1/8

[Dramafiction] Z A T E M N A Episode 02

“Sebagai ucapan terima kasihku, kau ku angkat sebagai Assistant Wakil Presdir.”

 “Benarkah, Nyonya? Lalu, Siapa yang menjadi Wakil Presdir sekarang? Apakah Tuan Cha Hyun Il?”

“Tidak! Sebagai ucaoan terima kasih telah menjadi orang terpacaya Suamiku, Dia ku angkat menjadi Direktur. Tuan Him Gak Tae, Assistant Wakil Presdir akan menjadi Assistant Presdir.”

“Lalu, Siapa yang menjadi Wakin Presdir, Nyonya?”

“Kim… Myung… Soo… Putra pertamaku.”

Sung Jong terkejut mendengar nama itu.

“Benarkah itu, Nyonya Kim?” Tanya Sung Jong tak percaya. Matanya yang hitam pekat membesar polos.

“Aku bersungguh-sungguh!” Jawab Nyonya Kim tenang.

“Bukannya Tuan Kim Myung Soo sedang ada di Inggris?”

“Ya, kau harus menjemputnya. Dia mengatakan punya urusan disana, aku yakin setelah urusannya selesai ia tetap belum mau kembali.” Kata Nyonya Kim.

Sung Jong berawajah makin polos. “Bagaimana, Nyonya? Saya tidak pernah…”

“Tenang saja, Tuan Lee. Semua sudah aku urus, dan kau yang harus kau lakukan hanya tinggal bersiap-siap untuk berangkat ke Inggris menjemput Kim Myung Soo. Dan persiapkan dirimu untuk perkerjaan barumu.”

****

 

Di Siang hari yang cerah. Ho Won sedang dalam perjalanan menuju rumahnya, sambil mendengarkan musik dari Earphone ia berjalan santai dengan kedua tangannya yang dimasukkan ke kantong jaket abu-abunya. Dengan topi hijau berpadu dengan putih di kepalanya yang tujuannya untuk menghindari sinar matahari ke wajahnya. Ia memasuki perkarangan rumahnya yang biasa-biasa saja, rumah yang masih terbilang tradisional terbuat dari kayu.

Tok! Tok! Tok!

“Sebentar!” Sahut Dong Woo dari dalam rumah.

Terdengar langkah dari dalam rumah mendekati pintu keluar. Dong Woo membuka pintu rumahnya, terlihatlah wujud Ho Won di depan rumah dengan topi Hijau-putih dan jaket Abu-abu.

Melihat kakaknya, Dong Woo tersenyum lebar. “Selamat datang, Kakak!” Serunya nyaring dan penuh semangat.

“Berikan sambutan yang biasa saja. Atau, lebih baik tak perlu memberikanku ucapan selamat dating!” Kata Ho Won datar.

Ho Won memasuki rumahnya.

“Hey, Kakak! Kenapa tidak boleh?” Tanya Dong Woo lalu menutup kembali pintu.

“Kalau itu kau yang memberikan ucapan selamat datangnya, aku tidak mau! Aku mau jika seorang gadis cantik yang melakukan itu.” Kata Ho Won asal.

Mereka berjalan ke ruang tengah lalu Ho Won duduk melepas penat.

Dong Woo memasang wajah genit, “Aku kan cantik!” Serunya.

Ho Won menatap jijik wajah Dong Woo, perlahan ia menatap Dong Woo yang masih berdiri dari kaki sampai rambut. Dan mengulanginya lagi sekali. “Apanya yang cantik? Kau punya cermin tidak dikamarmu?”

“Hyung, Sekali-sekali bahagiakanlah aku dengan memujiku!” Seru Dong Woo. “Kau selalu saja mencelaku! Menghinaku! Aku hanyalah adikmu yang lemah dan tak berdaya.”

Mendengar perkataan Dong Woo yang berlebihan Ho Won hanya bisa diam dengan tatapan datar. “Jangan terlalu berlebihan.” Jawab Ho Won cuek.

Dong Woo memasang wajah sebal dengan respon kakaknya. Ia memanyunkan bibirnya. “Ya sudah kalau begitu! Mau minum apa?”

“Aku baru saja minum, dan aku tak tertarik untuk minum apapun.” Kata Ho Won.

“Baiklah.” Kata Dong Woo lalu duduk. “Ada berita apa saja tadi?”

“Masih seperti kemarin, hari ini tak ada berita yang baru. Hanya ada dua kasus pencurian dan Berita tentang acara ulang tahun anak pemilik salah satu stasiun televisi swasta, yang di adakan secara besar-besaran.” Jawab Ho Won.

“Enak sekali menjadi orang kaya. Bisa melakukan acara besar seperti itu.”

“Tetapi itu pemborosan! Bayangkan saja berapa banyak uang yang dikeluarkan orang tuanya untuk biaya pesta ulang tahun? Apalagi, itu adalah uang orang tuanya dan dia sebagai anak hanya bisa membuang-buangnya saja. Aku berani bertaruh, jika orang tuanya ulang tahun, dia takkan pernah membuat pesta besar-besaran seperti yang ia dapatkan.”

“Kalau dipikir-pikir, itu benar juga.” Kata Dong Woo seraya mendecak bingung. “Seharusnya mereka irit.”

Ho Won mengambil remote tv. “Iya, seharusnya. Apakah ada makanan? Aku lapar.”

****

 

Sejak bertemu dengan Hyo Ra diacara Pertunangan anak pertama Tuan Choi, Sung Yeol jadi semakin ingin mengenal lebih dekat gadis berkulit cokelat itu. Ia rela-rela metraktir Choi Hye Bi agar bisa mendapatkan pertolong dari Hye Bi demi mendapatkan nomor ponsel Hyo Ra. Memang dengan minta tolong dengan Hye Bi, semua akan berjalan dengan cepat. Baru saja ia meminta pertolongan kepada Hye Bi lalu pergi mentraktir gadis manja itu, setelah pulang dari restoran ia sudah mendapatkan nomor ponsel Hyo Ra yang ia inginkan.

Malam itu juga Sung Yeol mengirim pesan kepada Hyo Ra, dan malam itu juga mereka sudah dekat. Setelah mendapatkan undangan Ulang Tahun dari Hee Go Si, anak pemilik stasiun televisi swasta di Korea Selatan, Sung Yeol langsung berpikir untuk pergi bersama dengan Hyo Ra ke pesta itu. Apalagi, Hyo Ra juga mendapatkan undangan pesta itu juga. Karena Tema pestanya adalah pesta topeng, sangat istimewa banget jika ia datang bersama gadis cantik seperti Hyo Ra.

Sung Yeol sudah berpakaian dengan sangat rapi, tak lupa ia memakai parfum terharum yang ia punya dan mungkin sudah 2-3 jenis parfum terharumnya yang ia pakai. Dengan setelan celana hitam, kemeja putih, blazer hitam dilapisi oleh jas hitam terbaiknya. Sepatu hitam mahalnya ia pakai, ia juga memakai dasi, membuat ia tampak tampan layaknya seorang pangeran tertampan di dunia, karena memang wajahnya sudah tampan bak pangeran.

Tuan Lee merasa takjub dengan Putranya saat Sung Yeol turun dari tangga. Ia begitu rapi dan sangat harum, dan juga tampan. “Mengapa kau begitu rapi hari ini?”

“Apakah tak boleh?” Tanya Sung Yeol tersenyum tampan.

Tuan Lee tertawa kecil menatap Sung Yeol. “Aku takkan pernah melarangmu, pria tampan. Dengan anak Tuan Jang?” Tuan Lee menatap Sung Yeol.

Sung Yeol sedikit terkejut mendengar Ayahnya yang tahu dengan rencana malamnya. Ia menatap Ayahnya curiga. “Ayah, Tau dari mana?” Tanyanya malu-malu.

Tuan Lee kembali tertawa. “Kau masih tidak tahu sifat seorang gadis.” Ia menggelengkan kepala.

Wajah Sung Yeol memerah. “Maksud Ayah?”

“Dia seorang perempuan, Lee Sung Yeol. Anak perempuan seperti Hyo Ra pasti akan bercerita kepada Ibunya tentang ajakan kencan atau semacam dari seorang lelaki. Dan Sang Ibu pasti bercerita kisah cinta anak perempuannya pada Sang Ayah, dan Sang Ayah akan bercerita kepada Temannya yang kebetulan Ayah dari si Pria yang mengajak kencan Putrinya.” Cerita Tuan Lee kembali tertawa.

Sung Yeol hanya bisa tertawa kecil saat mendengarkan cerita Ayahnya. Ia terlihat semakin tampan dalam senyumannya.

Tuan Lee berdiri dan mendekati Sung Yeol. “Mulailah belajar tentang perempuan, jika kau ingin mengajaknya kencan.” Katanyab seraya menepuk-nepuk pelan pundak Sung Yeol.

“Itu bukan Kencan, Ayah. Hanya mengajaknya ke pesta bersama, dan memberikan tawaran jemputan.” Sangkal Sung Yeol.

Tuan Lee tertawa lagi, ia menatap Sung Yeol penuh arti. “Apa bedanya kedua itu dengan Kencan, Pangeran?” Tanyanya menggoda.

Sung Yeol tersenyum lebar dengan kata-kata Ayahnya, Ia mengerti sekarang bahwa Ayahnya adalah Pria yang sangat romantis. Dan ia sudah sangat mengerti, mengapa Ibunya yang seorang wanita Prancis yang sangat suka sesuatu yang berbau romantis bisa menikah dengan Ayahnya. Sung Yeol teringat, Ibunya pernah berkata tentang betapa romantisnya Ayahnya dan Sung Yeol tak pernah percaya dengan itu semua. Dan sekarang ia sudah percaya.

“Pergilah! Semoga kau mendapatkan malam terindahmu dan… Semoga beruntung!”

Di tempat lain yang berbeda.

“Apa Ibu membelikan gaun itu untukku?” Tanya Hyo Ra menatap sebuah gaun.

Nyonya Jang mengangguk semangat.

“Ah, Yang benar saja, Ibu. Apakah itu cocok untukku?” Tanya Hyo Ra kurang yakin.

“Tentu saja!” Seru Nyonya Jang  Ga Ni.

“Bagaimana Ibu bisa seyakin itu? Warna Orennya begitu terang.” Kata Hyo Ra lesu.

“Ibu tau itu hanya alasan karena kamu tidak ingin memakai gaun ini. Ibu memiliki butik, sayang. Ibu dapat melihat cocok tidaknya baju itu hanya dengan membayangkan orangnya.” Kata Nyonya Jang percaya diri.

Hyo Ra menatap Gaun panjang berwarna oren dengan rok mengembang di bagian lutut, renda di bagian dada dan tali yang melilit di bagian leher. Karena ingin membahagiakan Ibunya, terpaksa Hyo Ra mengangguk setuju dengan baju itu. Hyo Ra pergi mengganti baju, dan ia kembali dengan gaun oren itu, ia terlihat cantik dengan itu. Bagian pundaknya terbuka sehingga terlihat pundaknya yang kecokelatan. Ia juga di berikan Wedges berwarna senada. Ibunya memanggilkan temannya yang seorang make up model untuk merias wajah Hyo Ra. Ia juga di pasangkan kalung, anting panjang, cincin dan gelang. Semuanya terlihat senada, Hyo Ra akui, Ibunya memang ahli didalam bidang Fashion.

Hyo Ra menatap dirinya dari cermin. “Haruskah aku ke pesta seperti ini?” Ia menatap pantulan dirinya dengan aneh.

“Kau harus tampil cantik jika diajak kencan oleh seorang Laki-laki.” Jawab Nyonya Jang.

“Lee Sung Yeol tidak mengajakku kencan, Ibu! Dia hanya mengajak pergi ke pesta bersama.” Jelas Hyo Ra.

“Apa bedanya kedua itu?” Tanya Nyonya Jang sambil fokus memperbaiki renda pada gaun Hyo Ra. “Oke! Kau sudah siap Tuan Putri!”

Tak berapa lama mobil mewah Sung Yeol memasuki perkarangan Rumah Hyo Ra. Jang Hyo Ra yang sudah menunggu didepan rumahnya segera berdiri, Sung Yeol keluar dari mobilnya dan menaiki tangga, betapa takjubnya ia saat melihat Hyo Ra terbalut gaun oren dihadapannya.

“Ada apa? Pakaianku terlalu berlebihan, ya?” Tanya Hyo Ra pada Sung Yeol.

Sung Yeol tersadar dari kekagumannya dan segera menggeleng. “Kau begitu cantik!” Serunya seraya tersenyum. Ia sangat tampan.

Hyo Ra tersenyum malu mendengar pujian dari laki-laki setampan Lee Sung Yeol. Mereka menuruni tangga dan mendekati mobil Sung Yeol, ia membukakan pintu pada bangku penumpang depan untuk Hyo Ra. Melihat perlakuan romantis dari Sung Yeol, wajah Hyo Ra memerah. Ia tersenyum manis ke Sung Yeol dan memasuki mobil. Setelah pintu tertutup Sung Yeol berputar ke sisi lain mobil dan memasuki mobilnya di bangku pengendara.

****

 

Di dalam sebuah ruangan besar yang didesain meriah, ada tumpukan kado yang sengaja di tumpuk dari yang besar dibawah semakin naik ukuran kado semakin kecil. Di dekat situ ada tiga gadis berkumpul bersama, diantara mereka terdapat seorang gadis dengan mini dress ungu terang dengan pita ungu, mini dress itu terdapat bagian bahu yang terbuka. Dialah gadis yang berulang tahun, wajahnya cantik dan manis, terlihat di atas kue ulang tahun yang besar dan bertingkat tiga terdapat lilin dengan angka 18.

Seorang Gadis bernama Hong Yu Ni, bertanya kepada si pemilik ulang tahun. “Tumpukan kado itu asli?”

“Asli dong!” Jawab Hee Go Si dengan senyuman angkuh.

“Dari siapa-siapa saja yang memberikannya?” Tanya Hong Yu Ni.

“Tumpukan kado itu dari Ayah, Ibu dan Kakak perempuanku yang memberikannya. Seluruhnya ada 18 buah Kado.” Jawab Go Si dengan bangga.

“Wah! Hebat sekali! Kau sangat beruntung Go Si!” Seru Sun Hyu Gi teman gadis yang berulang tahun malam itu.

Gadis bernama Go Si itu tersenyum lebar menandakan betapa bangganya dirinya sekarang. Teman-temannya yang datang menatapnya iri, walaupun semuanya berasal dari keluarga terpandang.

“Gadis itu terlihat sombong.” Kata Hyo Ra pelan.

“Itulah hidup. Ada saja orang yang Sombong karena bergelimangan harta atau karena otak mereka pintar atau juga karena mereka sangat cantik atau sangat tampan. Orang-orang seperti itu merasa itulah kekuatan mereka karena itu mereka memamerkannya.” Kata Sung Yeol tak perduli. Ia masih fokus pada Hyo Ra yang begitu cantik malam itu.

“Aku muak dengan orang seperti mereka.” Kata Hyo Ra, ia lalu menatap Sung Yeol.

Sung Yeol tertawa kecil. “Biasakanlah itu, Jang Hyo Ra.”

“Bukankah itu Aktor Park Yun Guk?” Tanya seorang perempuan, ia menunjuk kearah seorang laki-laki berwajah tampan yang sedang mengobrol dengan beberapa orang tak jauh dari mereka.

Seong Yeol dan Hyo Ra terkejut dengan suara itu, mereka menoleh kearah datangnya suara dan terlihat sesosok gadis mungil dan imut di tengah-tengah mereka. Choi Hye Bi.

“Hye Bi?” Sung Yeol terkejut dengan kedatangannya.

Hyo Ra menatap Seong Yeol bingung. “Kau mengenalnya?”

“Betapa kejamnya dirimu, Eonni! Aku sudah mengenalmu, dan kau sama sekali tidak mengenaliku?” Protes Hye Bi.

“Dia adalah Choi Hye Bi, dialah yang mengenalkan namamu padaku dan memberikan nomor ponselmu padaku.”

Sung Yeol terlihat sedikit malu-malu saat mengenalkan Hye Bi pada Hyo Ra.

“Aku pikir dia adik perempuanmu.” Kata Hyo Ra seraya tertawa kecil. “SMA dimana?” Tanya polos.

Mendengar pertanyaan Hyo Ra, Sung yeol menahan tawanya. Hye Bi menggembungkan pipinya, wajahnya memerah.

“Eonni! Kita hanya beda setahun! Dan tahun ini aku sudah lulus dari perguruan tinggi!” Seru Hye Bi Kesal.

“Astaga! Ah, Aku minta maaf.” Kata Hyo Ra buru-buru. Tiba-tiba saja gadis berkulit cokelat itu teringat oleh sesuatu. “Oh, apakah kau adalah pemilik dari username @rainhye91?” Tanyanya meniliti.

Mendengarkan Username Twitternya Hye Bi terkejut, perlahan ia tertawa kecil. “Iya!” Ia terkekeh.

Hyo Ra tersenyum dengan senyuman manisnya, “Aku sudah dari awal mencurigai itu.”

“ Ah, Aku tau kalau eonni sedang berbohong. Jangan menjaga image-mu.” Hye Bi tertawa kecil.

“@zerosong adalah username milik Sung Yeol, bukan?” Tanya Hyo Ra.

Seong Yeol terkejut saat Hyo Ra menyebutkan username Twitternya yang sengaja sudah ia ganti agar Hyo Ra tak menemukannya. “Dari mana kau bisa tahu?

“Sebelum gadis manis ini minta nomor ponselku, kalian saling mention.” Kata Hyo Ra.

 

Di dalam kamar Sung Yeol.

Sung Yeol berada di depan komputernya, sepertinya dia sedang membuka media sosial,  Twitter. Dengan cekatan ia mengetik didalam sebuah box pada layar monitor

@zerosong @rainhye91 kau sudah ada nomor rumah?

Ting!

@rainhye91 sebentar lagi aku akan punya nomor rumah. Bersabarlah sedikit

Sung Yeol kembali mengetik.

@zerosong cepatlah!!

Ting!

@rainhye91 @zerongsong kabar gembira! Terkirim lewat Direct Message, jangan lupa janjimu~ ^o^

Di tempat lain, didalam kamar Hyo Ra.

Hyo Ra sedang duduk diatas tempat tidurnya, dihadapannya ia membuka laptopnya. Ia membuka salah satu media social, Twitter, yang sekarang mulai sering digunakan banyak masyarakat dunia. Ia melihat Direct Message rupanya ada username @rainhye91 yang meminta nomor ponselnya, ia sudah berkenalan dengan pemilik username itu sehingga ia tak ragu mengetikkan nomor ponselnya.

Ia membuka Timeline,

@sumiii1201 Enak sekali gadis itu!! lama-lama aku akan menjadi haters sejatinya… akan kucabik dia!!

Hyo Ra tersenyum melihat Kicauan seorang fan. “Mengerikan sekali Fan-nya Sung Yeol yang satu ini.”

Tangan Hyo Ra memencet twitter milik @rainhye91

@rainhye91 @zerongsong kabar gembira! Terkirim lewat Direct Message, jangan lupa janjimu~ ^o^

 

Wajah Sung Yeol memerah sambil tersenyum malu. “Aku jadi merasa malu karena kau sudah tau dari awal.”

“Kesalahan bagi kalian, seharusnya kalian sudah saling berkomunikasi lewat Direct Message. Mention-an seperti itu hanya akan membuat fans Lee Sung Yeol menangis darah dirumah.” Hyo Ra tertawa.

“Aku sengaja!” Seru Hye Bi dengan mimik anak TK.

Sung Yeol tertawa kecil. “Kau sangat pintar menganalisa Hyo Ra, tapi sebaiknya itu sudah tak usah dibahas lagi. Itu bukanlah tindak kejahatan kan?!”

Hyo Ra menatap Sung Yeol dengan tatapan canda. “Tindak kejahatan!” Sahut Hyo Ra. “Kau penjahat! Kau bisa ditangkap atas tuduhan pencarian informasi secara illegal!”

“Memangnya aku bisa menjadi seorang tersangka hanya karena meminta nomor ponselmu?” Goda Sung Yeol.

“Jika aku melaporkanmu, itu bisa saja!” Jawab Hyo Ra pura-pura ketus.

“Hey! Hey! Sudahlah! Aku tak mau melihat suami istri bertengkar didepanku! Jika mau adu mulut, pulanglah dan berkelahilah di kamar kalian!” Seru Hye Bi.

Sung Yeol mendesis menutup sikap salah tingkahnya. “Yang benar saja! Dasar anak kecil ini!”

Wajah Hyo Ra juga dengan wajah Sung Yeol memerah. Hyo Ra berusaha agar dirinya bersikap senormal mungkin agar tak terlihat ia sedang malu dan sebenar juga salah tingkah.

“Benarkah itu?” Tanya sebuah suara yang mengejutkan ketiganya.

Sung Yeol, Hyo Ra maupun Hye Bi terkejut dengan kedatangan Park Na Na yang sudah diantara mereka. Wajahnya terlihat ingin tau, tatapannya seakan menatap mereka bertiga penuh keingintahuan yang besar. “Kalian sudah berhubungan sejauh itu? Berbagi tempat tidur berdua?” Tanyanya.

Hyo Ra terkejut dengan perkataan gadis dengan rambut panjang bergelombang yang di hadapannya, ia terbalut long dres kuning. “Ha? Maaf?”

Sung Yeol masih saja salah tingkah dan semakin salah tingkah, ia memalingkan wajahnya seakan tak melihat dan mendengar apapun diantara ketiga gadis-gadis yang berada dihadapannya.

“Hey! Hey! Hey! Jangan ngaco!” Seru Hye Bi dengan gaya bahasanya, seperti anak kecil yang ketus. “Ada apa datang tiba-tiba seperti itu?”

Na Na menegakkan posisi badannya. “Tidak apa-apa. Aku hanya penasaran karena kalian bercerita sangat seru, aku rasa aku ingin bergabung.”

“Cih! Kau selalu memang selalu begitu Park Na Na!” Sahut Hye Bi. “Oh ya! Eonni! Gadis ini adalah Park Na Na. Park Na Na ini adalah…”

Belum sempat Hye Bi melanjutkan ucapannya, Na Na sudah Menyodorkan tangannya kedepan Hyo Ra. “Aku tau! Kau Jang Hyo Ra! Aku Park Na Na, senang berkenalan denganmu.” Ia tersenyum lebar yang penuh keangkuhan yang dibuat-buat.

Hyo Ra menyambut tangan Na Na yang putih mulus itu. “Iya, senang juga bertemu denganmu.”

Na Na menatap tangan cokelat Hyo Ra yang ramping dan berjari panjang. “Tanganmu sepertinya agak kasar, aku ingin mengenalkanmu pada tempat dimana aku biasanya perawatan kulit. Kualitasnya sangat bagus.” Kata Na Na polos.

Hyo Ra merasa sedikit jengkel dengan gadis ini, seakan-akan menghina kulitnya yang tak seputih dan sehalus yang Na Na milik, tapi ia mencoba tetap tenang dan tersenyum ramah seakan ia tak tersinggung. “Tawaran yang menarik, terima kasih. Lain kali aku akan mencobanya.” Kata Hyo Ra biasa saja.

“Itu memang harus.” Sahut Na Na masih dengan sikap angkuh buatannya.

“Kau mau minum, Hyo Ra?” Tanya Sung Yeol mengalihkan pembicaraan.

“Biar nanti aku mengambilnya sendiri.” Kata Hyo Ra halus.

“Ah, tak usah! Kalian ngobrol saja disini, biar aku yang mengambilnya.”

“Aku tak usah!” Seru Hye Bi. Gadis imut itu Mengangkat tangannya yang memegang sebuah gelas, menunjukkan bahwa ia sudah membawa segelas minuman.

“Baiklah!” Sahut Lee Sung Yeol seraya tersenyum. Ia pun segera pergi mengambil minuman buat Hyo Ra.

“Kalian serasi!” Seru Hye Bi gemas dengan senyuman lebar dan mata penuh binarnya.

“Ah, kami tidak pacaran. Hanya teman.” Jelas Hyo Ra.

Tatapan Na Na begitu tajam menatap Hyo Ra. Ia merasa agak benci terhadap gadis tinggi bak model tetapi memiliki kulit yang sedikit cokelat yang berdiri tegap dihadapannya.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
evilod
#1
Hahaha, iyaa makasih udaa mau baca nih, msh pemula jd msh polos hehe..