Penasaran, Ken pun memutuskan untuk mencari tahu ada apa dibalik suasana yang ganjil seperti ini. Ken menekan password pintu rumah untuk bisa masuk ke dalam rumah megah tersebut. Bagaimana Ken bisa tahu passwordnya? Hey, Ken bukan orang asing. Dia sering datang ke rumah itu tentu bukan hanya untuk bermain dengan Doldol saja kan? Ken mengenal, bukan lebih tepatnya memiliki hubungan yang sangat dekat dengan sang pemilik rumah. Asal tahu saja, sebenarnya yang menentukan password itu adalah Ken sendiri, tentu saja atas persetujuan sang pemilik rumah.

Ken masuk ke dalam rumah seperti masuk ke dalam rumahnya sendiri. Oh Doldol mengekor ternyata. Sudah bukan hal aneh jika Ken bisa keluar masuk ke rumah tersebut tanpa menunggu sang pemilik rumah mempersilakan. Bermalam di rumah ini juga  bukan hal baru yang Ken lakukan. Rumah ini bagaikan rumah kedua bagi Ken.

“Leo hyung~”, panggil Ken dengan nada seceria biasanya. “Hyung, kau dimana?”. Sekali lagi Ken memanggil sang pemilik rumah. Sayang, tak ada sahutan yang terdengar. Ken mulai menyusuri seluruh ruangan di dalam rumah tersebut karena penasaran dengan keberadaan Leo. Mulai dari dapur, kamar, toilet hingga ke halaman belakang, Ken tidak menemukan sosok yang dia cari. Sekali lagi Ken memeriksa ke seluruh ruangan, mungkin Leo sedang bersembunyi darinya. Ken mengira Leo sedang mengajaknya bermain petak umpet. Kekeke, kau sedang ingin bermain ya hyung, batin Ken. Dengan senyum mengembang Ken kembali mencari Leo sambil membayangkan ekspresi Leo yang gagal bersembunyi darinya nanti. Dengan penuh percaya diri Ken mencari dan mencari lagi ke seluruh sudut rumah.

Kurang lebih 2 jam telah berlalu tanpa hasil. Pencarian Ken nihil. Ken sudah mencari ke seluruh sudut rumah berkali-kali bahkan sampai berputar-putar mengelilingi halaman untuk menemukan Leo. Sayang, Ken hanya buang-buang waktu saja. Nyata sekali Leo tidak ada disana.

Ken merebahkan tubuhnya yang sudah kelelahan ke atas sofa si depan tv. Bulir-bulir keringat mulai mengucur dari seluruh pori-pori tubuh Ken. Yang paling terlihat adalah di kening Ken. Keringat yang deras mengucur dari kening Ken membuat poni Ken basah, memaksa Ken beberapa kali menyekanya.

“Doldolli, sebenarnya dimana Leo hyung bersembunyi huh?”

GUK! GUK!

“Huh? Dimana??”

GUK GUK GUK

Ken menghela napas panjang. “Percuma, aku tidak mengerti bahasamu?

Ken mengeluarkan smartphone yang sejak tadi terabaikan di dalam saku celananya. Menatap layar smartphone itu sambil mencari nama Leo di daftar phonebook. Ken mendial nomor Leo tanpa ragu. Sebenarnya ini pertama kali Ken menghubungi Leo setelah seharian kemarin dia mendiamkan Leo dengan alasan sibuk mengurusi sesuatu. Jelas itu hanya omong kosong saja, Ken menghabiskan hari kemarin bersama Hongbin. Ya, bersama Hongbin. Memadu kasih dengan remaja berlesung pipi itu di apartemen Hongbin. Dan Leo sama sekali tidak mengetahuinya, setidaknya itu yang Ken duga.

Kerutan di dahi Ken muncul ketika nomor Leo tidak lagi aktif. Operator di ujung telepon memberitahukan jika nomor yang Ken hubungi sudah dinonaktifkan oleh sang pemilik. Karena masi