Part 3: When He Stepped on Your Foot Unconsiously

You and I: A Story between You and Me

Beberapa jam sebelumnya, di Inha University, Incheon, Korea Selatan.

Soo Yun                     

Demi apa aku mendengar ‘musik’ yang dilantunkan oleh Sunhee sunbae selama 3 jam ini? entah dia marah soal chemistry yang kurang antara aku dan Lee Hwang oppa, partnerku, atau gerakanku yang kurang energik, atau kurang power di gerakan yang ini-itu, dll… Gendang telingaku hampir pecah karenanya. Untung saja aku masih bisa bersabar dengannya karena dialah sunbae yang menemukan bakat menariku satu setengah tahun yang lalu. Aku sudah menganggapnya sebagai eonnieku sendiri, mengingat kami berdua begitu dekat.

Setelah latihan yang lumayan panjang dan melelahkan ini, aku pun segera mengganti pakaian ‘dinas’ saat menari (read: t-shirt dan celana training 7/8) dengan baju ganti yang kubawa.

Belum lagi aku selesai merapikan rambutku di toilet, ponselku sudah menunjukkan display name Nam Gil-ah yang diiringi dengan lantunan lagu Haru milik Super Junior.

“Yeoboseyo… Nam Gil eonnie?”

“Yunnie-ya, sudah selesai latihan?”

“Sudah. Sekarang aku sedang beres-beres saja. Ada apa?”

“Aku sudah di jalan, sebentar lagi dekat Lotte Mall nih. Kalian masih di kampus ya? Pokoknya kalian berdua buruan kesini deh. Kelihatannya kita punya gossip baru nih,” ujar Nam Gil eonnie di seberang sana.

“Arrasseo. Ah, aku jemput Ryeona di ruang music dulu ya. Kami langsung pergi sekarang,” kataku sambil membereskan barang-barangku di toilet dan segera keluar dari sana.

“Palliwa…”

“Arrasseo!” kataku sambil mematikan sambungan telepon kami berdua.

Setelah kukenakan bootsku dan memakai mantelku dengan benar, aku pun segera pergi ke ruang music untuk menemui sahabatku, Kim Ryeona, si gadis manis berambut panjang sepunggung yang memiliki suara merdu. Hari ini pun dia berlatih bersama dengan para seniornya di klub paduan suara Inha. Ryeona adalah salah seorang vokalis utama di kelompok ini. dan AKU adalah penggemar berat suara lembut nan merdu milik sahabatku ini.

Begitu aku tiba di depan pintu masuk ruang music, Ryeona sudah menyambutku dengan senyum manisnya.

“Baru selesai latihan, Yun-ah?” tanyanya sambil memberi selembar tissue untuk mengelap keringatku yang dengan bandelnya muncul lagi.

“Nde. Tiga jam aku berlatih. Sunbaeku marah-marah melulu…” gumamku.

“Aigoo… Jangan-jangan dia lagi kesal sama pacarnya…” aku hanya bisa cekikikan mendengar komentar polos temanku ini.

“Bisa jadi. Kajja, kita ke Lotte Mall Seoul sekarang. Mereka sedang dalam perjalanan menuju kesana,” kataku sambil melempar mantel ke arah Ryeona (yang tadi sebelumnya diserahkan kepadaku).

“Yaa… Jangan melempar mantelku…” omel Ryeona. Aku hanya bisa terkekeh kecil. Hehehe…

“Kajja, kita pergi sekarang. Nanti kelamaan di jalan gak bagus lho…” kataku.

“Aku yang bawa mobil ya?” tawar Ryeona padaku. Langsung saja kulempar kunci mobilku padanya. Kami pun segera pergi ke Seoul setelah Ryeona berhasil meloloskan mobilku dari parkiran. Hehehe…

Di mobil, Ryeona menceritakan bagaimana latihannya hari ini.

“Apa tadi ada Ryeowook-sshi saat latihan?” tanyaku.

“Nde. Lalu dia menyanyikan lagu One Fine Spring Day, diiringi dengan permainan piano Inhwa eonnie. Bagus banget deh pokoknya… Mana lagu itu lagu favoritku lagi…” ujar Ryeona riang. Memang tak bisa dipungkiri lagi kalau Ryeona adalah penggemar berat Ryeowook, baik sebagai sunbae kami dan juga member Super Junior. Bisa kulihat betapa meronanya wajah sahabatku yang satu ini saat menceritakan tentang sesi latihannya pagi ini. dia pasti bahagia sekali bisa melihat orang yang dikaguminya bernyanyi secara live dihadapannya.

“Eyyy… Yang bahagia karena Ryeowook-sshi nih…” godaku.

“Aish, Yun-ah! Jangan menggodaku ah…” katanya sambil merajuk.

“Hehe… Aku hanya bercanda. Oh iya, kelihatannya hari ini bakal seru lagi deh. Soo Youngie mau obrolin sesuatu ke kita,” ujarku sambil merapikan rambutku.

“Coba rambutmu itu kamu gelung saja, Yun-ah,” kata Ryeona.

“Shireo. Aku tak suka menggelungnya. Aku bakal terlihat seperti ibu-ibu,” gerutuku.

“Keundae, rambutmu itu cantik lho. Bergelombang alami. Jarang ada lho wanita korea yang mempunyai jenis rambut seperti itu,” kata Ryeona. Kini kami berhenti sejenak dikarenakan terjebak oleh lampu lalu lintas yang mendadak merah.

“Apanya? Orang-orang di kelas itu malah bilang aneh lho…” kataku sambil memajukan bibirku beberapa senti.

“Aneh apanya? Orang kamu itu sering ditanyain sama sunbaeku di klub paduan suara. Terutama yang cowok. Mereka bilang mereka suka ngelihat wajahmu itu. katanya wajahmu itu menarik,” kata Ryeona tersenyum. Aku hanya menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan pasrah.

“Tapi tak ada yang menarik perhatianku, Na-yaa…”

“Mungkin suatu saat ada yang menarik perhatianmu. Kamu juga tipe yeoja yang nggak terlalu peka sama cowok sih ya…”                

“Aish, sudahlah! Aku agak sedikit berbeda denganmu, nona Kim,” Ryeona pun melanjutkan acara mengemudinya sambil tertawa lepas.

 

***

Lotte Mall.

Mall terbesar di Korea Selatan ini tak pernah sepi akan pengunjung. Aku dan Ryeona bertemu dengan ketiga temanku lainnya di sebuah kafe dekat bakery tempat kami selalu membeli roti atau cake ultah favorit kami. Ekspresi wajah mereka hari ini sangat beragam. Aku bisa melihat wajah kecut Soo Young terpampang jelas di hadapan mata kucingku, meski dia tak mengatakannya padaku.

“Lagi kesal ya?” tanyaku pada Soo Young setelah dia dan kedua temanku yang lain mengambil tempat duduk di dekatku dan juga Ryeona.

“Iya,” jawabnya tegas sambil mengerucutkan bibir tipisnya.

“Apa gara-gara system ‘learning buddy’ yang diterapkan Kyunghee mulai hari ini?” tebakku.

“Dan juga orang yang diajar Soo Young,” timpal Hwayoung.

“Emang siapa yang diajar oleh nona ahli grammar kita ini?” tanya Ryeona.

“Itu, tuh. Evil maknae,” jawab Soo Young, masih dengan kerucut di bibirnya. Kami berempat hanya mampu melongo dan menahan rasa terkejut kami sebisa mungkin.

“C… Cho… Kyuhyun?” ujar Nam Gil tak percaya. Yang ditanya hanya mengangguk kencang.

“Kok bisa?” tanyaku tak percaya.

“Dosenku yang memilihkan Kyuhyun padaku. Jadi jangan salahkan aku…” komentar Soo Young tegas.

“Lantas, kenapa wajahmu jadi jelek begini? Apa karena mulut pedasnya?” tebakku.

“Yun-ah, lebih baik kamu jadi detektif saja deh dibandingkan kuliah di sastra Inggris. Kamu itu terlalu pintar untuk menduga, tahu…” ujar Hwayoung.

“Mau bagaimana lagi, Hwa-ya. Udah dari sananya aku begitu…” kataku.

“Yunnie benar. Mulut pedas si tuan sok pintar itu yang membuatku jadi kesel begini,” kata Soo Young.

Sebelum Soo Young melanjutkan curhatnya, seorang pelayan di café mengantarkan minuman yang sudah kupesan sebelumnya. Karena udara yang cukup dingin, kami memesan minuman hangat yang setidaknya mampu menghangatkan tubuh kami, sebelum kami melanjutkan acara shopping kami.

“Giliranmu yang traktir kami minum ya, Yunnie?” tanya Soo Young. aku tersenyum sambil mengangguk pelan.

“Gomawo…” sahut Soo Young riang. Akhirnya… temanku yang satu ini tertawa juga.

“Cheonma. Sudah, lupakan saja si tuan bermulut pedas itu. mungkin dia mulai menyukaimu,” godaku.

“Siapa yang suka padanya? Iiih… namja narsis seperti itu membuatku ingin muntah saja begitu aku melihatnya,” komentar Soo Young ketus. Kami berempat pun akhirnya tertawa lepas karenanya.

“Ya! Jangan tertawaa…” rayu Soo Young.

“hahahaha… Mianhae… Mianhae… tapi caramu membicarakan Kyuhyun itu membuatku tak bisa menahan tawaku. Hahaha…” kata Ryeona di sela tawanya.

“Aish… Neo jinjja…” bibir Soo Young pun kembali manyun.

Kemudian, percakapan kami pun mengalir seperti aliran udara yang lembut namun tak terlihat oleh mata. Ya, percakapan kami berlangsung lancar dan cukup meriah juga. Hingga beberapa menit kemudian, kami memutuskan untuk memulai ‘perburuan’ kami di pusat perbelanjaan yang luas ini.

 

***

Siwon

Akhirnya, aku mendapat waktu untuk diriku sendiri. Bayangkan saja, jadwalku hari ini seperti tak ada habis-habisnya. Dalam hampir seharian ini aku sudah mengunjungi beberapa tempat di negeri kelahiranku ini demi menyelesaikan jadwal kegiatanku di hari yang lumayan dingin ini. Begitu aku menyelesaikan syuting CF Mamonde terbaruku, aku segera melesatkan mobilku menuju Lotte Mall.

Dan kini, aku berada di Lotte mall. Untungnya jumlah pengunjung di tempat ini tak terlalu ramai, sehingga aku tak perlu menggunakan alat-alat penyamaran seperti topi, masker ataupun kacamata. Setidaknya aku bisa santai. Hehehe…

Kulangkahkan kakiku mengitari pusat perbelanjaan yang luas ini. Tak jarang juga aku bertemu dengan beberapa ELF dan berfoto dengan mereka. Akan tetapi, tiba-tiba pandanganku tertuju pada lima orang gadis yang sedang tertawa riang di sebuah butik. Salah seorang diantara mereka berlima itu tiba-tiba menarik perhatianku.

Kuputuskan untuk masuk ke dalam butik itu dan melihat beberapa koleksi mereka pelan-pelan sambil memperhatikan gadis yang memiliki rambut yang bergelombang itu.

***

Soo Yun

“Astagaa… Selera fashionmu itu masih saja bergaya 80-an, Nam Gil-ah,” komentar Soo Young.

“Biarkan. Toh gaya itu cocok untukku,” yang dikomentar pun membela.

“Keundae, itu tak cocok dengan sikap tomboymu, eonnie…” ujarku.

“Malah rasanya kamu jauh lebih tomboy dariku, Yunnie,” kata Nam Gil eonnie padaku. Hey! Tomboy apanya? Toh aku masih bisa pake dress dan rok mini juga kok!

“Tapi Yun-ah masih lebih baik dibandingkan denganmu, Nam nam!” bela Hwayoung.

“Sudah, sudah. Pilih aja bajumu dan habis ini kita mau temani Soo Yun untuk beli sepatu ringan buat ngepump,” kata Ryeona tenang.

“Lho, sepatumu kenapa, Yunnie?” tanya Nam Gil tiba-tiba.

“Itu, ada yang lubang di permukaan sepatunya. Jadinya tak enak kalau dipakai buat ngepump. Makanya aku mau nyari yang baru,” jawabku sambil melihat ke sekitar butik yang selalu kami kunjungi setiap kami pergi ke mall ini.

Namun, pandanganku seketika berhenti di satu titik dimana terdapat banyak sekali orang-orang disana.

“Waeyo, Yunnie?” tanya Soo Young yang mengikuti arah pandangku.

“Geu namja… Rasanya pernah lihat. Tapi dimana, ya?” tanyaku sambil menunjuk ke arah pria tinggi berambut hitam gelap itu. rasanya aku pernah lihat orang ini, tapi dimana?

“Aish! Masa’ kamu yang udah hampir 6 tahun jadi ELF itu nggak tahu siapa dia? Pabo!”dengan sekali sentil, Soo Young pun men-ddakkbam kening sempitku. Pletak!!

“Appo~~” ujarku sambil menahan sakit. Anak itu, biar mulutnya tajam, tapi ddakkbamnya juga mematikan. Makanya kalau kami bermain bersama, hukuman ddakkbam adalah hukuman yang HARUS kami hindari.

“Itu… ‘kan… Visualnya SJ, biasmu itu lho, Yunnie,” kata Hwayoung yang akhirnya ikut nimbrung pembicaraan kami berdua.

“Lho, dia ‘kan sunbaenya kita di Inha, Yun-ah. Dia sekelas sama Ryeowook-sshi,” kata Ryeona.

“Kamu ini… Tahu namanya tapi tak tahu orangnya seperti apa. Dasar,” Nam Gil eonnie pun men-ddakkbam keningku menggantikan Soo Young. pletak! (lagi)

“Aduuuh… Kalian berdua ini… Bisa tidak berhenti melakukan ddakkbam di keningku?” omelku sambil mengusap keningku yang lumayan sakit ini.

“Yah, sudah kebiasaan sih. Mianhae…” ujar Soo Young yang disusul dengan pameran gigi putihnya dan nyengir kudanya. Aku hanya bisa merajuk saja.

“Sudah, sudah. Kajja, kita ke toko sepatu. Mau beli sepatu pump yang baru, ‘kan?” kata Hwayoung sambil menarik tanganku, membuyarkanku yang sedari tadi menatap pria tinggi yang dikerubungi oleh banyak sekali yeoja itu.

Dan akhirnya, kami berdua pun pergi meninggalkan butik dan keramaian itu.

 

***

Akhirnyaaa~ Setelah berkutat dengan berbagai piihan dari model sepatu yang disediakan (sepatu merk Reebok yang Locknesock itu), aku pun membeli sepasang sepatu berwarna dasar putih yang dihiasi dengan garis highlight berwarna biru. Kombinasi warna yang bagus. Hehehe…

Kami memutuskan untuk berkeliling sekali lagi sebelum kami makan siang di sebuah kedai jajangmyeon langganan kami. Sesekali kami mengagumi tempat-tempat yang memamerkan aneka koleksi pakaian, sepatu, ataupun kosmetik yang benar-benar well-branded dan terkenal hingga ke seluruh penjuru dunia ini.

Hingga akhirnya, keempat temanku itu memutuskan untuk membeli es krim sebelum kami meninggalkan tempat ini. sementara aku duduk di sebuah kursi yang terletak tak jauh dari tempat teman-temanku membeli es krim. Sambil menunggu mereka, aku mengeluarkan novel yang sebelumnya kubaca (dan belum selesai sama sekali).

Saat aku sedang asyik menekuri buku yang kubaca, tiba-tiba aku merasakan ada tekanan di kaki kananku. Dan tekanan itu membuatku merintih kesakitan.

“Ah!!!”

 

***

Siwon

Ya ampun! Ada beberapa sasaeng fans yang mencoba untuk mendekatiku. Karena itulah, aku berusaha untuk berlari sekuat tenaga demi menjauhi mereka.

Aku berlari hingga sampai di dekat café mini yang menjual es krim. Tanpa kusadari ada apa yang menantiku di dekat café itu, aku hanya meneruskan lariku hingga aku menginjak sesuatu.

“Ah!!!”

Astaga! Sepertinya aku bukan menginjak sebuah benda, melainkan menginjak kaki seseorang! begitu aku menoleh ke arah sumber rintihan itu, aku mendapatkan sesosok gadis muda berambut panjang sepinggang dan bergelombang itu memegang kaki kanannya sambil meringis kesakitan.

“Ya! Bisa tidak anda memperhatikan langkah kaki anda saat berlari?” ujarnya kesal sambil menatapku.

“Justru sebaiknya kamu yang memperhatikan kakimu itu, agasshi!” kataku tak mau kalah.

“Sebaiknya lepaskan kacamata hitam itu sebelum berlari! Dasar namja aneh!” omelnya kali ini.

“Namja aneh? Heh! Seharusnya kamu yang memperhatikan dirimu sendiri, dong! Dasar yeoja aneh yang bawa buku kemana-mana!”

“Memangnya kenapa? Buku itu teman terbaikku! Aku menyukainya! Dasar!” omelnya sambil beranjak pergi dari kursi itu.

Saat aku melihat punggung mungil gadis itu yang perlahan menjauh, aku melihatnya menyeret kaki kanannya. Sepertinya aku itu memang menginjaknya terlalu kuat. Ya ampun, aku jadi makin bersalah karenanya.

“Omo! Soo Yun-ah! Neo gwenchana?” tanya salah seorang dari kelima gadis itu ke gadis yang barusan kuinjak kakinya. Oh… Jadi namanya Soo Yun? Akan kuingat itu.

“Nde. Nan gwenchana… Setidaknya langkahku masih tak apa-apa,” jawabnya sambil tersenyum. Dan sialnya, senyumnya itu manis sekali, melebihi senyum yang biasa kulihat dari teman-temanku di SM.

“Ya sudah, kajja kita pergi ke kedai jajangmyeon Jung ahjumma. Dia pasti menunggu kita,” kata salah seorang dari mereka (lagi) yang terlihat tomboy itu (dan ternyata dia itu adik perempuannya Leeteuk hyung). Kusembunyikan tubuhku di balik pilar besar saat kelima gadis itu melangkah keluar dari café es krim itu. dan benar saja, kembali gadis yang bernama Soo Yun itu menyeret kaki kanannya.

Tanpa berpikir panjang lagi, aku segera menghampirinya dan menggendongnya dalam waktu yang tak berselang lama.

 

***

Soo Yun

Mwo? Apa ini? pria itu tiba-tiba meraih tubuhku dari arah belakangku dan segera menggendongku. Ya ampuun… Mana dia menggendongku seperti layaknya pengantin wanita yang digendong oleh pasangannya. Yap. Dia menggendongku dengan teknik bridal style.

“Tu… Turunkan aku! Aku bisa jalan sendiri!” kataku.

“Apanya bisa jalan sendiri? Kamu menyeret kaki kananmu itu!” protes pria berpostur tinggi dan kekar itu seraya menggendong tubuhku. Astaga… Mau kubawa kemana rasa malu ini? banyak pasang mata yang melihat aksi pria ini terhadapku, tak terkecuali empat pasang mata milik teman-temanku sendiri!

“Permisi, apa kalian berempat teman dari gadis cerewet ini?” tanyanya pada Soo Young.

“Nde. Ada apa ya, ehm… Choi Siwon-sshi?” tanya Soo Young.

“Aku ingin meminjam temanmu ini sebentar saja. Nanti akan aku antar ke kedai tempat kalian makan siang kalau semuanya selesai,” katanya sambil menggendongku.

“Silakan saja. Kami akan menunggunya,” kata Nam Gil.

“Oh, Nam Gil-ah? Kamu temannya juga?” tanya pria itu. hee? Dia tahu Nam Gil? Wajar dong! Oppanya Nam Gil kan leader Super Junior, dan PRIA ini adalah membernya.

“Siwon oppa! Bawa saja temanku yang cerewet itu. asal jangan bertindak macam-macam kepadanya ya. Arrasseo?” ancam Nam Gil sambil bercanda.

“Arrasseo. Jja, aku permisi dulu, nona-nona…” kata pria bermata elang itu sambil berjalan menjauh dari kedua temanku.

Kuhela napas panjang. Bahkan teman-temanku pun mengizinkan pria ini untuk membawaku pergi. Oke, harus kuakui. Pria yang sedang menggendongku ini memang tampan. Tak heran dia selalu muncul di layar televisi LED-ku, entah lewat aktingnya di drama, variety show, atau aksi spektakulernya di atas panggung sebagai anggota Super Junior.

Jujur saja, aku tahu nama Choi Siwon lewat cerita teman-temanku, dan dari sanalah aku menyukainya tanpa pernah bertemu dengannya sama sekali.

Tapi… Setelah aku mengetahui tampang dari seorang Choi Siwon ini, aku merasa sedikit kesal padanya. Mengapa tidak, dia sudah menginjak kakiku dengan kuat. Dan sepertinya, dia menginjaknya hingga (mungkin) ada otot kakiku yang terkilir. Makanya saat kucoba melangkah rasanya sakit sekali.

Akan tetapi, aku juga jadi membenci diriku sendiri. Jantungku seketika berdetak cepat saat dia melingkarkan tangan kekarnya ke seluruh tubuhku dan menggendongnya. Terlebih lagi, dia meletakkankku dekat dengan dada bidangnya. Aigoo… Mau kubawa kemana rasa malu ini? wajahku pun seketika merona merah karenanya >.<

Entah apa yang dipikirkan pria itu sehingga dia nekad menggendongku di tengah banyak orang seperti ini, mengingat dia adalah pusat perhatian seluruh masyarakat dunia lewat Super Junior.

 

***

Siwon

Begitu banyak pasang mata yang memperhatikan tindakanku ini. akan tetapi, aku tak peduli dengan semua itu. lagipula, entah mengapa aku merasa bahwa tubuh mungil gadis itu sangat pas dalam dekapanku. Dan aku merasa tindakanku untuk menggendongnya seperti ini adalah tindakan yang TEPAT.

Saat ini, aku membawa gadis itu ke klinik terdekat. Kukendarai mobil Audi R8ku dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Gadis itu hanya terdiam. Pandangan matanya lurus ke arah depan. Dia tak menoleh sedetikpun. Bibirnya tertutup rapat. Sepertinya dia memang marah padaku.

Begitu lampu lalu lintas menunjukkan warna merah…

Dia tetap terdiam. Tak mengatakan sepatah katapun padaku. Ayolah, sampai kapan kamu akan marah padaku? Kumohon, katakan sesuatu.

Tanpa sadar, kutatap wajahnya. Astaga, kenapa aku baru menyadarinya? Wajahnya begitu manis… Semanis senyumannya.

“Apa?” tanyanya ketus saat dia menatapku. Deg! Bahkan kedua bola matanya pun sangat cantik. Sadarkah kamu, bahwa tatapanmu itu sudah membuat jantungku berdetak tak karuan?

“Tak ada apa-apa…” ujarku sambil memalingkan wajahku. Sial! Aku tak bisa menahan rona merah di wajahku.

Kembali, gadis itu memalingkan wajahnya, menatap pemandangan di sebelah kanannya. Dia asyik dengan apa yang dilihatnya hingga kami tiba di sebuah klinik.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet