Chapter 5

L_I_S_T_E_N ( There's a Something Here In My Heart )

“ Woo? “

 

“ Ya, hyung? “

 

“ Haruskah besok kau pergi dengan Ok Taecyeon itu? “ dengan manja Nichkhun mempererat pelukannya pada tubuh mungil Wooyoung dan membenamkan wajahnya di tengkuk belakang leher Wooyoung.

 

“ Aku sudah janji padanya, hyung. “ Wooyoung tersenyum sambil tetap memejamkan matanya.

 

“ Bisakah kau batalkan? Aku tidak ingin kau pergi dengannya. “

 

Wooyoung memutar tubuhnya menghadap Nichkhun yang semula tidur menghadap ke punggungnya. “ Bisa. Tapi aku tidak mau, hyung. Kalau aku tidak pergi dengan Taecyeon hyung besok, aku akan mati bosan sendirian menghabiskan waktu di sini menunggumu pulang. Lagipula kau juga tidak bisa menemaniku. Kau ada janji pertemuan dengan dua orang produser film sekaligus besok. Jadi sudah dapat dipastikan kau akan pulang terlambat. “

 

“ Kau kan bisa meminta Junho untuk datang kemari menemanimu seperti biasanya. “

 

“ Tidak bisa, hyung. Junho dan Chansung besok harus menghadiri acara pernikahan sepupu Chansung. “

 

“ Tahu darimana kau kalau mereka akan pergi? “

 

“ Semula aku dan Junho sudah merencanakan double date. Tapi ternyata, Chansung pulang dengan membawa kabar tersebut kemarin. Pernikahan itu memang mendadak karena sepupu Chansung sudah hamil duluan. Jadi akhirnya kami menunda rencana double date itu sampai acara kencanku dengan Taecyeon hyung yang berikutnya. Sedangkan besok aku hanya akan menghabiskan waktuku berdua saja bersama Taecyeon hyung. “

 

“ Kau bermaksud membuatku cemburu? “ ujar Nichkhun kesal dengan wajah yang ditekuk.

 

“ Tidak. Apa untungnya buatku? “ jawab Wooyoung polos.

 

“Aish! Kau membuatku kesal, Woo!! “ dengan cepat Nichkhun membalik tubuhnya membelakangi Wooyoung. Nichkhun benar-benar kesal mendengar Wooyoung terus menyebut nama Taecyeon sambil tersenyum begitu senang.

 

Melihat Nichkhun yang berulah seperti anak kecil, Wooyoung hanya tersenyum dan merapatkan tubuhnya ke punggung Nichkhun. Dengan begitu perlahan, Wooyoung melingkarkan tangannya ke pinggang Nichkhun dan secara perlahan mengeratkan pelukannya pada pria Thailand itu.

 

Nichkhun memejamkan matanya tanpa sadar. Menikmati kehangatan pelukan Wooyoung. Meski belum yakin dengan perasaannya sendiri dan masih takut menyebut ini adalah cinta, Nichkhun merasa begitu nyaman berada di samping Wooyoung. Nichkhun sama sekali tidak pernah mengira selama ini Wooyoung diam-diam mencintainya. Nichkhun kira Wooyoung hanya menganggapnya sebagai seorang hyung dan manager nya. Karena bahkan untuk menceritakan masalah pribadinya pada Nichkhun pun Wooyoung terbilang sangat jarang.

 

“ Apa Taecyeon sudah punya arti khusus bagimu, Woo? Apa dia sudah berhasil merebut hatimu walau hanya sedikit? “

 

“ Dia orang pertama yang memperlakukanku dengan begitu spesial. Orang pertama yang menyatakan bahwa dia jatuh cinta padaku. Dia yang menunjukkan padaku bagaimana indahnya menjadi seseorang yang dicintai. Jadi biar bagaimana punTaecyeon hyung  punya arti khusus bagiku. Tapi kalau soal dia sudah berhasil merebut hatiku atau belum, aku sendiri kurang tahu, hyung. Mungkin belum, tapi mungkin juga sudah tanpa aku sadari. “

 

“ Apa kau tega meninggalkanku kalau suatu saat dia memang berhasil merebut seluruh hatimu? “

 

“ Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku tidak akan kemana pun, hyung. Meski suatu saat nanti perasaanku padamu telah berubah, aku akan tetap menemanimu dan tidak meninggalkanmu. Aku akan membantumu menemukan seseorang yang bisa mencintaimu dan menjagamu dengan baik, barulah aku akan pergi. Kecuali… “ Wooyoung sengaja menggantung kata-katanya untuk memancing rasa penasaran Nichkhun.

 

“ Kecuali? “

 

“ Kecuali kau bisa membuatku yakin kalau kau memang tidak membutuhkanku lagi dan kau memang sudah menentukan sendiri pada siapa kau akan mempercayakan hidupmu saat aku tidak bersamamu. Barulah aku akan bisa meninggalkanmu sewaktu-waktu dengan tenang. “

 

Nichkhun menghela nafas panjang mendengar jawaban Wooyoung. “ Apakah kau benar-benr berniat meninggalkanku pada akhirnya? Kenapa kau sudah memiliki jawaban yang begitu matang? “

 

“ Aku tidak tahu, hyung. Yang aku tahu perasaanmu saat ini padaku masihlah sangat semu. Jadi bukan tidak mungkin suatu saat kau yang akan terlebih dulu mengambil langkah untuk meninggalkanku. Aku hanya tidak ingin terlalu sakit hati jika saat itu tiba. Mungkin aku terkesan egois. Tapi itu karena aku sudah terlalu lelah sakit hati, hyung. Terlalu lelah berharap pada sesuatu yang tidak pasti.  Tapi kau tenanglah. Seperti yang kubilang, aku sangat mencintaimu. Itulah alasan terkuatku kenapa aku mau menunggumu dan berharap suatu saat kau bisa mencintaiku seperti aku mencintaimu. “

 

Perasaan ngilu menggerayangi hati Nichkhun. Mampukah dia? Mampukah Nichkhun mengabulkan harapan Wooyoung? Meski begitu nyata, tapi kenapa begitu sulit baginya untuk mengucapkan kata cinta untuk Wooyoung? Kenapa begitu ragu? Apakah ini benar cinta atau hanya pelarian? Apakah Wooyoung hanya pelariannya dari Victoria? Ataukah Nichkhun hanya terbawa emosi karena pernyataan cinta Wooyoung padanya? Nichkhun lagi-lagi menghela nafas panjang.

 

“ Tidurlah, Woo. Besok kau perlu tenaga yang banyak untuk bisa menikmati jalan-jalanmu bersama tuan muda itu. “

 

Sejenak Wooyoung mengerenyitkan alisnya sambil memandangi bagian kepala belakang Nichkhun. Wooyoung sangat heran dengan ucapan Nichkhun. Wooyoung tidak bisa melihat ekspresi depresi Nichkhun. Tapi dari nada suaranya, Wooyoung tahu Nichkhun sedang sangat kesal. Hanya saja, Wooyoung tidak pernah tahu apa alasan Nichkhun tiba-tiba begitu merasa kesal.

                                                                        

“ Tentu. Selamat malam, hyung. “ ucap Wooyoung seraya memejamkan matanya.

 

“ Selamat malam. “

 

Untuk ketiga kalinya, Nichkhun kembali menghela nafas panjang. Belum pernah dalam hidupnya Nichkhun begitu tidak bisa mengenali perasaannya sendiri. Ada sebersit rasa takut di hati Nichkhun kalau suatu saat nanti, dirinya hanya akan menghempaskan harapan dan impian Wooyoung yang begitu besar padanya. Nichkhun tiba-tiba merasa begitu tidak pantas mendapatkan cinta yang begitu tulus dari seorang luar biasa seperti Jang Wooyoung.

 

“ Mungkin memang lebih baik kau memilih Taecyeon, Woo. Selain kaya dan tampan, pria itu jelas bisa menjamin kebahagiaanmu. Karena paling tidak, pria itu jauh lebih tegas pada perasaannya sendiri dibanding aku. “ meski sudah mengunci mulutnya rapat-rapat, tapi batin Nichkhun masih belum mau berhenti bicara.

 

 

*****

 

“ Kau siap, Woo? “ tanya Taeceon sambil mengecup lembut bibir Wooyoung segera ketika wajah lucu Wooyoung terpampang di balik pintu.

 

Sontak Wooyoung menolehkan wajahnya untuk memandang Nichkhun yang tengah melayangkan tatapan sedih dan tidak suka ke arahnya dan Taecyeon.

 

“ Woo? “ panggil Taecyeon memutuskan kontak mata antara Wooyoung dengan Nichkhun.

 

“ O-oh… Tunggu sebentar. Aku ambil ponsel dan dompetku dulu. Masuklah dulu, hyung. “ ujar Wooyoung sembari berjalan beberapa langkah mundur untuk memberi Taecyeon jalan masuk ke apartement nya, sebelum dengan cepat memutar tubuhnya dan berjalan menuju kamar. ‘ Duduklah dulu, hyung. Aku tidak lama. “ sambung Wooyoung dengan suara yang sedikit diperkeras.

 

Dengan patuh Taecyeon mengikuti kata-kata Wooyoung. Tapi Taecyeon bukan manusia yang dilahirkan tanpa kadar kepekaan. Dengan tanpa canggung, Taecyeon membungkukkan sedikit badannya untuk menyapa Nichkhun yang sedari tadi menatapnya dengan penuh kebencian. Jelas aura buruk sedang mengelilingi tubuh Nichkhun sekarang.

 

Tanpa sedikit pun itikad baik untuk membalas sapaan Taecyeon, Nichkhun berjalan mendekati pria yang jelas lebih tinggi darinya itu. Matanya tidak lepas memandang bibir Taecyeon yang sudah dengan berani mencium bibir Wooyoung dengan penuh amarah.

 

“ Kenapa kau begitu berani mencium seseorang yang jelas-jelas bukan kekasihmu? “ tanya Nichkhun tanpa bisa menyembunyikan ketidaksukaannya pada Taecyeon.

 

“ Kenapa kau begitu terlihat tidak terima? Padahal Wooyoung saja tidak keberatan aku menciumnya. Apakah kau cemburu? “ dengan wajah tersenyum sopan, Taecyeon membalik semua pertanyaan Nichkhun.

 

Sontak Nichkhun terhenyak dengan reaksi Taecyeon. Nichkhun tidak kaget jika Taecyeon punya kadar arogansi yang tinggi. Jelas dia adalah orang yang pantas bersikap seperti itu. Tapi tatapan mata Taecyeon yang tajam dan dingin, membuat mental Nichkhun sedikit goyah. Melalui tatapan mata Nichkhun, Taecyeon dengan blak-blakan menunjukkan betapa dia tidak menyukai Nichkhun.

 

“ Kau mungkin sudah tahu siapa aku. Tapi satu informasi tentang aku yang tidak mungkin kau dapatkan selain dari diriku sendiri, Mr. Horvejkul. Aku bukanlah orang yang mau peduli dengan perasaan orang lain. Terserah Wooyoung mau jatuh cinta padaku atau tidak, tapi selama aku mencintainya, Wooyoung harus jadi milikku. Jadi, kalau sekarang kau sudah menyadari perasaanmu pada Wooyoung, aku ucapkan selamat. Tapi, jangan sampai kau berani berharap kalau aku akan menyerah begitu saja. Meskipun aku tahu Wooyoung juga mencintaimu, itu bukanlah masalah bagiku. “

 

Sekali lagi Nichkhun nyaris bergidik ngeri. Bagaimana bisa seseorang yang sedang tersenyum begitu lembut, mengucapkan sesuatu yang begitu mengerikan. Tidak pernah terbersit di benak Nichkhun bahwa Ok Taecyeon adalah orang yang sangat ambisius dan mengerikan. Dari semua ucapannya yang seolah tahu betul tentang Nichkhun, sepertinya pria besar itu tidak hanya mengorek informasi tentang Wooyoung, tapi juga tentang Nichkhun dan mungkin juga beberapa orang terdekat Wooyoung.

 

“ Kalian sedang mengobrol? “ suara Wooyoung menghentikan adu mata di antara Taecyeon dan Wooyoung. Membuat keduanya dalam sekejap memalingkan wajah mereka untuk menangkap sosok Wooyoung yang nampak sudah sangat siap untuk pergi sekarang.

 

“ Iya. Sedikit saling memperkenalkan diri. “ jawab Taecyeon sambil terenyum lembut pada Wooyoung.

 

Nichkhun tidak bisa memalingkan wajahnya dari sosok seorang Ok Taecyeon yang tengah berdiri di sampingnya. Siapapun yang melihat, pasti mengira Taecyeon adalah orang yang sangat ramah dan bersahabat. Seulas senyum selalu menghiasi wajahnya saat tengah berbicara. Selalu nampak begitu lembut dan bersahaja. Awalnya image munafik sempat Nichkhun sematkan pada Taecyeon karena senyum yang tersungging di bibirnya tidak setulus kelihatannya. Seperti dirinya dan kebanyakan orang di luar sana, Nichkhun yakin Wooyoung pun sudah tertipu. Taecyeon yang punya ambisi setinggi langit pasti memiliki maksud terselubung pada Wooyoung. Sikap yang ramah dan senyum yang menawan bisa jadi adalah alibinya untuk menyembunyikan ke-maniak-kannya. Nichkhun membatin dengan yakin kalau Taecyeon pasti hanya terobsesi pada tubuh dan tampang Wooyoung yang menggairahkan. Taecyeon pasti berniat memiliki Wooyoung untuk menjadikan Wooyoung sebagai objek pelampiasan libidonya.

 

Tapi tanpa terduga, seketika analisis Nichkhun terpatahkan saat matanya menangkap cara Taecyeon menatap Wooyoung. Tidak ada kepura-puraan, tidak ada nafsu, dan tidak ada ambisi yang seperti Nichkhun imajinasikan. Tatapan Taecyeon pada Wooyoung begitu hangat, penuh cinta dan rasa ingin melindungi. Seolah Wooyoung adalah sosok yang begitu rapuh dan mudah rusak, Taecyeon memperlakukan Wooyoung dengan sangat hati-hati. Senyumnya memang sama lembutnya seperti yang sebelumnya. Tapi kali ini, Taecyeon menambahkan kehangatan untuk Wooyoung. Meski tanpa kata, siapapun yang memperhatikan dengan cermat cara Taecyeon menatap Wooyoung, jelas semua akan berpendapat sama seperti Nichkhun. Cinta Taecyeon pada Wooyoung bukanlah semu. Tapi cinta yang begitu dalam dan penuh arti.

 

Tanpa bisa mengalihkan pandangannya dari potongan adegan penuh cinta di hadapannya, tiba-tiba Nichkhun menyadari sesuatu. Taecyeon telah berhasil menerobos masuk ke dalam hati Wooyoung. Senyum Wooyoung yang tampak begitu manis, telah menceritakan semua pada Nichkhun. Wooyoung belum pernah tersenyum seindah ini padanya. Wooyoung tidak pernah benar-benar menyertakan hatinya saat tersenyum pada seseorang. Senyum Wooyoung selalu cantik tapi di saat yang sama selalu terasa dingin. Selama 5 tahun Nichkhun mengenal dan hidup bersama dengan Wooyoung, Nichkhun selalu menangkap ada kesedihan yang tersisip di setiap senyum cantik Wooyoung. Rasa tertekan dan terpuruk yang sering dialami Wooyoung seolah membuat Wooyoung berat untuk tersenyum tulus dari hatinya. Nichkhun menangkap, Wooyoung selalu ketakutan kalau kebahagiaan yang di alaminya tidak akan bisa berlangsung lama. Seolah kehilangan kepercayaan pada hidupnya, Wooyoung selalu tidak bisa mengekspresikan rasa senangnya dengan baik.

 

Tapi yang Nichkhun tangkap kali ini sangat berbeda. Senyum Wooyoung pada Taecyeon benar-benar adalah senyum tulus yang berasal dari lubuk hatinya yang paling dalam. Senyum yang membuat kita tahu bahwa Wooyoung merasa sangat nyaman berada di samping Taecyeon. Wooyoung seolah percaya bahwa kebersamaannya bersama Taecyeon akan berlangsung lama. Mungkinkah keberanian dan ketegasan Taecyeon atas perasaannya pada Wooyoung telah membuat Wooyoung mempercayakan kebahagiaannya pada Taecyeon? Semudah itukah?

 

“ Hyung, kami pergi dulu. “ pamit Wooyoung pada Nichkhun yang sudah lebih dulu sampai di ambang pintu apartement. Sementara Taecyeon mengekor di belakangnya. Sesuatu yang membuat Nichkhun benar-benar kembali menapak bumi setelah melayang-layang di alam pikirannya, adalah tepukan Taecyeon di pundaknya.

 

Nichkhun segera mencari wajah Taecyeon untuk meinta penjelasan atas maksud tepukan Taecyeon. Tapi bukan tatapan mencemooh atau menghina karena dia akan berkencan dengan Wooyoung seperti khayalan Nichkhun yang Nichkhun dapatkan, melainkan tatapan yang seolah ingin meyakinkan Nichkhun bahwa Wooyoung akan baik-baik saja bersamanya. Dengan sikap kikuk, Nichkhun hanya membisu menatap Wooyoung dan Taecyeon yang menghilang di balik pintu.

 

Sesaat setelah suara pintu apartement terdengar di tutup, sambil menunduk nichkhun serempak menggerakkan kedua tangannya. Yang sebelah kanan untuk meraih pundaknya yang tadi ditepuk Taecyeon, sedangkan yang sebelah kiri untuk meremas kain kemejanya yang menutupi area dadanya.

 

“ Kenapa rasanya sangat sakit? “ gumam Nichkhun sambil berusaha menghalau rasa nyeri di hatinya. “ Apakah aku memang jatuh cinta pada Wooyoung?  Kalau melihatnya pergi, rasanya sesakit ini, jawabannya pasti iya. Tapi kenapa masih juga ada sejuta keraguan yang tidak mengijinkan aku untuk mengakui kalau aku emang mencintainya? Kenapa otak ini masih saja memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang menakutkan kalau aku salah mengambil keputusan? “ lanjut Nichkhun lagi dengan pandangan yang memburam karena air mata mulai memenuhi pelupuk matanya.

 

*****

 

“ Woo, kenapa kau masih belum memutuskan apakah kau mau menjadi kekasihku atau tidak? “ tanya Taecyeon seraya menatap Wooyoung lekat dan menggenggam erat pria chubby tersebut.

 

Seketika Wooyoung tergagap mendengar perubahan materi obrolan yang Taecyeon lakukan. Sejak keluar apartement sampai kini tiba waktunya makan malam, obrolan Wooyoung dan Taecyeon berjalan sangat lancar. Pertanyaan dan gurauan mengalir begitu tenang dan menghanyutkan. Seperti sudah saling mengenal dalam waktu yang lama, tidak ada sedikit pun kesulitan bagi mereka untuk menjalin komunikasi selama kencan mereka hari itu. Wooyoung begitu senang dan merasa nyaman dengan perhatian dan perlakuan Taecyeon padanya. Meski sesekali Taecyeon membuat wajahnya merah padam karena kata-kata mesra yang Taecyeon sisipkan di sela perbincangan mereka atau karena tiba-tiba Taecyeon mencuri ciuman dari Wooyoung saat tidak ada seorang pun di taman hiburan  yang sedang memperhatikan mereka. Sikap Taecyeon mampu membuat Wooyoung sangat tersanjung. Meski telah begitu banyak pria yang mampir di dalam kehidupan Wooyoung, tapi baru Taecyeon lah yang memperlakukannya dengan memakai hati.  Hanya saja semua tidak semudah kelihatannya, jika hati kita pernah begitu lama tertambat pada orang lain. Apalagi ketika orang yang dimaksud telah meminta kita untuk menunggunya. Meski tidak tahu harus menunggu sampai kapan, tapi toh Wooyoung masih tetap berharap penantiannya selam ini membuahkan hasil. Biarpun artinya, dia harus terlihat begitu kejam pada Taecyeon.

 

“ Maaf, hyung. Tapi… Aku… “

 

“ Apa karena Nichkhun, Woo? “ belum rampung Wooyoung dengan ucapannya, Taecyeon sudah memotong dengan perkataan yang langsung kena pada intinya.

 

Wooyoung hanya bisa menunduk. Mengeratkan genggaman tangannya pada Taecyeon sebelum kemudian menganggukkan kepalanya perlahan. Wooyoung sama sekali tidak bermaksud melonggarkan genggamannya, meski dia telah berhasil menjawab pertanyaan sulit dari Taecyeon. Kolaborasi antara rasa bersalah dan tidak ingin kehilangan coba disampaikan Wooyoung pada Taecyeon lewat genggaman tangannya.

 

Seolah bisa menangkap semua yang Wooyoung pikirkan dan rasakan, Taecyeon menghela nafas panjang. “ Apakah kau begitu mencintainya, meskipun dia telah banyak membuatmu menangis? “ pertanyaan berikutnya hanya direspon Wooyoung dengan tatapan penuh kepedihan yang dilemparkannya pada Taecyeon.

 

Sekali lagi Taecyeon menghela nafas panjang. “ Aku tahu mungkin pertanyaan ini terlalu cepat, tapi… Adakah sedikit saja ruang di hatimu yang telah terisi olehku? “

 

Setetes air mata mengalir cepat melewati pipi chubby Wooyoung saat Wooyoung menganggukkan kepalanya.

 

Mengerti kesulitan yang dialami Wooyoung, Taecyeon melepaskan tangannya dari genggaman Wooyoung untuk menarik tubuh mungil Wooyoung ke dalam pelukannya. Segera setelah wajahnya menempel didada bidang Taecyeon, seluruh air mata dan kesedihan Wooyoung pun tumpah ruah. “ Ssstt… Maafkan aku. Berhentilah menangis, Woo. Kau tidak perlu merasa bersalah padaku. Aku mengerti perasaanmu. Aku mengerti… “ sambil terus mengusap lembut ramabut pirang Wooyoung, Taecyeon mencoba menghentikan Wooyoung dari tangisnya.

 

Tapi menyadari Wooyoung memang perlu menumpahkan seluruh kebingungan dan kesedihannya, untuk beberapa saat, Taecyeon pun memilih diam untuk membiarkan Wooyoung terus menangis sepuasnya.

 

“ Dengar, Woo. Aku tidak apa-apa. Kau tidak perlu merasa bersalah padaku. Aku juga tidak memaksamu memberikan jawaban atas pernyataanku. Jadi kau tidak perlu takut. Aku hanya ingin memastikan alasanmu tidak segera memberikan jawabanmu. Dan sekrang aku mengerti alasanmu. “ segera setelah tangis Wooyoung berhenti, Taecyeon mulai membuka mulutnya untu bicara. Tanpa sedikitpun berniat melepaskan Wooyoung dari pelukannya, Taecyeon masih mengelus pelan punggung dan rambut Wooyoung. “ Kalau memang itu karena Nichkhun, aku terima. Aku mengerti tidak mudah bagimu untuk menghapus Nichkhun dari hatimu. Apalagi sepertinya sejak kehadiranku dan Nichkhun putus dengan kekasihnya, sikap Nichkhun padamu mulai berbeda. Tapi seperti yang kubilang, Woo. Aku mencintaimu dan aku tidak akan menyerah dengan mudah pada perasaanku. Meski kau dan Nichkhun saling mencintai, aku akan tetap berjuang untuk mendapatkanmu sampai aku tidak akan mampu untuk berjuang lagi. Sedikit tempat di hatimu untukku sudah cukup menjadi alasan bagiku untuk terus maju. Aku yakin suatu saat nanti, entah cepat atau lambat, aku akan bisa membuatmu bisa mencintaiku sepenuh hatimu seperti yang pernah kau lakukan pada Nichkhun. Jadi, kau tidak perlu merasa bersalah lagi padaku dan berjanjilah jangan pernah menangis lagi karena mengasihaniku. Aku terlalu kuat dan hebat untuk menerima belas kasihanmu. Kau hanya akan membuatku malu pada diriku sendiri kalau hal itu masih kau lakukan. Jadi jalanilah semuanya tanpa beban. Mengalirlah seperti air. Ikuti kemana arus membawamu dan percayalah, jika saatnya tiba, kau akan menemukan jawabanmu dengan sendirinya. Di antara aku dan Nichkhun, yang terbaik bagi hatimu akan kau temukan dengan sendirinya. “

 

Sebuah kecupan mesra didaratkan Taecyeon di bibir Wooyoung yang masih sangat basah karena air mata. Sensasi asin dan lembut membuat Taecyeon tidak bisa tidak berdebar-debar. Tidak pernah sekalipun saat kecil Taecyeon membayangkan hal seperti ini akan terjadi dalam hidupnya. Seorang tuan muda dan putra tunggal dari keluarga kaya raya, bertekuk lutut di bawah kaki seorang Jang Wooyoung dan menanggalkan semua harga diri dan gengsinya demi memohon agar Wooyoung bisa membalas cintanya. Padahal, tanpa harus melakukan itu, di luar sana jutaan gadis-gadis beraneka ragam tipe dan pria-pria bermacam profesi sangat mengantri untuk bisa masuk ke dalam kehidupan seorang Ok Taecyeon, pewaris tunggal kerajaan bisnis grup Ok.

 

 

*****

 

“ Apapun yang terjadi aku pegang Taec hyung, Chan. Biar bagaimana pun cintanya pada Wooyoung lebih tulus. Taec hyung yang kaya raya bahkan tidak mempermasalahkan latar belakang dan masa lalu Wooyoung. Dia menerima Wooyoung dengan tangan yang sangat terbuka. Taec hyung juga tidak pernah berhenti berusaha untuk membuat Wooyoung bahagia. Bahkan Taec hyung sudah datang menemui ibu dan adik perempuan Wooyoung di Busan. Dengan gentle taec hyung menyatakan bahwa dia menintai Wooyoung dan meminta ijin untuk mendekati Wooyoung. Taec hyung juga sangat tampan. Tubuhnya sangat sempurna dari ujung kepala sampai ujung kaki. Kurang apa lagi dia? Dengan fisik, kepribadian dan kekayaan materi yang sangat sempurna, jelas Taec hyung unggul dalam segala hal dibanding Nichkhun hyung. Taec hyung lah yang terbaik bagi masa depan Wooyoung. Sudah sepantasnya Wooyoung berhenti menderita dan hanya bersama Taecyeon hyung lah penderitaan Wooyoung akan berakhir. “

 

“ Tapi yang tahu yang terbaik bagi Wooyoung bukanlah kita, melainkan Wooyoung sendiri. Kalau memang Taecyeon hyung yang terbaik bagi Wooyoung, kenapa sampai detik ini Wooyoung masih belum bisa mengiyakan ajakan Taecyeon hyung untuk menjadi kekasihnya? Jelas jawabannya karena Wooyoung masih mencintai Nichkhun hyung dan di mata Wooyoung, Nichkhun juga kandidat yang baik bagi masa depannya. Jadi, aku mohon. Mulai besok berhentilah mendoktrin Wooyoung dengan semua pendapat-pendapatmu tentang Taecyeon hyung. Biarkan Wooyoung menjalani hidupnya tanpa tekanan. Biarkan Wooyoung memilih karena memang kata hatinya yang menyuruhnya. Bukan karena orang lain yang menyuruhnya. Biarkan semua mengalir seperti air bagi Wooyoung. Ini adalah keputusan besar dalam hidupnya. Jadi jangan sampai pengaruh kita membuatnya tidak bisa mendengarkan kata hatinya. Biarkan Wooyoung menentukan sendiri kebahagiaannya. “

 

Sama seperti Wooyoung yang mengalami pertarungan batin yang luar biasa, Chansung dan Junho pun mengalami pertengkaran mulut yang hebat gara-gara kekhawatiran Junho pada Wooyoung yang terlalu berlebihan. Meski Chansung sangat mengerti maksud baik dari sang huswife, tapi menurut Chansung yang terbaik tetaplah menyerahkan semua keputusan itu pada Wooyoung sendiri.

 

Di mata keduanya, Wooyoung sudah lebih dari sekedar teman atau sahabat. Kesedihan Wooyoung telah menjadi bagian hidup mereka berdua juga. Maka di saat Wooyoung akan mendapatkan kesempatan untuk merasakan kebahagiaannya lagi setelah kesedihan berkepanjangan di dalam hidupnya, Chansung dan Junho pun sama-sama tidak sabar dengan hasil keputusan Wooyoung.

 

Di samping Wooyoung sekarang , ada dua sosok pangeran yang siap mengundang Wooyoung masuk ke dalam istana mereka. Hanya saja, tidak sepenuhnya kedua pangeran itu menjanjikan kebahagiaan pasti bagi Wooyoung.

 

Pangeran yang pertama adalah pangeran yang telah lama dikenal Wooyoung. Wooyoung begitu ingin masuk ke dalam istana pangeran tersebut. Tapi dulu pangeran tersebut mengunci pintu istananya rapat-rapat bagi Wooyoung. Pangeran itu hanya mengijinkan Wooyoung untuk bermain di halaman istananya saja tanpa pernah berniat mengajaknya masuk sedikitpun. Meski sedih, tapi pangeran tersebut sangat baik pada Wooyoung. Perlahan-lahan pangeran tersebut pun merebut hati Wooyoung. Wooyoung jatuh cinta pada pangeran pertama meski pangeran tersebut kadang membiarkan Wooyoung bermain sendiri di halaman istananya, sementara dia sendiri sibuk di dalam istana untuk melayani seorang putri cantik dari negri seberang. Wooyoung jatuh cinta pada pangeran tersebut meskipun Wooyoung harus kedinginan atau kepanasan saat menanti pangeran tersebut selesai dengan urusannya bersama sang putri di dalam istana. Wooyoung jatuh cinta pada pangeran tersebut meski ada ribuan tentara ynga selalu mengusirnya pergi saat Wooyoung berusaha masuk ke dalam istana secara paksa. Wooyoung jatuh cinta pada pangeran tersebut dan selama 5 tahun, cinta Wooyoung pada sang pangeran berakar semakin banyak di dalam hatinya. Sangat banyak sampai hati Wooyoung penuh dengan akar yang tumbuh terus memanjang ke dalam inti hatinya.

 

Sedangkan pangeran kedua adalah pangeran yang sudah sangat lama mengawasi sosok Wooyoung dari istana miliknya yang terletak di seberang istana pangeran pertama. Laporan dari sang pengawal tentang asal usul dan latar belakang kehidupan Wooyoung, membuat pangeran kedua jatuh cinta setengah mati pada Wooyoung bahkan di saat mereka belum pernah saling mengobrol sedikitpun. Namun aakhirnya pada satu kesempatan, pangeran kedua memutuskan untuk turun dari istananya dan menemui Wooyoung yang tengah duduk seorang diri di halaman istana pangeran pertama. Dengan sangat berani pangeran kedua menyatakan bahwa dia sangat mencintai Wooyoung. Pangeran kedua pun langsung mengajak Wooyoung untuk masuk dan tinggal di dalam istananya. Menawarkan Wooyoung untuk menjadi seorang teman hidup bagi pangeran kedua tersebut. Meski ragu pada awalnya, akhirnya pangeran kedua berhasil membawa Wooyoung ke halaman istananya. Dengan sangat bangga membukakan pintu istananya lebar-lebar bagi Wooyoung. Menunjukkan keindahan yang luar biasa dari bagian dalam istananya. Menjanjikan kebahagiaan yang tidak terkira bagi masa depan Wooyoung. Merasa sangat tersentuh diperlakukan dengan luar biasa istimewa, Wooyoung pun memutuskan untuk masuk dan mencoba hidup bersama sang pangeran kedua di dalam istananya yang sangat indah.

 

Tapi saat Wooyoung melangkahkan sebelah kakinya melewati ambang pintu istana milik pangeran kedua, pangeran pertama memanggilnya dari seberang sana. Mengajak Wooyoung untuk kembali bermain bersamanya dan berjanji mengajak Wooyoung untuk masuk ke dalam istana miliknya. Mengatakan bahwa istana miliknya juga tidak kalah indah dengan milik pangeran kedua. Sehingga dalam sekejap, keyakinan Wooyoung untuk masuk ke dalam istana milik pangeran kedua sirna. Rasa cinta untuk pangeran pertama yang telah dipupuk Wooyoung selama 5 tahun di dalam hatinya, akhirnya membuatnya mengalami kebingungan yang luar biasa.

 

Wooyoung kini tengah berdiri di sebuah jembatan di atas sungai yang menjadi penghubung antara istana pertama dan istana kedua, dengan kedua pangeran yang masing-masing berdiri di tiap ujung jembatan. Siap mengantar Wooyoung menuju ke istana mereka masing-masing. Menanti dengan sabar keputusan yang akan dibuat oleh Wooyoung.

 

Namun sepertinya tawaran kedua pangeran adalah hal yang sangat tidak mudah bagi Wooyoung. Meski sangat mencintai pangeran pertama, Wooyoung masih ragu untuk masuk ke dalam istana pangeran pertama karena selain pangeran pertama nampak masih sangat tidak bisa menerima kepergian putri yang semula tinggal bersamanya di dalam istana, pangeran pertama juga hanya membuka sedikit pintu istananya bagi Wooyoung sehingga Wooyoung merasa kesulitan melihat bagian dalam istana dari pangeran pertama. Belum lagi sebagian pengawal dari sang pangeran masih terlihat berjaga di sekitar istana. Menimbulkan kesan bahwa pangeran pertama sendiri belum sepenuhnya yakin untuk mengundang Wooyoung masuk ke dalam istananya. Sementara, meski jelas pangeran kedua mencintainya dan Wooyoung yakin bahwa hidup di istana milik pangeran kedua adalah yang terbaik bagi masa depannya, tapi Wooyoung masih sangat kesulitan untuk mencabuti tiap akar bertuliskan nama pangeran pertama yang mencengkram hatinya. Belum lagi tangan pangeran pertama yang memegangi kedua tangan Wooyoung dengan kuat, seolah tidak mengijinkan Wooyoung membuang akar-akar namanya dari dalam hati Wooyoung. Hal ini jelas menyakitkan bagi pangeran kedua juga bag Wooyoung. Tapi dengan tangan yang tidak bisa bergerak, tidak ada yang bisa Wooyoung lakukan. Wooyoung hanya bisa menunggu sampai pangeran pertama mengambil keputusannya. Apakah akhirnya pangeran pertama akan membukakan pintu istananya bagi Wooyoung dengan lebar dan menyuruh seluruh pengawalnya untuk pergi atau memilih kembali menutup pintu istananya dan menyuruh seluruh pengawalnya untuk memperkuat penjagaan.

 

Cinta butanya pada pangeran pertama selama 5 tahun jelas menyulitkan hidup Wooyoung. Membawa Wooyoung ke ambang kehancuran. Sempatt terpikir oleh Wooyoung kalau lebih baik pangeran pertama mengambil keputusan kedua. Melupakan niatnya untuk mengundang Wooyoung masuk ke dalam istananya dan menutup pintu istananya rapat-rapat. Sehingga Wooyoung bisa langsung berlari meraih tangan pangeran kedua dan mengajaknya masuk ke dalam istana milik pangeran kedua. Daripada pangeran pertama memilih keputusan yang pertama. Membukakan pintu istananya bagi Wooyoung lebar-lebar. Karena toh selama ini Wooyoung tidak pernah tahu pasti seindah apakah bagian dalam istana milik pangeran pertama. Sebersit rasa takut melintas di pikiran Wooyoung, bagaimana jika istana pangeran pertama ternyata penuh dengan aturan-aturan yang membuat Wooyoung tersiksa di kemudian hari. Bagaimana jika istana milik pangeran pertama hanya akan membuat Wooyoung tambah tersiksa dan sedih. Padahal jelas saat Wooyoung memutuskan untuk masuk ke istana pangeran pertama, saat itu pangeran kedua pasti akan langsung menghilang. Sehingga tidak akan ada jalan lain bagi Wooyoung selain menjalani kehidupan bersama pangeran pertama yang penuh penyiksaan.

 

Tapi lagi-lagi karena cinta, logika seolah sudah tidak memiliki fungsi sama sekali. Hati Wooyoung tetap masih berkubang dalam kebingungan meski jelas analisa masalah yang dibuatnya sendiri sudah sangat terperinci.

 

“ Bagaimana jika Wooyoung salah mengambil keputusan? Khun hyung tidak bisa menjanjikan kebahagian yang pasti baginya di masa depan, Chan? “ tanya Junho khawatir.

 

“ Percayalah pada Wooyoung. Wooyoung bukan lagi anak kecil. Dia sangat tahu apa yang baik dan tidak bagi hidupnya. Perjuangannya selama ini adalah bukti bahwa Wooyoung bukan orang yang tidak bisa mengambil keputusan dengan benar. “ ucap Chansung sembari menarik Junho ke dalam pelukannya.

 

“ Tapi urusan percintaan adalah hal baru baginya, Chan… “ mungkin sebagian orang akan menganggap Junho terlalu berlebihan, tapi rasa sayangnya pada Wooyoung membuat Junho begitu tidak rela jika Wooyoung harus banyak menangis lagi di masa mendatang.

 

“ Jika Wooyoung salah mengambil keputusan, bukankah dia punya kau yang begitu menyayanginya? Bukankah dia juga punya aku? Jika Wooyoung sampai salah mengambil keputusan, bukankah Wooyoung punya kita yang akan selalu ada di sampingnya untuk membantu Wooyoung? “

 

Mendengar ucapan Chansung, Junho mengangkat wajahnya untuk memandang orang yang begitu dicintainya itu. Kehadiran Chansung kadang membantu Junho untuk memandang suatu masalah dari sisi yang berbeda. Menyadarkan Junho akan sesuatu yang lolos dari pengamatannya.

 

“ Kau benar, Chan… “ sebuah senyum lega disunggingkan Junho sebelum mengecup lembut bibir Chansung. “ Entah pada siapa aku harus berterima kasih. Memilikimu dalam hidupku adalah sesuatu yang sangat luar biasa. Kau yang terbaik, Chan. Aku mencintaimu. “

 

Chansung tersenyum. “ Aku jutaan kali lebih mencintaimu. “

 

 

*****  

 

Chapter 5 is update!!!

 

Masih galau.... Galau... Galau... dan Galau....

 

Sedikit lebih panjang dari yang sudah-sudah.

 

Semoga lebih puas deh bacanya.

 

Masih tetap setia untuk mengingatkan supaya jangan lupa ninggalin komentar yha.

 

Biar author-nya bisa tau bagian mana yang menurut kalian masih kurang dan harus diperbaiki.

 

Thanks juga buat yang udah men-subscribe fiction ini.

 

Ga lupa thanks juga buat udah baca.

 

Paling spesial, thanks buanget buat yang ga males ngasih saran, kritik, pujian dan semangat buat author-nya.

 

I Love U all deh pokoe.

 

*muach.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
tcha0304 #1
Chapter 10: pls lanjutannya thoooorrrr
hwaiting93 #2
Chapter 10: Mian baru comment sekarang , baru nemu ff ini sekarang (╥﹏╥)​

Duhhh suka banget kalo uyong direbutin sama banyak orang ƗƗɑƗƗɑƗƗɑ
Apalagi kalo ada nuneo yang dukung & protective banget sama uyong wkwkwkwkwk XD

Panas dingin pas baca NC nya ><
Khun emang gitu ngeselin banget jadi orang , lola banget sama perasaan sendiri (۳˘̶̀Д˘̶́)۳
Kaya taecyeon dong , gesit kaya belut
Kalo kaya gini lebih dukung TaecWoo dah dari pada khunyoung walaupun aku khunyoung shipper ≤( ˘͡ ^˘͡)≥
Apalagi pas baca adegan taecwoo diranjang tadi , uyong minta ke taec buat ga ninggalin dia aaaaaaaa aku suka ƗƗɑƗƗɑƗƗɑ

Hwaiting buat author-nim deh , emang susah bagi waktu kalo gitu , tapi cepet dilanjut ya ? ^^v
Azalea22 #3
Chapter 8: Thor hiatus selamanya kah? ^_*♡♡♡
Azalea22 #4
Chapter 10: Thor aq reader bru nih, cuma mo bilang kalo bru kali ini baca ff chap taecwoo yg romantis abis, sampe2 aq rela kalo mereka jadian di cerita ini. Ceritanya jg bagus banget. Nex chapter soooooonnn. Tq thor.
Uyounggie
#5
Chapter 10: Lanjuttkan thor..!

Buat khun Hyung tersiksa ampe mampusss..!
Sekalian penggal kepalaX...! Wkwkkwkwwk

Buat kelanjutan jgn pisahkan taec Hyung ama woo yaa..!

Biarkan mereka beerLOVELY DoVIE... haaaha

Buat lebihhh ngenas lagi ceritaX..!

Okee Okeee..! Kereennn dach.. cuma kurang panjang aja...b

Hihihihihi :)
rikayoung
#6
Chapter 10: i always wait this story... tq
elzJang
#7
Chapter 10: waaawh cuma satu nih komen dariku....

kuurang panjaanh :)
UnunJang
#8
Chapter 10: Yeah...
akhirnya update juga...^^

Woah...
jadi kasian sma khunnie klo kya gini...
salah sendiri siy...
klo begini aq jadi pengen KhunYoung balik...hehehe
*MulaiLabil

Taec bener, jngn mau berbagi Woo lagi...
seharunya Khun juga githu... =]

dikit juga gpp thor...
yg penting mah nanti jangan mandek lg...
Hampir frustasi nunggu'a...Kkkk~
*LebayAkut
kirain g da lanjutannya lagi... =]
Fighting thor...^0^9