2

Miracle In December

Note : For italic, it's tell about past time. actually i forgot to tell you about this. eventhough, i know you're even know wthout i'm telling >.< I'm too lazy too check the words or something. so, if there's miss-spelling (in Indonesian) I'm sorry :) Have fun reading ^^

 

► 

 

Yifan menatap sosok yang tengah terbaring di atas tempat tidur king size berseprai rusa-rusa beserta santa clausenya. Sedari tadi, lelaki jangkung itu tak bergerak sedikitpun dari posisi duduknya. Dengan badan tegapnya yang menghadap kea rah sosok yang tengah berbaring, dan dengan kedua bola matanya yang seolah tak berkedip menatap sosok itu.

“Hhhh..”

Sebuah helaan nafas tanpa sadar lolos dari bibirnya.

Yifan melirik ke sekeliling kamar tempat ia berada. Menatap satu persatu benda yang tertata rapih disana. Sebelum kembali menatap sosok yang terbaring di tempat tidur itu sekali lagi.

“Kau tau, ini pertama kalinya aku masuk ke kamarmu selama 17 tahun aku hidup. Dan selama 17 tahun pula aku mengenalmu.” Yifan tertawa kecil, mentertawakan dirinya yang bermonolog tanpa alasan.

 

Tiba-tiba ia merasakan sesuatu bordering didalam jas sekolahnya. Merogoh salah satu kantung yang ada disana, Yifan mengeluarkan sebuah benda persegi panjang dari dalamnya. Tanpa melihat list contact yang menelponnya, Yifan menekan tombol hijau dan mendekatkan benda persegi panjang itu ke telinganya.

“Ya! Kau dimana eoh?!”

Indera pendengaran Yifan langsung disambut dengan suara teriakan yang mampu memekakkan telinganya. Akibatnya, Yifan harus sedikit menjauhkan benda persegi panjang itu dari telinganya. Seketika ia melirik layar ponselnya dan menatap nama hyungnya tertera disana. Sedikit merutuki dirinya yang tak melihat dulu siapa yang menelponnya.

“Hyung, bisakah kau tak berteriak sekencang itu?” itu pertanyaan yang keluar dari mulut Yifan.

“Aku melihat mobilku yang kau bawa ke sekolah di depan rumah tapi tak menemukanmu. Ya, kenapa mobilnya tak kau taruh di garasi?”

Yifan membulatkan mulutnya saat tau maksud hyungnya menelpon. Jadi, hyungnya mengkhawatirkan mobilnya, bukan dirinya?

“Aku ada di rumah Jongdae. Nanti akan kumasukkan mobilnya ke garasi hyung. Atau kenapa tidak kau masukkan sendiri saja mobilnya?”

“Ya, kau menyuruh hyungmu, eoh?”

“Iya, iya. Nanti kumasukkan. Tunggu sebentar hyung, aku masih ada urusan disini.”

“Tadi kau bilang kau di rumah Jongdae? Bagaimana bisa kau berada disana?” Yifan memutar matanya mendengar ucapan hyungnya.

“Jongdae sedang sakit. Aku yang membawanya pulang. Tenang lah hyung, aku tak akan nekat mengendap-ngendap masuk ke rumah Jongdae seperti yang kau sarankan waktu itu.” Yifan mengingat rencana gila hyungnya seraya melirik Jongdae yang masih tak bergerak dari tempatnya.

“Itu rencana paling brilliant yang pernah kuberitahu padamu. Yasudahlah, cepat selesaikan urusanmu dengan Jongdae lalu segera masukkan mobilku ke bagasi.”

“Arasseo, hyung.”

 

Yifan mengakhiri telepon dari hyungnya dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku jasnya. Sebelum beranjak dari duduknya. Sedikit merundukkan badannya, ia membenarkan posisi kompres yang berada di dahi Jongdae.

“Tunggu sebentar ya, Jongdae. Aku akan membuatkanmu bubur.” Dengan senyum hangatnya, Yifan melangkah keluar dari kamar Jongdae.

 

Setelah sosok jangkung itu pergi, kedua kelopak mata yang sedari tadi tertutup itu terbuka. Jongdae menatap pintu yang tertutup rapat, pintu yang dilewati Yifan untuk keluar dari kamarnya.

Tangannya perlahan bergerak menyentuh kompres yang ada di dahinya. Sebuah senyuman tipis terkembang di wajah pucatnya. Sebelum kedua mata itu kembali tertutup. Mencari mimpi yang tadi sempat tertunda karena ia terbangun.

 

 

 

 

“Ahjumma, apa kau punya bahan-bahan untuk membuat sup?” pertanyaan Yifan membuat sosok wanita paruh baya yang tengah sibuk mengelap berbagai perabotan kaca di rumah itu menoleh.

“Sup? Apa tuan muda Jongdae meminta saya untuk membuatkannya?”

“Aniyo ahjumma. Aku yang akan membuatkannya untuk Jongdae. Ia masih tidur, jadi aku yang berinisiatif untuk membuatkannya. Jadi, apa ahjumma punya bahan-bahannya?”

“Tuan bisa mengambil bahan-bahan yang tuan butuhkan di kulkas, dan laci atas nomor tiga dari kanan, tuan.” Yifan mengangguk mengerti sebelum permisi pada pembantu di rumah itu dan berjalan menuju dapur.

Kali ini sosok jangkung itu mengeluakan ponselnya lagi dari sakunya. Membuka internet dan mencari resep membuat sup yang biasa disajikan untuk orang-orang sakit.

“Samgyetang. Mungkin ini makanan yang paling cocok untuk Jongdae saat ini.” Yifan tersenyum sambil men-scroll layar ponselnya ke bawah. Membaca satu persatu bahan makanan untuk membuat samgyetang. “Semoga bahan-bahannya ada.”

Yifan membuka kulkas untuk mencari salah satu bahan masakan yang ia butuhkan. “Ayam!” Yifan mengeluarkan satu potong ayam yang belum dipotong. Setelah itu ia sibuk menyiapkan bahan-bahan lain yang ada di resep masakan yang ia cari.

Setelah semua bahan yang ia butuhkan ada di atas meja, namja jangkung itu terdiam dan menatap ayam utuh dan pisau di sebelahnya.

“Bagaimana cara memotong ayamnya?”

“Tuan butuh bantuan?”

Yifan membalikkan badannya dan menemukan pembantu rumah itu tengah berdiri didepan pintu dapur.

“Ahjumma, ini.. bagaimana cara memotong ayamnya?”

 

Yifan membawa semangkuk berisi penuh samgyetang dengan hati-hati sambil menaiki satu persatu anak tangga. Setelah menghabiskan wakt 30 menit di dapur bersama ahjumma baik hati, akhirnya Yifan bisa membawakan Jongdae samgyetang untuk dimakan saat ia bangun nanti.

Dengan tangan kirinya, ia membuka pintu kamar Jongdae lalu menutupnya kembali dengan kakinya. Yifan masih menemukan Jongdae tetap di posisinya semula. Mungkin Jongdae memang belum saatnya terbangun.

Yifan meletakkan mangkuk berisi samgyetangnya di atas meja kecil yang berada di samping tempat tidur Jongdae. Tangan besar miliknya beralih pada kompres yang berada di atas dahi Jongdae. Tangannya yang lain meraih baskom yang berada di atas meja kecil. Merendam kompres itu dan memerasnya sedikit agar tak terlalu basah, lalu menaruhnya lagi diatas dahi Jongdae.

Setelah itu matanya mencari sesuatu di sekelilingnya. Ia meraih secarik kertas dan pulpen dan segera menuliskan sesuatu disana. Sampai-sampai ia terus tersenyum bodoh setiap rangkaian menulis tulisan di kertas itu.

Yifan melipat kertas itu setelah selesai menulis. Menindih kertas itu dengan pulpen diatasnya agar kertas itu tidak terbang. Setelah itu, ia kembali menatap Jongdae yang masih tertidur dengan damai.

“Aku tak bisa menemanimu lebih lama, Jongdae. Aku harus menjalankan perintah hyungku, lalu aku akan mengambil sepedamu di sekolah dan mengembalikannya ke rumahmu. Jadi, saat kau bangun, kau harus langsung meminum obat setelah menghabiskan samgyetang buatanku, arasseo?”

Yifan tersenyum hangat pada sosok yang tak mungkin membalas senyumannya itu. sebelum dirinya beranjak bangun dan berjalan menuju pintu kamar Jongdae. Sekali lagi Yifan menoleh kearah Jongdae dan menemukan sosok itu masih menutup kedua matanya. Dengan helaan nafas pelan, Yifan membuka pintu kamar Jongdae dan menutupnya kembali.

 

Jongdae membuka kedua matanya saat ia mendengar suara pintu yang ditutup oleh Yifan. Mengerjap-ngerjapkannya sejenak sebelum ia beranjak duduk dan melihat ke samping kanannya. Menatap mangkuk samgyetang yang masih hangat dan surat yang ditulis Yifan. Ia segera meraih surat yang baru selesai ditulis itu. Bahkan ia tak sadar kompresnya jatuh dari dahinya.

Jongdae membuka lipatan surat itu dan mulai membacanya.

 

To : Kim Jongdae

 

Hey, kau sudah memakan samgyetang yang ada di atas mejamu? Itu sup buatanku loh, hehe. Walaupun ahjumma Nam membantuku sedikit (sebenarnya banyak sih). Oh ya, setelah membaca surat ini kau harus langsung turun dan meminta obatmu pada ahjumma Nam, ya? Suhu tubuhmu panas sekali tadi saat kau tertidur di sekolah. Beruntung saat aku mengeceknya tadi sebelum kutulis surat ini suhu tubuhmu sudah sedikit berkurang.

Oh ya, maaf mungkin kau sedikit bingung kenapa kau yang sewaktu sadar tidur di sekolah dan saat bangun sudah berada di rumah. Kau tau, aku panic saat menemukanmu tertidur denga  wajah pucat di kelas. Makanya tanpa berpikir dua kali, aku langsung membawamu pulang sampai-sampai meninggalkan sepedamu di sekolah -_- Tapi kau tenang saja, saat kau bangun, sepedamu pasti sudah ada di garasi rumahmu!

Oh ya, kalau kau merasa samgyetang yang kubuat enak, kau bisa meminta ahjumma Nam membawakan lagi untukmu. Aku memasakkan banyak, satu panci, hehe. Tenang saja, aku tak menaruh apapun di samgyetangmu kok ._.V

Kau harus banyak istirahat Jongdae. Mungkin kau kelelahan karena banyak tugas sekolah. Aku tak mau kau sakit lagi, oke? Dengarkan kata-kata Wu Yifan ;)

 

From : Yifannie :3

 

 

Sudut bibir Jongdae membentuk sedikit lengkungan saat ia selesai membaca surat itu. Jongdae menatap samgyetang  yang berada diatas meja kecil di samping tempat tidurnya. Dengan hati-hati, ia mengangkat mangkuk itu dari atas meja.

Jongdae menyoba sesendok sup itu. Ia terdiam sebentar, membiarkan indera pengecapnya merasakan makanan itu.

“Tidak buruk.” Jongdae mengambil suapan berikutnya. Begitu seterusnya sampai isi di mangkuk itu habis.

Jongdae bisa merasakan efek dari samgyetang itu, yang membuat tubuhnya yang sedari tadi merasa kedinginan menjadi hangat. Perlahan, Jongdae menyenderkan tubuhnya di senderan tempat tidurnya. Ia menaruh mangkuk yang sudah kosong di tempat semula.

Jongdae meraih surat dari Yifan yang sempat ia abaikan beberapa saat. Membacanya berulang-ulang. Sampai ia melupakan salah satu pesan dari Yifan untuk meminum obatnya.

 

 

 

 

Yifan mengayuh  sepeda milik Jongdae melewati trotoar. Semilir angin yang menusuk kulit Yifan membuat namja jangkung itu harus mengayuh lebih cepat agar tubuhnya hangat. Pergantian musim gugur ke musim dingin memang sangat menyiksa.

Yifan menghentikan laju sepedanya saat melihat dua sosok yang tak asing untuknya. Sosok tinggi yang masuk ke sebuah café dengan sosok yang lebih pendek darinya dan menggunakan seragam yang sama dengan yang ia kenakan. Segera, Yifan parkirkan sepedanya didepan café itu lalu menyusul dua orang itu masuk ke dalam café.

“Selamat datang,”

Yifan sedikit membungkukkan tubuhnya saat salah satu pelayan yang berjaga di pintu menyapanya. Setelah itu pandangannya langsung mencari dua sosok yang ia lihat sebelumnya. Ujung bibirnya terangkat saat kedua indera penglihatannya menemukan sosok yang ia cari. Dengan segera ia melangkahkan kakinya menuju dua sosok itu.

“Hei, apa aku mengganggu?”

Yifan menyapa kedua orang itu. membuat dua orang itu memandang Yifan dengan wajah terkejut mereka. Tapi salah satu dari mereka berhasil menetralkan ekspresi wajahnya.

“Hei, Yifan. Kau tak mengganggu. Kami baru saja akan makan malam. Kau mau bergabung?”

Yifan tersenyum puas saat sudut matanya menangkap sosok yang tidak bicara tampak tak terima saat yang lainnya mengusulkan hal itu.

“Ani, Baekhyunnie. Aku tak mau mengganggu kencan kalian.” Yifan bisa melihat dengan jelas kalau Baekhyun, salah satu sosok itu menundukkan kepalanya saat semburat merah mulai menyebar di wajahnya. Sementara Chanyeol, yang sedari tadi belum membuka mulutnya tampak tersenyum lebar. Menyukai ucapan Yifan.

“Aku hanya ingin bertanya pada kalian,” Yifan mengambil posisi duduk disamping Chanyeol.

“Ya ya ya, bukankah kau bilang kau tak akan mengganggu kami?” Chanyeol protes.

“Aku hanya bertanya sebentar, Yeollie. Baekkie, kau kan anggota choir sekolah kita, tentu kau juga Chanyeol. Kalian tau kan di anggota choir harus ada yang menggantikan posisi Woohyun untuk perayaan natal di sekolah kita nanti?”

Baekhyun dan Chanyeol mengangguk serempak.

“Jadi, apakah kalian punya rekomendasi orang yang bisa menggantikan Woohyun?”

Baekhyun dan Chanyeol terdiam. Keduanya saling pandang, lalu tampak berpikir dalam-dalam. Sementara Yifan terus memperhatikan keduanya. Berharap, diantara mereka ada yang bisa menyelesaikan masalahnya.

“Eng.. kau sudah pertanya pada ‘dia’?” setelah lama berdiam, Baekhyun membuka suara.

“’Dia’?” Yifan menatap bingung Baekhyun.

“’Dia’. Yang selalu kau anggap ada, tapi ia seolah menganggapmu tak ada.” Chanyeol yang menjawab seolah tau siapa yang dimaksud Baekhyun.

“Jongdae?”

Keduanya mengangguk. Yifan diam sejenak, tapi kemudian ia hampir terlonjak dari kursinya. Membuat Chanyeol harus menahan pundaknya.

“Ya Tuhan.. kenapa aku bisa lupa kalau Jongdae memiliki suara emas?! Kalau begitu, terima kasih Baekkie, Yeollie. Kalian memang yang terbaik dari yang terbaik! Aku duluan ya! Selamat bersenang-senang!” Yifan menepuk pundak Baekhyun dan Chanyeol bergantian, sebelum berlari keluar café.

 

“Kau pikir, Jongdae akan menerimanya?”

“Huh?” Baekhyun menatap Chanyeol tak mengerti.

“Ia yang selalu menghindari Yifan. Bagaimana ia mau menerima tawaran Yifan sebagai pengganti Woohyun?”

“Iyasih.. tapi.. kau saat ia pertama kali diajak Kyungsoo untuk ikut choir grup gereja kita? Ia bilang menyanyi adalah hobinya. Menjadi penyanyi adalah cita-citanya. Bukankah ini salah satu langkah untuk mendukung hobi dan cita-citanya? Kemungkinan besar ia akan menerimanya cukup besar juga kan?”

“Yah.. kita hanya bisa berharap Jongdae berhenti dingin pada Yifan untuk kali ini saja. Kadang aku merasa Yifan selalu tersenyum dan berbicara pada angin, saat ia melakukan itu semua pada Jongdae.”

“Yah.. berharap tidak ada salahnya kan?”

 

 

 

 

Yifan kembali menghentikan sepeda yang tengah melaju dengan kedua kakinya tepat di depan rumah Jongdae. Ia melompat turun dari sepeda itu dan mulai berjalan sambil menuntun sepeda itu. memasuki pagar rumah Jongdae.

“Jongdae?”

Yifan berhenti di tempatnya berdiri, saat ia melihat sosok Jongdae tengah duduk meringkuk didepan garasi, memeluk kedua lututnya.

“Hei, kau bisa sakit kalau diluar dengan baju setipis itu di cuaca seperti ini.” Yifan berjalan menghampirinya dan berjongkok di hadapannya. Kedua bola matanya bertatapan dengan kedua bola mata Jongdae yang selalu menatapnya dengan tatapan kosong.

“Apakah kau tak membaca suratku? Aku menyuruhmu istirahat kan?”

Jongdae menghiraukan Yifan dan mengalihkan pandangannya kea rah sepedanya.

“Ah, kau tenang saja. Aku mengembalikan sepedamu dengan keadaan utuh kok. Kau tunggu disini, biar aku masukkan sepedamu ke garasimu dulu.” Yifan berdiri dan berjalan menghampiri sepeda yang ia tinggal di depan pagar. Lalu menuntunnya masuk untuk memasukkannya ke garasi. Diiringi tatapan Jongdae yang mengikutinya.

“Nah, sepedamu aman kan di garasi? Sekarang, kau masuk ya? Kau belum benar-benar sembuh, Jongdae. Wajahmu masih pucat.”

Yifan meraih kedua tangan Jongdae yang tadinya memeluk kedua lututnya. Menariknya pelan agar Jongdae berdiri. Dan saat ia sudah berdiri, Jongdae membalas genggaman tangan Yifan. Membuat namja jangkung itu terpaku sesaat.

“Terima kasih.”

Jongdae berujar sangat pelan. Bahkan mungkin bisa dikatagorikan sebagai sebuah bisikan. Membuat Yifan mencerna sesaat, sebelum tersenyum hangat kepada Jongdae. Ada rasa lega, karena Jongdae kembali berbicara padanya. Setelah 7 tahun ia lewati hanya dengan tatapan kosong dari namja itu.

“Aku senang bisa menolongmu, Jongdae. Kita teman, bukan? Nah, sekarang kita masuk dulu oke? Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu.”

Yifan memutar tubuh Jongdae lalu merangkul pundaknya. Membopong tubuh lemas itu masuk ke dalam rumah. Lalu mendudukkannya di sofa panjang yang berada di ruang tamu keluaga Jongdae.

“Bagaimana samgyetang buatanku? Enak kan?”

Jongdae mengangguk pelan. Yifan tersenyum puas.

“Umm.. Jongdae, bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?” Jongdae menatap Yifan. Ada sedikit pacaran di mata yang selalu kosong kini.

“Tentang.. menjadi anggota choir di sekolah kita? Jadi begini, Woohyun salah satu anggota choir untuk natal nanti tertimpa musibah. Ia masih dirawat di rumah sakit dan belum sadarkan diri. Anggota choir sekolah kekurangan anggota. Mengingat kau memiliki suara yang indah, aku ingin.. umm.. menawarkan posisi Woohyun untukmu?”

 

Yang Yifan dengar selama beberapa saat ke depan hanya lah keheningan. Yifan sedikit terkejut saat melihat tatapan Jongdae kembali seperti semula. Tatapan kosong yang selalu tertuju padanya. Dan Yifan berharap ia salah lihat, jika ada tatapan dingin yang Yifan temukan di kedua bola mata Jongdae.

“Eng.. Jongdae, kalau kau tak berminat kau tak usah..”

“Baiklah. Kapan aku bisa mulai masuk?”

Yifan lebih terkejut saat mendengar jawaban Jongdae. Ia bahkan tanpa sadar membuka mulutnya lebar dan menatap Jongdae tak percaya.

“Eng.. besok. Aku yang akan mengantarkanmu ke tempat choir grup sekolah kita latihan. Tapi kalau kau masih sakit, lebih baik tidak usah sa-“

“Baiklah. Bisakah kau pulang? Aku ingin istirahat.”

Mungkin jika orang biasa yang mendengarnya akan sakit hati. Tapi Yifan malah tersenyum hangat. Karena ia lebih suka sikap dingin Jongdae yang seperti ini berbicara dingin padanya, dibanding seolah-olah menganggapnya tak ada. Sikap dingin yang Yifan rindukan selama 7 tahun.

“Baiklah, aku pulang dulu. Kau istirahat yang banyak. Oh ya, besok pagi, jangan berangkat duluan. Aku akan menjemputmu di rumahmu lalu kita berangkat bersama.” Seperti 7 tahun yang lalu, saat Yifan menawarkan (lebih tepatnya memaksa) Jongdae untuk berangkat sekolah bersamanya.

Dan sepert 7 tahun yang lalu, Jongdae tak menjawab iya, atau sekedar menganggukkan kepalanya. tapi dari tatapan namja itu, Yifan mengerti, Jongdae ingin segera istirahat dan itu artinya ia harus segera pulang.

“Anyeong Dae-i..” Yifan berbisik sambil mengacak-ngacak rambut Jongdae dan tersenyum hangat. Setelah itu menampilkan punggungnya yang tegap, yang menghilang dibalik sekat antara ruang tamu dengan ruangan lain dari pandangan Jongdae.

 

 

 

 

Yifan kembali masuk ke dalam gereja itu, dan memilih duduk di pinggir panggung yang berada di depan gereja. Yifan menatap lurus kea rah pintu gereja yang berada tepat jauh di seberangnya.

Yifan masih bisa mendengar beberapa pembicaraan anggota choir gereja yang masih di tempat. Yang tentunya bersiap untuk pulang agar bisa merayakan malam natal bersama keluarga.

Yifan maraih sakunya untuk mengeluarkan benda berbentuk persegi panjang dari sana. Setelah berkutat sebentar dengan benda persegi panjang itu, Yifan mengambil earphonenya lalu menyambungkannya.

 

Boiji anheun neol chajeuryeogo aesseuda

deuliji anhneun neol deureulyeo aesseuda

Boiji anhdeonge boigo deulliji anhdeonge deullyeo

neo nareul ddeonan dwiro naegen eobdeon himi saenggyeosso

 

Neol nabakke mollasseodeon igijogin naega yeah…

ne maeumdo mollajwodeon musimhan naega

ireohke deo dallajyeodaneunge najocha midgiji anha

Ne sarangeun ireohke gyesok nal umjikyeo

 

Nan saenggakmanhamyeon sesangeul neoro chaeul su isseo hmmm…

nunsongihanaga ne nunmul han bangulinigga

Dan han gaji mothaneun geoseun neol naegero oge haneun il

i chorahan choneunglyeog ijen eobseoeumyeon jogesseo

 

Neol nabakke mollasseodeon igijogin naega

ne maeumdo mollajwodeon musimhan naega

ireohke deo dallajyeodaneunge najocha midgiji anha

Ne sarangeun ireohke gyesok nal umjikyeo

 

[All] Jiganeul meomchwo Nege doraga

chueogeul chaegeun Neoui peijireul yeoreo

nan ge ane isseo  Ow hooo

 

 Neowa hamkke ineun geol

aju jogeunmago yakhan sarami neoui sarangi

[Baekhyun] Ireohke modeungeol Nae salmeul modu

bakkungeol Sesangeul modu ooo…

 

Sarangi gomaun jul mollasseodeon naega oo..

Kkeutnamyeon geumanin jul aradeon naega ohh..

neo wonhaedeon geu moseub gedaero nalmada nareul gochyeoga

Nae sarangeun kkeuteobsi gyesok ddeul geot gata

 

[All] Siganeul meomchwo Ije nan Nege doraga

chueogui chaegeun Oneuldo neoui peijireul yeoreo
nan geane isseo ow hoo… Geu gyeure wa ineungeol

 

Boiji anheun neol chajeuryeogo aesseuda

deuliji anhneun neol deureulyeo aesseuda

 

 

Yang Yifan ingat, setelah Jongdae kembali pada Jongdae yang dingin disaat usia mereka 10 tahun, saat ia mengajak Jongdae untuk berangkat bersama ke sekolah seperti yang mereka lakukan di 10 tahun usia mereka, hal itu tak pernah terjadi. Selalu, saat Yifan pergi ke rumah yang berada tepat di sebelah rumahnya, hanya ahjumma Nam lah yang menyambutnya. Mengatakan bahwa Jongdae baru saja berangkat.

Dan sialnya Yifan, saat Yifan mencoba bangun lebih pagi hanya untuk berangkat bersama Jongdae, Jongdae selalu bisa bangun lebih pagi daripada dirinya.

Saat itu, Yifan sadar. Jongdae belum kembali ke Jongdaenya yang dulu sepenuhnya. Jongdaenya…

 

 

TBC

 

 

Kata temenku kalo aku awalnya udah gitu sekalian dibikin chapter banyak aja. Rencananya sih kemungkinan ada 5-6 chapter. Jadiii, ini tuh masih kayak pengenalan buat fict ini (pengenalan mana yang udah ada konfliknya #plaak). Sooo, keep expecting this weird fict ^^ and sorry if you misunderstood my story *bow*

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
viani24 #1
Chapter 7: I am glad that you are not abandon and give up for this story ^^...take your time...I'll wait your update...thank you for update & fighting author ^^
Waijyn_Jung #2
Aduh mian salah tulis review yah
maksudnya cepet di next yah
Waijyn_Jung #3
Chapter 6: Ya ampun Jongdae kamu kenapa? Jondaeku sayang sini mamah peluk *pelukJongdae
oyaaa ffnya jangan lu next next next :D
taratata #4
Chapter 6: apa mksd jongdae dia tdk bisa bertahan lbh lama lg? jongdae sakit? :-(
baejun13 #5
Chapter 6: uwaaa itu lagu gone kan?
jongdae kenapa? namja itu? yifan ya?*soktau*
huwee jongdae TAT
keep writing!
GyeongGie #6
Chapter 6: chen T___T one of my ultimate bias *-*
jongdae sakit? ㅠ_ㅠ
thor, updatenya cepat xD /raih kerah baju author/
*author: lah baju saya ga berkerah kok :p*
reader sama saya : D____O *mojok ke sudut ruangan dan mutar lagu paling sedih*
chizu_ya #7
Chapter 6: jongdae sakit? TT_TT mudah2an yifan cepet tw kondisi jongae
baejun13 #8
Chapter 5: entah kenapa aku rada takut sama jongin.-.
tuhkan makin keren><
aku suka gaya penulisan kamu gak terlalu berat juga gak terlalu ringan(?)
sampai sekarang aku belom melihat satupun typo
daebak!
baejun13 #9
Chapter 3: serius ceritanya keren banget
chennya dingin dingin gitu, biasanya kan si kris yg dingin
rada kasian juga sama kris dicuekkin sama chen
update yg cepet ya thor! *readerpemaksa*
hwaiting!:)
viani24 #10
Chapter 2: tbh aku mencari krischen ff dengan sisi kris yg kaya gini (hangat,pengertian&pantang menyerah) tapi sayangnya jarang nemu (y iyalah secara krischen ff is rare as diamond),,so much like when yifan take care of sick's jongdae (feelnya itu loh),,mudah2n yifan didn't give up even though jongdae gave him cold attitude,,fighting for yifan & you author ^^