Chapter 6
Just One Lovehello readers~ disiang yang panas ini saya kembali ^0^
sudah lihat mv blossom tears?? omae~~ uri Leo >,,< jadi pengen tarik hidungnya Ken(?)
ah sudahlah saya tak biasa banyak cakap, langsung saja enjoy this chapter ^^
~~~~~~
“Hongbin-ah kumohon jangan buat aku semakin tertekan”
“Bisakah hyung melihatku sebentar saja? Saat aku bersamamu bisakah kau melupakan hal-hal yang tidak penting itu?”
“Binnie diamlah, aku sedang pusing”
“Ken hyung, kenapa? Kenapa saat dia tidak ada kau tetap memikirkannya? Padahal saat ini hanya ada aku yang selalu menemanimu. Ak-”
“KUBILANG DIAM!!!”
Ken kehabisan kesabarannya. Frustasi yang tidak ada ujungnya membuat Ken tidak sanggup lagi menahan emosinya. Amarah Ken siap meledak kapan saja bagai gunung berapi yang masih aktif. Terlalu banyak beban yang Ken tanggung di pundaknya. Soal ini dan itu, ditambah lagi soal Leo yang tak kunjung diketahui keberadaannya. Kondisi tersebut membuat emosi Ken sedikit labil sehingga hal sepele akan mudah memancing kekesalannya.
Hongbin yang shock langsung mengambil mantelnya lalu pergi keluar dari apartemen Ken tanpa banyak babibu. Terdengar sangat jelas suara Hongbin yang membanting pintu. Bisa ditebak bagaimana perasaan Hongbin saat itu. Ken yang selalu membawa virus kebahagiaan. Ken yang ramah pada siapa pun. Ken yang tersenyum lebar, memamerkan deretan giginya yang rapi. Ken yang membelai dan mendekapnya erat. Sosok yang memberi kehangatan setiap kali Hongbin membutuhkannya itu tiba-tiba menunjukkan sisi gelapnya. Rasanya seperti tersambar petir ketika Ken memperlakukan Hongbin sekasar itu. Memang Ken tidak melakukan kontak fisik tapi apa yang keluar dari mulut Ken telah mengiris hati Hongbin layaknya sebuah parang mengoyak sebuah daging. Hongbin tidak bisa menerima perlakukan seperti itu. Harus sampai kapan dirinya dinomor duakan?
Tanpa tahu harus mengadu pada siapa Hongbin mengikuti saja kemana arah angin berhembus. Angin yang kuat mengiringi langkah kaki Hongbin. Kemana angin itu membawa Hongbin, tidak ada yang tahu. Hongbin percaya, angin akan menggiringnya ke suatu tempat yang tepat. Tempat yang begitu Hongbin butuhkan saat ini, dimana Hongbin bisa mengeluarkan seluruh uneg-unegnya.
Berbekal sebuah bunga teratai di tangan, Hongbin berjalan menyusuri anak tangga yang terpampang menuju puncak sebuah bukit. Setiap anak tangga yang Hongbin lewati membawa Hongbin semakin terbenam dalam masa lalu. Kenangan manis masa lalu terasa terulang kembali. Rasanya baru kemarin Hongbin digendong oleh seseorang, menolongnya menaiki anak tangga yang berjumlah ratusan itu. Padahal sudah cukup lama Hongbin tidak mengunjungi tempat ini
Comments