Saya kembali readers tercinta XD

Maaf membuat kalian menunggu terlalu lama *bow

Terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca fanfic saya yang masih banyak kekurangan ini ^^

Mohon kritik dan sarannnya chuuuuu

~~~~

Masih dihinggapi rasa kesal karena Hakyeon, Ken meneguk secangkir penuh teh hijau yang tersaji di meja di hadapannya hingga tak bersisa. Kesal yang sudah sampai ubun-ubun seakan telah membuat lidah Ken tidak bisa mengecap rasa khas dari minuman itu. Ken menatap kosong cangkir putih diatas meja. Sepenggal kalimat Hakyeon melintas sesaat di ingatan Ken, “Kau mempunyai jawaban atas semua yang kau ingin ketahui”. Ken yakin ada makna tersembunyi dibalik kalimat itu. Ken mencoba mencerna rangkaian kata-kata itu, tapi entah mengapa memecahkan makna yang tersirat dari kalimat itu terasa lebih sulit daripada membunuh kutu Doldol satu persatu. Sungguh membuat Ken semakin frustasi.

Duduk di pinggir sungai yang merefleksikan langit biru dengan gumpalan awan putih diatas kepala, Leo masih kepikiran soal cerita Sikyung ahjussi malam itu. Tepatnya soal Wonshik dan cinta pertamanya, Dilihat secara kasat mata memang tidak ada yang tahu bagaimana isi hati seseorang. Apa yang bergejolak di dalam hati hanya si pemilik hati itu dan Tuhan yang tahu. Leo tidak bisa memastikan jika cerita itu benar atau hanya karangan bebas seorang Sung Sikyung ahjussi saja. Tapi anehnya Leo tidak bisa melupakan atau sekedar mengabaikan cerita itu. Apalagi cerita itu berujung dengan permintaan yang terdengar mustahil. Menggantikan cinta pertama Wonshik? Memangnya Leo siapa?

Hanyut dalam pikirannya sendiri membuat Leo tidak menyadari seseorang telah duduk di sebelahnya. Wonshik yang datang dengan membawa makanan ringan heran mendapati Leo yang sedang melamun sambil memperhatikan aliran sungai yang kebetulan tidak terlalu deras itu. Tidak seperti biasanya mata Leo terlihat sayu, seperti sedang memikirkan sesuatu.

“Hyung~”, panggil Wonshik halus, tidak ingin mengagetkan Leo.

“Y....a…ay…ya…”, sahut Leo sedikit tergagap. Sepertinya Wonshik gagal untuk tidak mengejutkan Leo.

“Apa yang sedang kau pikirkan?”, tanya Wonshik to the point.

“Hnn? Tidak ada”, jawab Leo bohong.

Wonshik menatap lurus ke mata Leo, memastikan kebenaran dari sanggahan Leo tadi. Merasa kikuk ditatap Wonshik seperti itu dalam jarak yang sangat dekat Leo memilih membuang pendangannya kearah lain agar tidak terlalu lama bertemu pandang dengan Wonshik. Akhirnya Wonshik menyerah dan menggeser padangannya pada sebagian kakinya yang dia masukkan ke dalam air sungai.

“Kalau begitu boleh aku bertanya sesuatu?”, Wonshik mencoba mencairkan suasana yang sempat kikuk diantara mereka. Leo tidak menyahut. Di sisi lain Wonshik menangkap diamnya Leo itu sebagai jawaban ‘boleh’. “Sejak kita bertemu kau belum sekali pun pernah menceritakan alasan kenapa kau pergi hingga sampai kesini”

“Waktu itu aku sudah bilang kan soal kereta-“

“Bukan, bukan tentang kau naik kereta. Aku ingin tahu alasan utama kenapa kau pergi dari tempat tinggalmu. Mengingat saat kau ditemukan oleh warga desa waktu itu kau terlihat seperti orang yang pergi tanpa persiapan yang matang, atau bisa kubilang kau pergi dengan tergesa-gesa”

“Apa aku harus menjawabnya?”, samar-samar suara Leo terdengar bergetar. Suara gemericik air s