Chapter 2
Just One LoveSetelah berhasil lolos dari kerumunan warga, remaja itu akhirnya mengetahui obyek yang dikelilingi oleh warga itu. Matanya langsung melebar mendapati sesosok manusia telungkup tak berdaya di tengah kerumunan. Anehnya tidak ada seorang pun yang berinisiatif untuk menolong sosok yang tampak sangat lemah itu. Wajahnya sangat pucat. Kondisinya yang tidak karuan memancing rasa iba remaja itu. Sekali lagi tanpa banyak pikir ini dan itu remaja itu langsung menaikkan sosok lemah itu keatas punggungnya lalu membawanya ke tempat pengobatan tradisional di desa tersebut.
“Sikyung ahjussi, bagaimana keadaannya?”
“Kita beruntung Wonshikki, dia hanya kelelahan dan kekurangan makan. Tapi kita perlu membuatnya hangat dulu, udara yang terlalu dingin membuat fisiknya semakin lemah”, jelas ahjussi yang merupakan tabib kepercayaan warga desa. “Kau boleh menemaninya di dalam. Mungkin dia butuh teman saat dia bangun nanti”
Remaja yang membawa sosok asing itu ke tempat pengobatan milik kerabatnya mengangguk mengiyakan saran ahjussi.
Perlahan Leo membuka matanya. Leo mengedarkan pandangannya ke segala arah. Merasa asing dengan tampat dirinya berada Leo bangkit dari tempat tidurnya. Tapi entah mengapa Leo merasa tubuhnya berat untuk digerakkan. Rasanya kaku seperti dancer yang puluhan tahun tidak menari.
Leo benar-benar tidak tahu dimana dirinya berada. Dia tidak ingat apa-apa setelah dia turun dari kereta. Leo mencoba mengingat-ingat tapi hasilnya nihil, tak ada yang muncul di otaknya. Amnesia? Mungkinkah? Leo mencoba memukul-mukul kepalanya memastikan tidak ada luka akibat benturan di kepalanya yang bisa menyebabkan amnesia. Akh!! Rasanya sakit tapi setelah diraba-raba tak ada luka di kepalanya. Leo masih penasaran dan sekali lagi memukul-mukul kepalanya sendiri. Tapi tiba-tiba sebuah tangan mencengkeram pergelangan tangan Leo, seketika tindakan Leo memukul-mukul kepalanya terhenti. Leo menengadahkan kepalanya, mencari tahu siapa yang menahan tangannya.
“Apa yang kau lakukan huh?? Kenapa memukul-mukul kepalamu sendiri?”, tanya Wonshik cemas. “Kondisimu belum pulih sepenuhnya jadi jangan berbuat sesuatu yang macam-macam”
Leo tidak memperhatikan Wonshik yang mengomel padanya. Perhatian Leo justru tertuju pada cengkeraman Wonshik di pergelangan tangannya. Cengkeraman yang cukup kuat untuk membuat Leo merasa kesakitan. Melihat Leo yang meringis kesakitan sambil memperhatikan pergelangan tangannya, Wonshik buru-buru melepaskan cengkeramannya. Saking cemasnya dengan Leo Wonshik malah lupa kalau dia mencengkeram Leo cukup kuat.
“Maafkan aku. Aku tidak bermaksud menyakitimu”, sesal Wonshik. Leo tertunduk tanpa menanggapi permintaan maaf Wonshik. “Kau tidak apa-apa?”, tanya Wonshik kembali cemas.
Leo mengangguk pelan. “Ini dimana? Apa kau tahu kenapa aku bisa ada disini?”
“Euhm… ini di Desa X, desa yang berada tepat di kaki gunung K. Soa
Comments