Chapter 4

I'LL WAIT...

A/N: The last chapter, typos everywhere*ignore it*...'pretend its still Yixing's birthday ...Enjoy reading...^_^

***

Tidak seperti malam-malam sebelumnya, keadaan taman saat ini tampak sepi. Yang terdengar hanyalah suara serangga malam yang saling bersahutan, dan gemerisik dedaunan yang bergerak tertiup angin. Dinginnya udara malam itu, membuat orang-orang enggan untuk keluar rumah, meninggalkan selimut dan tempat tidur mereka yang hangat.

Tapi hal itu sama sekali tidak membuat seorang namja cantik yang sedang duduk dengan manis beranjak dari tempatnya. Sesekali dia meniup tangannya untuk sekedar menghangatkan tubuhnya. Sweater hitam dan t-shirt putih yang membalut tubuhnya, sepertinya tidak mampu menghalau dinginnya udara malam itu. Sebuah senyuman menghiasi wajahnya yang terlihat memucat. Dia sama sekali tidak terlihat lelah ataupun bosan, walau telah menunggu di tempat itu selama berjam-jam.

Lay mengedarkan pandangannya ke sekeliling taman yang kini dipenuhi dengan lampu warna-warni, membuat suasana malam itu terlihat lebih romantis. Hingga pandangannya terhenti pada sebuah pohon yang tumbuh menjulang dengan ukuran dahannya yang cukup besar. Memang terlihat agak aneh, pohon itu tumbuh di tempat seperti ini. Tapi, bukan hal itu yang dipikirkan oleh Lay.

Setahun yang lalu, di hari yang sama. Tepat di bawah pohon itu, Lay bertemu dengan Kris.

Flashback

Jejak-jejak hujan masih terlihat di sekitar taman itu. Hembusan angin malam, membuat butiran-butiran air yang menggenang di dedaunan terjatuh, mendarat tepat di atas kepala seorang namja yang sedang duduk meringkuk di bawah sebuah pohon. Wajahnya terbenan diantara kedua lututnya. Tubuhnya begetar pelan, bukan karena dinginnya malam yang menusuk hingga ke tulang. Melainkan namja itu sedang menangis. Suara isakannya teredam oleh bisingnya serangga malam yang saling bersahutan.

Dinginnya malam menyusup dibalik celah-celah seragamnya yang sobek, membuat namja itu semakin erat memeluk lututnya. Kakinya yang kini tak beralaskan apapun, menapak diatas tanah yang basah. Membuat ujung celananya juga ikut kotor. Punggungnya yang tidak tertutupi oleh apapun, bersentuhan dengan kerasnya kulit pohon yang menjadi sandarannya.

Namja itu mengangkat kepalanya sedikit saat menyadari kehadiran seseorang di dekatnya. Hanya menatap sekilas, namja itu kembali menundukkan kepalanya, lebih dalam. Dia semakin mengeratkan rangkulannya. Membuat tubuhnya semakin merapat ke pohon yang ada dibelakangnya. Dia mengabaikan rasa perih yang timbul akibat gesekan antara punggung telanjangnya dengan kulit pohon itu.

“kau tidak apa-apa?”

Suara berat itu memecah keheningan di antara keduanya. Menggantikan suara isakan yang samar-samar menghilang.

Si Pemilik suara mendudukkan tubuh tingginya di samping namja yang sedang meringkuk itu. mengabaikan celananya yang akan kotor karena duduk di atas tanah yang lembab.

“Mianhae. Aku membuatmu seperti ini…”sambungnya lagi sambil mengusap rambutnya dengan salah satu tangannya. Rasa bersalah tergambar dengan jelas di wajah tampannya.

“Mereka melakukan hal ini padamu, karena mereka tahu kalau aku menyukaimu…”ujar namja tampan itu pelan.

Deg…

Seperti tersengat aliran listrik, tubuh namja yang sejak tadi terdiam itu menegang. Dia bisa merasakan darahnya mengalir dengan cepat, memaksa jantungnya untuk memompa lebih keras. Urat-urat di wajahnya tertarik membentuk eskresi kaget, bingung, serta tidak percaya. Apakah otaknya salah mengartikan bahasa namja di sampingnya? Atau telinganya yang salah menangkap gelombang suara yang dikeluarkan namja tinggi itu? Tidak ingin berlarut dalam kebingungannya, namja itu mengangkat kepalanya.

Deg… Deg…

Nyatanya itu adalah tindakan yang sangat fatal, bagi namja malang itu. kini dia tidak bisa mengontrol detakan jantungnya yang semakin menggila. Tepat saat dia mengangkat kepalanya, namja di hadapannya tengah menatapnya. Membuat kedua mata mereka bertemu.

Tidak tahan dengan perasaan asing yang tiba-tiba menyeruak di dalam dadanya, namja malang itu menggeser tubuhnya hendak beranjak pergi dari tempat yang mebuatnya sangat terintimidasi itu. walaupun namja tapan itu tidak melakukan apa-apa yang akan melukai namja malang itu.

Grebb…

Namja tinggi itu segera menumpukan kedua tangannya di samping kepala namja malang itu. membuat tubuh kecilnya terkurung diantara dua lengan panjang milik namja tinggi itu.

“jangan lari lagi dari ku…” ucap namja tinggi itu, terdengar memohon. Nafas hangatnya menyapu lembut wajah namja malang itu yang basah karena air mata.

“mungkin ini memang terdengar gila. Tapi, aku sudah membuat keputusan dan aku tidak akan menyesalinya. Aku tidak menginginkan apapun di dunia ini… selain dirimu”

Mata namja malang itu berkedip perlahan, tidak ada hal lain yang dilakukannya selain menatap namja yang ada dihadapannya. Mendengar setiap kata yang diucapkan namja itu.

“Aku…”

Namja tampan itu menarik napas sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya. Mengumpulkan serpihan-serpihan keberanian yang dengan susah payah dibangunnya, dan dengan mudahnya hancur begitu saja ketika dia berhadapan dengan namja malang itu.

“Aku, Wu Yifan…sangat mencintaimu, Zhang Yixing”

Akhirnya kalimat yang sudah lama menggantung di dalam hatinya, keluar dengan sempurna dari bibirnya. Kalimat yang akan mengubah kehidupannya selamanya, tapi untuk orang yang dicintainya, namja tampan itu akan mengambil kesempatan itu.

End Flashback

Lay memejamkan matanya sambil merengkuh dadanya. Mencoba untuk menghilangkan rasa sesak yang tiba-tiba menghampiri. Mengingat kembali pertemuan itu, membuat rasa rindu di dalam diri Lay semakin membuncah.

“Yifan…ku mohon, datanglah…”lirihnya penuh harap.

Drrtt….drtt…

Benda berwarna putih itu bergetar pelan. Tanpa membuang waktu, Lay segera mengangkat ponselnya. Seolah-olah, kalau dia terlambat sedetik saja maka hal buruk akan terjadi.

“lay saengil chukkae…”

Suara diseberang telpon terdengar ceria, kontras dengan ekspresi Lay saat ini. Seperti ada awan gelap yang menggantung di atas kepalanya. Bahunya merosot turun, seiring dengan helaan napasnya yang terdengar berat.

“ne, gomawo Baekhyun-ah…”jawabnya, berusaha untuk terdengar se-normal mungkin.

“Mian, aku baru mengucapkannya. Sejak tadi aku sibuk merawat Chanyeol…”ujar Baekhyun terdengar menyesal. Lay adalah sahabat dekatnya, tidak melihatnya seharian ini membuat Baekhyun merasa khawatir.

“tidak masalah, Baekki…”ujar Lay menenangkan sahabatnya.

“bagaimana keadaan Chanyeol? Sakitnya tidak parah kan?”

Baekhyun menghela napas sejenak.

“Cuma demam biasa, dia baik-baik saja sekarang. Hanya saja, sikapnya yang terlalu berlebihan, seolah-olah besok dia akan mati. Yang ada aku yang akan mati duluan karena tingkahnya yang seperti anak kecil”

Lay tertawa pelan mendengar penuturan Baekhyun. Dia bisa membayangkan apa yang sedang terjadi dengan pasangan itu.

“Lay…”panggil Baekhyun pelan.

“hmm…”

“apa semuanya baik-baik saja?”

Pertanyaan itu membuat Lay terdiam. Dia tidak tahu harus memberikan jawaban seperti apa.

 “kau tidak perlu memaksakan dirimu untuk menungggunya, Lay…”

“Tidak, Baekhyun-ah. Aku sudah berjanji untuk menunggunya…”

Walaupun terasa sangat berat menunggu sesuatu yang mungkin saja tidak akan terjadi, tapi Lay tidak bisa menyerah sekarang, dan membuat semua usaha yang telah dilakukannya menjadi sia-sia.

Tidak ada yang bisa memastikan apa yang akan terjadi akhirnya. Tapi, bukanlah hal yang salah jika Lay berharap sebuah akhir yang manis. Walaupun dia harus merasakan pahit di awal.

%%%

Satu jam sudah berlalu sejak Baekhyun menelpon, tapi kursi dihadapan Lay masih kosong. Makan diatas meja masih seperti semula, tidak tersentuh sama sekali. Semakin lama udara malam semakin dingin, membuat namja manis yang tehag duduk sendirian itu mengusap pelan lengannya.

Lay menatap jam tangan yang melingkar di tangan kirinya, tinggal beberapa menit lagi, maka hari akan berganti. Namja itu mengedarkan pandangannya berharap bisa menemukan sosok Kris di tengah gelapnya malam. Tapi nyatanya dia tidak menemukan siapapun di tempat itu.

“Kris…”lirih Lay lemah, suaranya terdengar serak.

Dia tidak bisa menahannya lagi. Dadanya terasa sakit, seperti ada batu besar yang menghimpitnya, membuatnya sulit bernapas. Apakah akan berakhir seperti ini?

Air mata perlahan mengalir di pipinya. Sungguh dia tidak sanggup menahannya lagi. Rasanya sungguh menyakitkan. Lay hanya ingin di hari ulang tahunnya dia bisa berbagi kebahagian dengan Kris. Melewati pergantian hari didalam pelukan hangat orang yang dicintainya. Bukannya terpekur sendirian ditengah kesedihan dan keterpurukannya yang sama sekali tidak memberi apa-apa selain rasa sakit dan penderitaan.

“Kris…apa yang harus aku lakukan?” Lay menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan terisak disana.

Sementara itu dari kejauhan terlihat siluet seseorang yang tengah berlari menembus dinginnya malam, menuju tempat Lay berada. Dia semakin mempercepat langkahnya saat matanya menangkap bayangan Lay yang sedang duduk sendirian menunggunya.

“LAY…!!!”

Teriakan itu membuat Lay mendongak. Disana Kris berdiri dengan napas tersengal-sengal. Bulir-bulir keringat membanjiri wajah dan lehernya. Dadanya yang naik turun, membuktikan kalau dia sangat kelelahan setelah berlari ke tempat itu.

Butuh beberapa detik bagi Lay untuk menyadari kehadiran Kris. Dia hanya takut untuk membuat asumsi, yang nantinya akan berbalik menyakiti dirinya sendiri. Tapi sosok nyata yang berdiri tidak jauh darinya, tidak membutuhkan asumsi ataupun dugaan. Yang perlu dilakukan hanyalah membiarkan hati untuk merasakannya, karena pikiran ataupun logika tidak akan pernah mampu mendeksripsikannya.

“KRISSS….!!!” Seru Lay, berlari menghambur di pelukan Kris. Membuat tubuh namja tinggi itu sedikit terdorong kebelakang. Lay mengalungkan kedua lengannya di dada Kris, memeluk namja tinggi itu dengan erat. Kris membalas pelukan Lay dengan melingkarkan lengannya di bahu namja manis itu. membuat tubuh mereka saling merapat satu sama lain, sehingga tidak ada celah sedikitpun yang akan memisahkan mereka.

Mereka terdiam dalam posisi itu untuk beberapa saat. Saling berbagi kehangatan ditengah dinginnya malam. Saling meluapkan rasa rindu yang membuncah di dalam dada mereka. Saling merasakan detak jantung, helaan nafas, yang membuat mereka semakin yakin kalau ini bukanlah fatamorgana, ilusi ataupun sekedar bayangan dalam pikiran mereka.

“Syukurlah, akhirnya kau datang. Aku pikir ini tidak mungkin terjadi…” ujar Lay lembut. Dia merasa lega. Batu besar yang menghimpit dadanya, hancur seketika. Membuatnya bisa bernapas dengan bebas.

“Maaf, Lay…”ucap Kris lirih, sambil mengeratkan pelukannya di tubuh mungil Lay.

Lay mengeleng dalam pelukan Kris “Tidak apa-apa. Aku senang, akhirnya kau ada disini…” ujar Lay sambil tersenyum.

Kris segera melepas pelukannya, saat dia teringat sesuatu. Membuat Lay menatapnya dengan bingung. Kris segera menarik tangan Lay menuju meja yang sejak tadi menjadi tempat Lay menunggu. Segera Kris menyalakan lilin yang tertancap di atas kue.

 “make a wish…” ujar Kris, sambil menarik Lay merapat ke meja.

Namja manis itu lalu memejamkan matanya. Detik berikutnya dia membuka matanya dan meniup dua lilin yang berbentuk angka 2. Suara tepuk tangan mengiringi senyum bahagia Lay. *Author ikutan tepuk tangan bareng member exo…prok…prok…*

Kris menangkup pipi Lay yang terasa dingin dengan tangannya, menarik wajah Lay mendekat ke arahnya.

“happy birthday, My Love…” bisik Kris.

Dengan lembut Kris menyentuh bibir Lay. Membuat Lay memejamkan matanya, merasakan bibir Kris menari di permukaan bibirnya. Kris membasahi bibir Lay yang terasa kering dengan lidahnya. Membuat Lay mengerang pelan. Tangan kiri Kris bergerak memeluk pinggang Lay, sementara tangan kanannya menapak di pipi Lay, menarik wajah kekasihnya lebih dekat, membuat ciuman mereka bertambah dalam.

Mereka tenggelam dalam tautan lembut itu. membiarkan perasaan yang tersimpan di dalam hati mereka tersampaikan melalui ciuman itu.

Suara decakan terdengar saat tautan itu terputus. Keduanya saling berebut oksigen untuk mengisi paru-paru mereka. Kris menatap wajah Lay yang bersemu merah.

“Kris…”panggil Lay.

“Hmm…” Kris bergumam sambil mengusap saliva yang ada di sudut bibir Lay, dengan ibu jarinya.

“saat kita berpisah, apa kau merasa sesak disini?” Tanya Lay sambil menunjuk dada Kris.

Kris menatap wajah Lay lekat-lekat, lalu mengecup dahinya.

“iya. Sangat sesak, membuat ku berpikir akan mati saat itu juga…”

Lay kembali menatap Kris. Dia bisa menemukan ketulusan di mata kekasihnya itu.

“saat kau menatap mataku dan melihat ku hancur, apa kau merasakan hal yang sama disini, walau itu hanya membuatnya retak sedikit?” Lay kembali bertanya sambil menujuk dada Kris. Matanya menatap mata Kris  menunggu jawaban namja tinggi itu.

Kris mengangguk pelan. ”dan itu sangat menyakitkan…”

“Maaf, Lay..aku sudah mengacaukan semuanya. Aku sama sekali tidak bermaksud membuatmu terluka. Ini semua karena aku yang terlalu bodoh. Aku hanya ingin melindungimu, tapi aku tidak menyangka akan berakhir seperti ini. Kalau kau ingin memukulku, menendangku, atau apapun itu, aku akan menerimanya. Namja bodoh sepertiku memang pantas mendapatkannya. Tapi, aku mohon satu hal padamu. Jangan membenciku. Aku—”

Lay mendaratkan kecupan singkat di bibir namja tinggi itu. membuat kalimat panjangnya terputus dalam ciuman lembut itu.

“Tidak apa-apa. Aku juga ingin minta maaf padamu. Aku tidak bisa memahami hatimu, sehingga membuatku membenarkan asumsi-asumsi yang ada dipikiranku. Tapi, aku ingin kau tahu satu hal…”

Kris terdiam, menanti kelanjutan kalimat Lay. Matanya tidak lepas menatap kekasihnya.

“Aku ingin berbagai kebahagiaan, kesedihan, apapun itu yang aku rasakan, dengan mu. Karena itu, aku juga ingin kau melakukan hal yang sama. Semua beban yang kau tanggung, berbagilah dengan ku. Itu akan membuatnya lebih ringan. Kau tidak sendirian, Kris…”

“Lay…”

“Aku mencintai mu Kris…”

Kris tertegun menatap kekasihnya. Kris tidak yakin

“Lay…”

Kris tidak yakin dengan apa yang didenggarnya. Selama ini Kris yang selalu mengatakan kalimat itu. tidak pernah sekalipun Lay yang mengucapkannya. Tapi, malam ini Lay mengatakannya secara langsung, tepat di hadapan Kris. Namja tinggi itu tidak bisa menyembunyikan rasa senang yang menggelembung di dalam dadanya, membuatnya ingin terbang saat itu juga. Saking bahagianya, Kris tidak akan menolak jika nyawanya akan dicabut saat itu juga.

“kalau hari ini adalah ulang tahunku, maka ini adalah hadiah yang paling berharga yang pernah aku dapatkan seumur hidupku…”ujar Kris lalu memberikan kecupan di bibir Lay.

“kalau begitu aku juga akan memberimu hadiah…”

Mata Lay berbinar mendengarnya.

“tapi kau harus berjanji, tidak akan menertawakanku…”

Lay menangguk berkali-kali, seperti anak kecil.

Kris berdehem, membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba terasa kering. Lay menatap kekasihnya dengan antusias. Seolah-olah Kris akan mengeluarkan seekor naga dari dalam tubuhnya.*_*

3…2…1…

“1+1 gwiyomi…”

“O_O”

Lay membulatkan matanya, ketika Kris mulai menggerakkan jari-jarinya. Suara basnya terdengar agak aneh saat menyanyikan lagu itu. sambil tersenyum malu-malu, Kris terus melakukannya. Lay tidak bisa menahan senyumannya, melihat wajah Kris yang terlihat malu-malu. Tapi, sungguh wajah Kris yang memerah karena malu sangat lucu. Lay tidak bisa menahannya lagi. Suara tawanya yang khas menggema di tengah taman.

“6+6…”

“hahahahaha—“

“cuk…cuk…cuk…cuk…cuk…cuk…”

Suara tawa Lay terhenti saat Kris menarik wajahnya mendekat, lalu mencium kening, pipi, mata, dan hidung Lay.

“I love you, Zhang Yixing…” ucap Kris tulus, lalu mendaratkan ciuman di bibir Lay.

Dan tidak ada hal lain yang bisa di lakukan Lay, selain membalasnya dengan penuh perasaan. Sebuah ciuman manis yang membuat keduanya tersenyum, merasakan hangatnya sebuah hubungan yang mereka bangun dalam sebuah ikatan, yang tidak akan pernah putus. Sekalipun sang waktu berhenti berdetak.

END

A/N: Hwuahhh....maunya sih post ini waktu ultah XingXing, tapi gak sempat....T_T...just pretend its still Xing's birthday....^_^

udah baca surat dari Yixing pas ultahnya kemarin??? aku nangis tengah malam bacanya....T_T...

Okay, satu lagi cerita yang tamat....kok, aku lebih suka nulis TBC dari pada END yah...O_O...#plakkk

endingnya terinspirasi liat si Dragon, yang main gwiyomi player. sebenarnya sih aku gak fokus liatin muka Kris yang malu-malu, TAPI....aku fokus dengerin si Unicorn nyanyi...O_O...aku sampe puter berulang kali part itu...suaranya Lay itu loh...masih kena virus yang Auwww di lagu Growl, eh...muncul gwiyomi player XingXing version...Aigoo...kawaiiii....^_^

Just ignore my random talk...once again...GAMSAHAMNIDA...ANNEYEONG...^_^

SEE U IN THE NEXT STORY....SARANGHAEYO....AUWWWW....

(pict belong to the owner)

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
---A_V---
gomawo, guyz...for reading this story...^_^

Comments

You must be logged in to comment
sorahsorah
#1
Chapter 4: Kris kamu kok aneh?! Ngapain kamu bersikap gitu ke yixing?! *tendang kris lol
Agak bingung juga pas bagian kris kok hilang gitu kenapa ya?
Aku suka alurnya. Makasih
kkamJUN #2
Chapter 2: wufan jahat ih bkin yixing nangis.. :(
#jitakinNaga
*peluk yixing*
acieeeee..luhan dtg2 bijak bgt.. XD
sukaaa~
kkamJUN #3
Chapter 1: wufan aneh deeh sikapnya.. :o
mesti ada apa2 nih !
Oke lanjut .. XD
jongkray
#4
Chapter 4: sumpah... awalnya waktu kris marah jd inget film dealova.... udah mau nangis bacanya eh ending nya ngakak gara2 kris gwiyomi >__<
seideer #5
Chapter 3: Kris knp ya..
Baik bgt sih km lay..
Clovexo
#6
Chapter 4: akhirnya kris datang juga..
sempat sedih ih pas kris datangnya telat..
tapi btw, pas kris yg lagi marah sama lay itu kok gk dijelasin?
kraying01 #7
Chapter 4: O_O gue salah tebakan?wkwkwk.yey! Happy ending ..
chamii704 #8
Chapter 4: alesan kris sikap'a bd ma lay koq g dijelasin ya..?
Apa Qyg klwt bc'a..

Yg pnting happy end lah..akhr'a kray balik lagi
Julianeka
#9
Chapter 4: hapily ever after uoooouooo*nyanyi bareng luhan*.
btw lulu nya cuma cameo doank nh thor? yah kirain bakal jd org ketiga.

flufeh nya berasa bgt. dan kado kwiyomi nya kris gk bgt.
guylian #10
Chapter 4: Ahaha, kalo kris begitu depan gua langsung. Ngakak dahh.