Sekujur tubuhnya serasa membeku di tengah suhu minus. Kakinya terpaku menapak lantai, tak sanggup digerakkan barang sedikit pun. Dadanya tiba-tiba panas dan perih  seperti ada tombak yang mengoyak organ dalamnya. Kedua tangannya mengepal, seolah sedang meremas pemandangan yang tertangkap oleh penglihatannya. Berharap dia tidak melihat tapi dia melihat. Berharap dia tidak disana tapi dia disana. Dengan tanpa ekspresi dia ingin sekali melumat salah seorang dari pasangan itu. Menendangnya, meninjunya, atau bahkan melemparnya dari air terjun Niagara untuk melampiaskan rasa sakit nan perih di dadanya. Hatinya sudah berkeping-keping, hancur lebur ketika melihat orang yang dia istimewakan selama ini telah bermain api dibelakangnya.

Tampaknya pasangan itu tidak menyadari keberadaan Leo diambang pintu yang menyaksikan mereka berdua memadu kasih. Kedua remaja itu tenggelam dalam dunia mereka sendiri, bagaikan dunia hanya milik mereka. Remaja berlesung pipi itu mengalungkan kedua tanganya ke leher remaja lain berhidung mancung sambil merapatkan kedua tubuh mereka, menyalurkan kehangatan satu sama lain. Sesekali remaja berhidung mancung itu mengecup sekilas bibir kissable di hadapannya. Kecupan itu dibalas dengan sebuah senyum menawan berhiaskan sepasang lesung pipi dari remaja bermata bulat itu. Pancaran mata keduanya menggambarkan perasaan sepasang kekasih yang sedang kasmaran. Tanpa perlu banyak mengumbar kata-kata manis dari bibir, mata mereka sudah mengatakan bagaimana perasaan mereka terhadap satu sama lain.

Berharap apa yang dilihatnya adalah sebuah ilusi Leo menutup rapat-rapat sepasang penglihatannya. Leo meyakinkan diri bahwa apa yang telah dia lihat bukanlah sebuah kenyataan. Ini pasti mimpi, mimpi… ya mimpi.

Sayang, apa yang Leo lakukan tidak mengubah apa pun. Justru ketika Leo membuka matanya kembali, orang nomor 1 di hatinya itu melakukan sesuatu yang membuat Leo tertekan secara mental. Dia telah membohongi Leo, mempermainkan perasaannya yang tulus. Ini sudah sangat keterlaluan. Segalanya sudah Leo berikan padanya termasuk seluruh jiwa raga tapi beginikah cara dia membalas Leo?.  Beraninya dia membagi cintanya pada orang lain. Betapa hancurnya perasaan Leo mengetahui apa yang dia berikan tidak sebanding dengan yang dia terima.

Membelah dinginnya udara malam yang beku, Leo berjalan tanpa arah. Tidak ada tempat yang nyaman untuk Leo datangi tanpa terkecuali rumahnya sendiri. Perasaannya yang sedang tidak karuan membuatnya tidak bisa berpikir dengan jernih. Penyesalan dan sakit hati berkecamuk hati. Semua kata-kata dan perlakuan manis darinya ternyata hanya topeng belaka. Topeng yang menyembunyikan betapa busuknya dia. Huh, bodoh sekali kau Jung Leo. Bisa-bisanya kau termakan buaian si brengsek itu. Haha lucu sekali.

Di da