sehun dan Tao berbincang-bincang akrab, meninggalkan Luhan yang mengeluarkan suaranya hanya ketika ia ditanya, tak terlalu banyak bicara, hanya mengamati dua orang itu. Dalam hati benar-benar ia sangat kagum dengan sosok Sehun yang beberapa kali sempat menggombal untuk Tao. Ada ya orang yang baru kenal bebeberapa hari lalu tapi sudah sangat akrab seperti itu? Batinnya heran. Yah, mungkin dia saja yang kelewat pemalu sehingga tak terlalu memperhatikan sekelilingnya.

Seharian itu, Sehun terus mengajak Luhan lebih banyak bicara. Tao juga ikut membantu Sehun supaya Luhan dapat lebih rileks bicara dengannya. Mereka saling bercanda, kadang sesekali hanya diam karena tak tahu harus bicara apa. Tapi, kemudian Tao akan dengan sengaja melemparkan bantal sofa ke Sehun atau Tao akan bertanya-tanya pada Luhan tentang hubungan mereka. Saat jam makan siang datang, Tao mengajak Luhan ke dapur dan memasak untuk mereka.

"Tapi aku tidak pandai memasak," kata Luhan saat dirinya digandeng Tao menuju dapurnya. Tao memandang namja itu dengan sedikit kaget.

"Jinjja? Lalu selama ini apa Sehun yang memasakkan untukmu?" tanya Tao. Mereka sudah berada di dapur dan kini sedang mengenakan celemek masak sedangkan Sehun ditinggal begitu saja untuk menonton televisi. Luhan mengangguk polos atas pertanyaan Tao barusan.

"Apa masalah jika aku tidak bisa memasak?" tanya Luhan yang langsung diangguki mantap oleh Tao.

"Tentu saja, Gege. Dalam hal ini seperti layaknya pasangan hetero, kita juga harus melayani seperti seorang perempuan terhadap laki-laki. Apalagi kau telah meikah, kau juga harus melayaninya seperti seorang istri," jawab Tao. Ia mulai mengeluarkan sayuran dari dalam kulkas.

"Eh? Bahkan dalam hubungan sesama namja juga haurs seperti itu?" tanya Luhan. Tao kembali menganggukkan kepalanya. Ia hendak memulai memotong sayurannya ketika kemudian dahinya mengerut dan ia berhenti sejenak. "Gege, apa kau belum pernah pacaran dengan namja sebelumnya?" tanya Tao langsung dan Luhan menggeleng. Tao membulatkan matanya. Apa? Jadi ini pengalaman pertama Luhan? Kenapa ia langsung menikah? Pikir Tao dalam hati.

"JINJJA? Kau belum pernah pacaran dengan siapapun tapi kau langsung menikah?" Tao kembali bertanya.

"Aku pernah berpacaran dengan Luna, teman sekelasku saat tahun keduaku tapi putus saat aku lulus," jawab Luhan—tetap polos. Kembali Tao melebarkan matanya.

"Apa kau dulunya straight?" tanya Tao langsung.

"Aku memang straight, sampai sekarang pun masih," jawab Luhan dan Tao mendadak melepaskan pisau yang dipegangnya. Ia tak percaya. Sungguh? Bahkan mereka sudah menikah seminggu lebih tapi Luhan masih straight? Lalu bagaimana dengan Sehun? Apa jangan-jangan mereka berdua straight? Lalu untuk apa menikah? Pertanyaan-pertanyaan itu berkecamuk di dada Tao, tapi sedetik kemudian ia melepaskannya. Sudahlah, itu urusan mereka. Tao hanya mengangguk-angguk kemudian tersenyum.

"Baiklah, meskipun kau straight, tapi aku tetap akan mengajarimu hal-hal yang harus seorang istri lakukan," kata Tao dan dengan itu ia mulai mengajari Luhan untuk memasak.

Selama tiga hari itu Sehun terus membangunkan Luhan di pagi hari lalu mengajaknya untuk ikut bermain ke rumah Tao. Meski di sana mereka hanya sebentar mengobrol, tapi setidaknya karena itu Luhan menemukan suatu kesenangan tersendiri saat bertemu orang-orang baru. Dan bersama Sehun, entahlah.. ia merasa senang namja itu mendukungnya.

Hari ini seharusnya mereka akan kembali bermain ke rumah seberang milik pasangan China yang Luhan ketahui namanya Vitoria dan Hangeng. Tapi, acara tersebut tidak jadi karena sejak pagi buta hujan mengguyur kota itu. Jujur, Luhan sedikit kecewa karena hal tersebut, tapi ya sudahlah, masih banyak waktu.

Luhan hendak mengambil laptop di kamarnya, namun langkahnya terhenti di anak tangga saat ia mendengar bel rumah dibunyikan. Ia segera menuju pintu dan mendapatkan Tao berdiri di sana dengan tubuhnya yang sedikit basah karena hujan.

"Tao," panggilnya. Ia segera menyuruh Tao masuk tapi Tao menolak.

"Aku hanya ingin menghantarkan kue ini untukmu. Kris yang membelinya sebagai oleh-oleh. Sudah ya, Ge, aku harus kembali, kasihan Kris sendirian. Dah, Gege," kata Tao sambil melambaikan tangannya dan tersenyum bak anak kecil. Luhan menerima kue itu.

Saat ia berjalan menuju dapur untuk menaruh kue itu, ia melihat Sehun tengah tiduran di sofa sambil menonton televisi. Ia pun melangkahkan kakinya ke ruang bersantai itu lalu meletakkan kue tersebut di atas meja. Sehun mendudukkan tubuhnya.

"Sebentar akan aku ambilkan piring dan sendok," kata Luhan lalu langsung berlari ke dapur dan kembali dengan dua piring kecil dan dua sendok di tangannya serta tak lupa pisau untuk memotong kue itu.

Ia memotong kue itu untuknya dan Sehun. Sedikit banyak, Luhan mulai melakukan hal-hal yang dianggap perlu sebagai seorang istri. Selama ia bermain di rumah Tao, Tao banyak mengajarinya. Mulai dari membuat masakan yang sederhana, menceritakan bagaimana pasangan sesama jenis melalui hari mereka, serta hal-hal apa saja yang harus dilakukan jika mereka sedang bersama—untuk hal ini Luhan sering tidak melakukannya. Hey! Dia kan masih normal sampai sekarang, tentu saja hal seperti bergelayut manja pada lengan sang suami tidak akan dilakukannya. Oh! Dan Tao juga mengajarinya untuk beraegyo jika ia menginginkan sesuatu seperti misalnya ingin membeli tas merk Gucci.

"Tao tidak mampir?" tanya Sehun sambil menyuapkan kue ke dalam mulutnya. Luhan ikut mendudukkan tubuhnya di samping Sehun. Ia menggeleng. "Katanya kasihan Kris sendirian," jawabnya. Sehun hanya mengangguk.

Selama Sehun menghilang di pagi hari beberapa hari lalu itu—saat Luhan belum mengetahui kemana perginya—ternyata Sehun bermain ke rumah Tao. Disebabkan oleh urusan bisnisnya, Kris harus meninggalkan pandanya tercinta itu selama seminggu, tentu saja menyebabkan kesepian dan kebosanan pada diri Tao. Tapi, karena Sehun selalu meluangkan waktu untuk bermain ke rumahnya, ia tidak terlalu merasa sepi. Dan hari ini Kris pulang. Luhan tidak tahu bagaimana rupa Kris sebenarnya. Ia hanya tahu dari foto yang Tao tunjukkan padanya dan dari cerita-cerita namja panda itu.

"Apakah Kris sering meninggalkan Tao seperti itu?" tanya Luhan. Mereka memakan kue itu dengan lahap sambil menonton televisi.

"Tidak sering. Tapi, jika ia harus pergi, maka itu akan membutuhkan waktu yang lama. Kata Tao dulu bahkan ia hampir ditinggalkan selama satu bulan," jawab Sehun, mengambil potongan kue kedua.

"Mungkin besok saat aku mulai masuk kerja, aku juga akan seperti itu, Hyung," lanjut Sehun. Luhan mengangguk mengerti.

Yah, memang pekerj

Please log in to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
shii_xun
i'm still continuing this fic, dont worry, i ll keep my promises *smacked* anyway, thanks for ur support all these times and please wait a bit more, im so sowwy

Comments

You must be logged in to comment
Exoxosts #1
huaaa aku masih menanti ff ini banget kaak??
OliviaPopeye #2
Chapter 9: Ini akun lama yg passwordnya diingat shii sepanjanghidup nya kah?? ?
femroxanne #3
Chapter 8: Kok gak dilanjut kak, jangan bosen bikin ff dong ayo lanjutin lagi. Ditungguin yw
kaihunhandyo #4
Chapter 8: Waaaaaaa akhirnya di update juga *sujud syukur*
Sumpah ini aku sampe baca ulang dari chapter satu, kangeeen banget sm hunhan {} apalagi di ff ini mereka so sweet bngeet
Exoxosts #5
Chapter 8: Woaaaaaaa ayo dilanjut lagi author! Tapi jangan konflik ya hunhannya, kasiaaan:( aku mau hunhan terus bersatu thor! Jauhkan donghaee huweeee
KikiPurnamaSari #6
Chapter 1: next chapnya kapan jih thor... jngan lama" ya nanti aku lumutan lagi hehehe...
luhan dah mulai suka thu ma sehun... gimna sehunnya ya... kyanya sehun juga dah suka ma luhan
Elfriyoung #7
Chapter 7: Aaah ga apdet apdet yaaa penasaran banget udahan ini :( dari berbulan bulan yg lalu duh :(
kaihunhandyo #8
author nim... aku nunggu update an mu nihhhh :(
kyuminfinite #9
Chapter 7: authorrr~ aku nungguin ff ini update sampe jamuran nih -,- fast update dongggg
xohunkaiywra
#10
kapan up lagi wehhh lama nunggu masaa-,-"
gua missing hunhan angst moment/?
cepet update pls:(
asapa yo