2/8

[Dramafiction] Z A T E M N A Episode 02

Kembali ke beberapa saat yang lalu.

“Kau begitu cantik malam ini.” Puji Sung Gyu, laki-laki bermata sipit itu kepada kekasihnya yang sangat cantik, Shin Ga Eun.

Ga Eun melihat Sung Gyu dengan tatapan bangga. “Terima kasih atas pujianmu!”

“Gaun itu terlihat cocok denganmu.” Puji Sung Gyu lagi.

“Benarkah?” Tanya Ga Eun dengan wajah merahnya. Ia tersenyum malu pada Kim Sung Gyu yang juga tersenyum manis padanya.

Sung Gyu mengangguk dengan senyuman manisnya yang belum hilang dari bibirnya.

Ga Eun berputar dihadapan Sung Gyu, memamerkan gaun cantiknya.

“Kau berdiri diam saja sudah mempesona, apalagi saat kau berputar seperti tadi.” Kata Sung Gyu lalu meneguk minumannya.

Ga Eun sangat senang, terlihat dari senyuman puasnya. “Kau memang ahli membuat kata-kata pujian, Kim Sung Gyu.”

“Aku sudah terlahir dengan itu.” Jawab Sung Gyu seraya tertawa.

Pintu ruangan acara terbuka, masuklah dua pasangan yang terlihat serasi. Laki-lakinya begitu tampan dengan setelan jas hitam, ia tinggi dan terlihat gagah. Ia menggandeng seorang gadis tinggi ramping berwajah manis dengan gaun oren memasuki ruangan pesta. Banyak pasang mata melihat kedua orang itu, begitu terkesan dengan keduanya.

Sung Gyu melihat baik-baik wajah gadis itu, seperti pernah melihatnya. Ia mencoba meingat-ingat dimana ia bertemu dengan gadis manis berkulit sedikit cokelat itu. Dan ia mengingatnya, di dalam sebuah café saat ia sedang berdua dengan Park Na Na.

 

“Kau melihat siapa? Apakah gadis berkulit cokelat itu?”

“Tidak! Bukan dia, tetapi wanita yang dihadapannya. Aku merasa seperti mengenalnya.”

“Oh, itu bukannya Nyonya Jang?”

“Kau mengenalnya?”

“Tidak juga. Tuan Jang kerabat Ayahku, aku hanya mengenal saja.”

“Aku ingat sekarang, aku juga pernah melihatnya jika ada acara. Lalu, siapa gadis yang ada dihadapannya?”

“Aku tidak mengenalnya.”

“Anaknya?”

“Mungkin. Tetapi aku tidak pernah melihatnya.”

 

“Gadis itu lagi!” Sung Gyu tersenyum melihat kedatangan gadis manis itu.

Ga Eun menyadari bahwa pandangan Kim Sung Gyu tak lagi mengarah kepadanya tetapi kepada gadis tinggi berkulit agak cokelat, yang baru saja memasuki ruangan pesta. Ia juga menyadari bebarapa laki-laki yang mengawainya tak lagi meliriknya, mereka sudah mengahaluankan pandangan mereka kearah gadis berkulit cokelat yang bernama Jang Hyo Ra itu.

“Jang Hyo Ra! Kau selalu merusak yang kupunya!” Ga Eun menatap marah Hyo Ra dari kejauhan, disebelahnya, Sung Gyu malah menatap gadis itu dengan senang hati. Hyo Ra memang begitu menawan malam itu.

Hey! Sung Gyu! Kim Sung Gyu!” Panggil Ga Eun sedikit kasar.

Sung Gyu memalingkan wajahnya pada Ga Eun dan tersenyum seperti tak terjadi apa-apa. “Ya?” Sahutnya.

Kau melihat kedatangan gadis jelek itu ya?” Tanya Ga Eun sebal.

Sung Gyu menatap Ga Eun bingung, “Gadis jelek yang mana?” Pikirnya.

“Ya! Gadis jelek bernama Jang Hyo Ra itu! Iyakan?” Serunya Ga Eun semakin keras.

Oh, Namanya Jang Hyo Ra? Berarti benar ia anak keluarga Jang?!” Kata Sung Gyu pelan dan tak sadar bahwa ia tambah membuat gadis secantik Ga Eun marah besar. Ga Eun memasang wajah sebal, tak terlalu tampak jelas, tapi wajahnya yang putih bersih sudah berubah menjadi merah. Ia begitu marah dengan Hyo Ra, tatapannya seakan mau mencabik-cabik gadis yang ia pikir menyebalkan itu.

Dan akhirnya  Sung Gyu sadar bahwa ia menambah murka Shin Ga Eun. Ia berpikir untuk kabur sementara dari Ga Eun.Hmm, aku mau mengambil minuman dulu. Kau mau?” Tanyanya polos, pura-pura tak tahu apa-apa.

Sekejap wajah Ga Eun kembali berubah seperti biasa, kulit wajahnya kembali memutih lagi dan perlahan ia tersenyum tenang pada Sung Gyu. Terlihat jelas ia sedang menjaga image-nya sebagai perempuan anggun di mata Sung Gyu. “Ya, aku mau.” Jawabnya manis.

Kim Sung Gyu segera pergi. Sebenarnya hanya ingin melarikan diri dari kemarahan besar Shin Ga Eun.

Ga Eun menatap Hyo Ra dari kejauhan, ia memperhatikan gerak-gerik Hyo Ra yang semakin lama membuatnya semakin jengkel. Wajahnya kembali memerah karena sebal. “Gadis itu!” Desis Shin Ga Eun sambil mengepal telapak tangannya keras.

****                                                                     

 

“Kau mau minum, Hyo Ra?”

“Biar aku mengambilnya sendiri.”

Disekitar situ ada sepasang mata yang sedari tadi melihat Sung Yeol, Hyo Ra, Hye Bi dan Na Na. Tetapi tatapannya terfokus terhadap Lee Sung Yeol dan juga Jang Hyo Ra. Ia menatap sinis Hyo Ra, memang sejak ia melihat gadis itu memasuki ruangan acara.

Melihat Sung Yeol pergi menjauhi ketiga gadis itu, Shin Ga Eun, gadis cantik bak model itu berjalan anggun mendekati ketiga gadis yang mengobrol itu.

“Jadi…”

Ketiganya terkejut mendengarkan suara milik Ga Eun. Mereka menoleh ke sumber suara dan melihat sesosok wanita yang cantik, dia adalah Shin Ga Eun. Tingginya hampir mendekati Hyo Ra, dia juga memiliki badan ramping sama seperti Hyo Ra.

Ga Eun menatap Hyo Ra dari kaki sampai ujung rambut dua kali, ia lalu tersenyum.

“Jadi ini gadis yang baru-baru ini terkenal dengan kecantikannya?” Tanya Ga Eun pada ketiganya yang menatapnya bingung bercampur heran.

“Maksudnya?” Tanya Hyo Ra.

Ga Eun berpikir sejenak, wajahnya yang cantik dan terkesan angkuh itu menatap langit-langit sejenak dan kembali menatap tajam Hyo Ra. Masih dengan senyumannya. “Maksudku, bisa-bisanya gadis sepertimu lebih terkenal melampauiku? Wajahmu tidak terlalu cantik, dan penampilanmu? Juga biasa-biasa saja. Apa yang membuatmu istimewa?”

Hyo Ra menatap Gadis catik itu dengan bingung bercampur kesal. Sangat kesal. “Maaf sepertinya kau salah orang.”

Mendengar ucapan Hyo Ra, Ga Eun tambah menatapnya tajam. “Jang – Hyo – Ra!” Serunya keras. “Gadis yang terkenal di seluruh sekolah, cantik dan juga atletis. Begitu membuat banyak laki-laki terpesona, dan banyak gadis yang iri akan semua yang kau punya!”

“Berarti kau iri dengannya?” Timpal Hye Bi asal, ketus.

Ga Eun menatap Hye Bi jijik, “Iri?” ia tertawa kecil. “Aku tak iri, tapi aku sangat muak dengan itu semua! Membuat telingaku panas saat ia pertama kali muncul!”

Hyo Ra mencoba mengingat saat ia masih duduk di bangku SMA. “Kau Shin Ga Eun?” tanyanya dengan hati-hati.

“Tidak sopan sekali kau! Memanggil seniormu seperti itu?!” Seru Ga Eun angkuh.

Hyo Ra membalas menatap Ga Eun tajam, malah lebih tajam. “Aku tak pernah berbicara denganmu, bertatap muka saja baru saat ini. Apa masalahmu padaku?” Tanyanya datar, dingin dan tak berperasaan. Hyo Ra masih menatap Ga Eun dengan galak, seperti seekor serigala lapar menatap kelinci.

Ga Eun sedikit merinding melihat tatapan Hyo Ra, ia takut dengan tatapan seperti itu. Hyo Ra seperti seekor Serigala yang siap menerkam dirinya yang bagaikan kelinci. “Masalahmu, membuatku marah padamu!” Tetap saja Ga Eun tak gentir walaupun sudah ditatap dengan sangat tajam oleh mata nafsu membunuh milik Hyo Ra.

“Lalu?” Tanya Hyo Ra santai dan dingin.

Ga Eun tersentak dengan kalimat yang barusan keluar dari mulut Hyo Ra. Begitu dingin, tak ada ekspresi takut dari wajah Hyo Ra. Ia begitu tenang menatap Ga Eun, ia sama sekali tak pernah ditatap dengan tajam seperti itu selama dia hidup, yang berarti itu adalah sebuah pelecehan harga dirinya.

Hye Bi maju selangkah lebih dekat dengan Ga Eun. “Kenapa kau tak menyingkir dari sini? Aku sudah mulai bosan dengan pesta ini sejak kedatanganmu.”

Ga Eun menatap Hye Bi tajam, “Anak kecil sepertimu lebih baik diam saja!”

“Hei! Hei! Berani sekali kau mengatakan aku anak kecil! Dasar wanita brengsek!”

Ga Eun terkejut dengan kata Wanita Brengsek yang barusan dilontarkan oleh Hye Bi. Ia mengangkat tangannya bersiap menampar gadis kecil yang mejengkelkan baginya itu. Bary saja ia menggerakkan sedikit tangannya untuk menampar Hye Bi, sebuah tangan memegang tangannya dengan kuat. Ga Eun tersentak dan segera menoleh ke belakang, ingin melihat siapa yang berani mengehentikan niatnya. Kim Sung Gyu tentunya.

“Sung Gyu?!”

Sung Gyu menatap kekasih cantiknya itu dengan datar, “Apa yang mau kau lakukan? Disini ada pesta, kau ingin membuat dirimu sendiri malu dengan kelakuanmu seperti itu?”

Tatapan Sung Gyu terlihat tak main-main, seperti biasanya, membuat Ga Eun tersudut tak ada yang membelanya bahkan pacarnya sendiri. Rupanya perkelahian mereka terdengar oleh beberapa orang yang berada disekitar mereka, Ga Eun baru menyadari itu dan mulai menangis saat menyadarinya, ia merasa sangat malu.

Sung Gyu menatap Hyo Ra. Matanya sipit. “Maafkan kelakuannya,” dengan senyuman mautnya yang sangat kontras dengan matanya.

Hyo Ra tersenyum membalas senyuman Sung Gyu. “Ah! Tidak apa-apa kok.”

Tiba-tiba Sung Yeol datang dengan membawa dua gelas minuman. Wajahnya polos, seperti anak kecil yang tidak mengetahui apa-apa. “Ada apa ini? Terdengar ribut.”

Ga Eun langsung berlari menjauh, airmatanya mengalir, airmata penuh marah dan juga malu bercampur menjadi satu. Sung Gyu berlari mengikuti Ga Eun.

Sung Yeol masih menatap Hyo Ra bingung, “Ada apa?”

Hyo Ra tersenyum manis, “Tak ada apa-apa. Aku hanya baru saja bertemu dengan seniorku di SMA dulu. Hanya saling bertanya kabar, rupanya Hye Bi dan Na Na sudah mengenalnya.”

Sebenarnya mulut Hye Bi yang selalu blak-blakan itu ingin mengatakan yang sejujurnya kepada Sung Yeol saat ia bertanya. Ia ingin meluapkan betapa kesalnya ia kepada Ga Eun sehingga ia ingin menjambak rambut bergelombang nan cantik milik Ga Eun tadi. Tapi karena Hyo Ra teresenyum seperti biasa dan berkata tak terjadi apa-apa, Ia mengurungkan niatnya tersebut dan hanya tersenyum seperti biasa, sama seperti yang dilakukan Hyo Ra. Dan rupanya Na Na perlahan berjalan menjauhi ketiga orang itu.

“Kau kemana saja? Lama sekali!” Seru Hye Bi pada Sung Yeol mengalihkan pembicaraan.

“Ah, tadi aku…aku…”

“Kau apa?”

“Aku mencari minuman untuk Hyo Ra.”

Pesta memang awalnya tak begitu menyenangkan karena insiden bersama Ga Eun tadi, lama-lama suasana mencair sehingga ketiga orang yang tadi melewati masa tegang merasa senang dengan pesta ulang tahun besar milik putri seorang pemilik station televisi swasta.

****

 

Sementara itu di Inggris, sudah menjelang siang, matahari sudah mulai naik, untung saja ini musim gugur sehingga tak tarasa panas. Angin terus saja berhembus. Sebuah pesawat baru saja landing, pesawat yang berasa dari Korea. Tak berapa lama para penumpang berturunan dan dari dalam pesawat dan salah satunya adalah seorang laki-laki berwajah cantik, ia memakai kacamata hitam dengan setelah kemeja cokelat yang terbalut mantel tebal, ia berjalan sambil menarik kopernya. Udara di Inggris saat itu memang dingin.

Dan pada saat yang berbeda.

“Kapan kuliahmu libur, Woo Hyun?” Tanya Myung Soo sambil duduk santai di depan Komputer entah sedang apa, ia hanya menatapnya sambil menggerakkan mouse.

“Tak lama lagi,” Jawab Woo Hyun dengan senyuman yang tak pernah hilangnya.

“Oh,” Myung Soo hanya mengangguk pelan tanpa memindahkan pandanganya.

Woo Hyun menatap Myung Soo. “Hyung? Kapan kau pulang ke Korea? Sepertinya Ibu sudah menginginkanmu pulang.”

Tak ada sahutan dari Myung Soo.

Woo Hyun mendekati kakaknya. “Sedang apa?”

“Sedang diam menatap layar Komputer.” Suara Myung Soo datar seperti biasa tapi baru kali ini Woo Hyun mendengar suara kakaknya yang terdengar begitu hampa. Woo Hyun kembali mendekati sofa yang tadi ia dudukinya, sebelum ia memberikan tatapan aneh Myung Soo.

Woo Hyun mengambil secangkir cokelat hangat yang berada di atas meja lalu menyeruputnya. Kembali ia menatap Myung Soo yang masih menatap layar komputernya dengan foto dirinya bersama Woo Hyun menjadi Wallpappernya. “Kakak minumlah cokelat hangatmu, sebelum ia menjadi dingin,” saran Woo Hyun seraya menaruh pelan cangkir putih ke meja. “Musim gugur begitu dingin memang sangat enak jika duduk santai di sofa yang empuk nan hangat sambil meminum segelas cokelat panas,” Kata Woo Hyun entah kepada siapa. Sebenarnya ditujukan kepada Kim Myung Soo, hanya saja laki-laki berwajah tampan itu sama sekali tak mengubris apa yang ia katakan.

Ting! Tong!

Suara bel mengejutkan mereka.

“Siapa sih itu?” Woo Hyun menatap penasaran pintu depan dari kejauhan.

Akhirnya Myung Soo kembali menjadi manusia, ciri-cirinya – bergerak memutar kursi menghadap Woo Hyun. Ia menatap Woo Hyun dengat tatapan curiga.

“Tak ada temanku yang tahu villa kita. Aku sama sekali tak pernah cerita,” Kata Woo Hyun kepada Myung Soo seakan tau arti tatapan Myung Soo yang memang berpikir bahwa Woo Hyun memberikan letak Villa mereka kepada temannya.

Woo Hyun bangkit dari duduknya berjalan menuju pintu dengan rasa penasaran yang besar. Ia membuka pintu rumah dan melihat sosok laki-laki yang familiar dihadapannya, tapi ia masih berpikir siapa laki-laki itu? Laki-laki itu tersenyum tetapi senyuman itu malah membuat Woo Hyun sedikit ketakutan.

Melihat ekspresi Woo Hyun ia merasa penasaran siapa tamu mereka. Myung Soo berdiri dan mendekati Woo Hyun. Akhirnya penasarannya sirna karena sekarang ia sudah melihat wajah orang yang ada di depan rumahnya. Ia terkejut. “Kau!”

Ia terkejut dengan wajah cantik Lee Sung Jong berada di depan pintu Villa mereka, ia mengenakan mantel tebal dengan sebuah Earphone hitam di telinga kirinya. Sung Jong hanya tersenyum manis lalu melambai lembut kepada kedua laki-laki tampan yang berada di depannya.

“Hello! How do you do?” Tanya Sung Jong riang. “Apakah Bahasa Inggrisku benar?”

Woo Hyun akhirnya teringat, matanya terbelalak lebar seperti melihat hantu. “Why you…. Ah, Kenapa kau datang kesini?”

Sung Jong memerengkan kepalanya, wajahnya saat itu seperti anak kucing. “Hm, Aku disuruh oleh Nyonya Kim ke sini. Untuk berlibur katanya.” Wajah polos Sung Jong keluar, bahkan sangat polo, tapi wajah polos itu lah membuat mereka berdua terkejut.

“Dimana wajahmu yang penuh rahasia itu?”

Kau lagi! Kenapa kau kesini?” Seru Myung Soo kasar.

“Apakah aku belum mengatakannya tadi?” Tanya Sung Jong polos.

Hah Be…? Ah! Kenapa….?”

Belum lagi Myung Soo menyelesaikan pertanyaannya, Sung Jong memotongnya dengan suara riangnya yang penuh kepolosan. “Wah, seperti ini rupanya wajah kedua Putra Nyonya Kim. Selama ini aku begitu penasaran.”

Myung Soo menatap Woo Hyun heran, Woo Hyun juga balik menatap Myung Soo bingung. “A-Apa?”

“Apa maksud perkataan orang ini?!”

”Maaf, aku bukannya bermaksud tidak sopan. Tapi apakah aku harus berdiri disini?”

Woo Hyun adalah orang pertama yang masih sadar. “Ah, silahkan masuk.”

Sung Jong membungkuk kecil kepada Myung Soo lalu pada Woo Hyun. “Terima kasih!”

Sung Jong pun masuk sambil menarik koper hitamnya mengikuti Woo Hyun yang sudah meninggalkan pintu dan membiarkan Myung Soo yang masih berdiri sambil berpikir sesuatu. Ia berpikir haruskah ia percaya dengan laki-laki cantik nan aneh itu. Sejak kematian Ayahnya, orang itu selalu muncul dengan rahasia besarnya. Selama kembali ke Inggris, bayangan tentang laki-laki berwajah cantik itupun enyah tapi sekarang ia muncul lagi dalam wujud nyata dan dengan wajah yang berbeda, sangat polos dan lugu seakan tak ada yang pernah terjadi diantara mereka.

Woo Hyun kembali ke pintu dan membiarkan Sung Jong dengan wajah riangnya duduk di sofa ruang keluarga yang tak jauh dari pintu depan. Ia mendekati kakaknya dan mendekatkan bibirnya ke telinga Myung Soo. “Telepon Ibu, tanyakan hal ini padanya.”

Myung Soo tersadar dari pikirannya lalu mengambil ponselnya dari dalam sakunya dan segera menelpon Ibunya. Woo Hyun segera berjalan mendekati Sung Jong meninggalkan Myung Soo.

“Halo?” Terdengar suara dari ujung telepon.

“Ibu! Kenapa ada orang ini disini?!” Tembak Myung Soo langsung kepada Ibunya.

“Myung Soo. Bisakah kau berbicara dengan santai? Ibu tak mengerti maksudmu. Siapa?”

“Laki-laki berwajah seperti seorang gadis yang lugu dan polos itu maksudku! Kenapa dia ada di sini? Kenapa bisa dia muncul di depan pintu Villa? Dan lihatlah Ibu! Dia sekarang ada disini. Itu disana!” Myung Soo tak bisa menahan diri lagi, ia berbicara seperti orang yang sedang ngerap.

Nyonya Kim memegangi keningnya seraya tertawa kecil mendengar anak laki-lakinya yang berbakat menjadi Rapper itu. “Maksudmu, Lee Sung Jong?”

“Siapapun namanya, aku tak perduli, bu!” Sambar Myung Soo.

“Dia disana karena Ibu yang mengutusnya untuk mengawasimu dan membantu urusanmu disana, supaya urusan cepat selesai.”

“Ibu. Aku…”

“Setelah kau selesai dengan urusanmu ia yang akan menjadi temanmu untuk pulang.” Potong Nyonya Kim.

“Tapi, Ibu! Aku…” Myung Soo berusaha melanjutkan perkataannya tetapi Ibunya memotong. “Maaf, Kim Myung Soo. Ibu masih ada banyak urusan, kita tak bisa melanjutkan percakapan ini.” Percakapan terputus.

Myung Soo memasukkan Ponselnya ke saku celananya dan menatap Sung Jong yang saat ini duduk tenang di sofa bersama Woo Hyun yang juga menatapnya sedikit bingung sama seperti dirinya. Myung Soo berjalan mendekati kursi komputer yang tadi ia duduki dan kembali menjadi dirinya si patung lilin.

Sebelum ia duduk Myung Soo memberikan tatapan jengkel pada Sung Jong dan Sung Jong hanya memberikan senyuman manis sebagai balasannya kepada Myung Soo. “Sepertinya Anda sudah tau apa maksud saya kesini, kan, Tuan Kim Myung Soo?” Tanya Sung Jong manis.

Wajah Sung Jong begitu polos, matanya bulat seperti yang ia lihat beberapa waktu yang lalu, tetapi kilatan matanya tak lagi seperti pertama dan kedua kalinya ia bertemu. Saat itu tatapannya kosong dan gelap seperti ruangan yang ada isinya tetapi tak dapat terlihat karena sangat gelap.

“Kenapa dengan orang ini?”

Woo Hyun bangkit dari duduknya dan menoleh kearah Sung Jong. Ia berusaha tersenyum sebaik mungkin dan berusaha membuat wajah yang hangat, berbeda dengan usaha kakaknya, Myung Soo yang sejak Sung Jong memasukkan kakinya ke dalam Villa besar milik keluarga Kim, dia sudah berwajah masam. Dan memang wajah Myung Soo selalu seperti itu, tak pernah senyum, kalau senyumpun dia hanya menarik sebelah bibirnya saja.

Woo Hyun berdiri dan meregangkan sedikit badannya, lalu menatap Sung Jong. “Baiklah, hyung. Aku akan menunjukkan kamarmu selama tinggal disini.”

Sung Jong menatap Woo Hyun heran, seakan tak mengerti apa yang dikatakan oleh Woo Hyun. “Hyung?”

“Ada yang salah?

“Hm tidak, hanya saja…”

“Hanya saja apa? Dia sudah bersikap sopan padamu, seharusnya kau menghormatinya,” Bentak Myung Soo Tanya menoleh.

Sung Jong tersenyum kepada Myung Soo membuat Myung Soo sekejap merasa sedikit menyesal membentak laki-laki cantik itu, dan juga tersenyum pada Woo Hyun. “Hanya saja, kita seumuran. Jangan memanggilku hyung.”

Woo Hyun juga Myung Soo terkejut mendengarkan pernyataan Sung Jong bahwa ia seumuran dengan Woo Hyun. Myung Soo tertawa. “Jangan berusaha melawak!” Sebenarnya Myung Soo percaya saja kalau umurnya sebaya dengan Woo Hyun karena wajahnya terlihat lebih muda dari Woo Hyun, tapi itu jika ia tak mendapatkan kesan buruk bertemu dengannya.

Sung Jong masih saja tersenyum manis. “Aku berkata yang sejujurnya. Malah lebih muda dari Woo Hyun, hanya berbeda bulan saja. Aku baru saja berulang tahun ke-20 bulan lalu.”

Woo Hyun terkejut, ia melihat baik-baik pria cantik yang ada dihadapannya. Wajahnya memang masih terlihat muda malah lebih muda darinya dan juga imut, tapi badannya begitu besar dan tinggi, malah Sung Jong lebih tinggi sedikit dibanding Kim Myung Soo, kakaknya.

Myung Soo memutar kursinya dan kembali menatap layar Komputer, berusaha berhenti memikirkan Lee Sung Jong.

Woo Hyun jadi tidak enak kepada Sung Jong dan juga Myung Soo. “Hm, baiklah. Ayo, Sung Jong. Akan ku tunjukkan kamarmu.”

Sung Jong memalingkan wajahnya dari menatap Myung Soo ke Woo Hyun. “Baiklah. Terima kasih.”

“Bocah itu, lebih muda 4 tahun dariku! Ada yang aneh. Mengapa dia berbeda?”

“Ngomong-ngomong, mengapa kau memakai Earphone itu?” Tanya Woo Hyun.

“Ini bukan Earphone. Pendengaran telinga kiriku kurang bagus karena kecelakaan saat masih kecil.” Sung Jong tersenyum.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
evilod
#1
Hahaha, iyaa makasih udaa mau baca nih, msh pemula jd msh polos hehe..