Baby, I'm Sorry!

HELLO, TROUBLE CUPID! {Stupid, Cupid! Sequel}

#np Baby I’m sorry – B1A4

3 tahun yang lalu…

Malam itu Baro berdiri di panggung bersama Sandeul menyanyikan lagu tersebut. Saat itu hujan deras tengah mengguyur Hongdae, namun keduanya tetap tampil dan penonton banyak yang menonton. Mereka mengikuti competisi untuk bisa mendapatkan kesempatan menjadi trainee selama 3 tahun dan mendapat kesempatan debut.

Young Na Ra ada disana. Berdiri di antara penonton yang terus menyikutnya dari kanan dan kiri—supaya mereka bisa berjalan lebih dekat dengan panggung. Na Ra bisa melihat lampu-lampu menyoroti keduanya—membuat Baro dan Sandeul menjadi lebih tampan dari yang Na Ra bayangkan. Ia menatap cincin pertunangannya dengan Baro. “aku mencintaimu, Baro.”

Hari itu, meskipun cuaca tidak bersahabat, Baro terlihat lebih bersinar dari biasanya. Ia terlihat penuh gairah dan siap mengalahkan lawan-lawannya. Namun, semua sinar itu pijar karena kejadian diluar dugaan.

Semua orang yang ada disana tidak sadar kalau panggung itu ternyata tidak berdiri dengan sempurna. Ada beberapa bagian yang tidak terpasang dengan benar di bagian atap dan pihak acara baru menyadarinya.

“astaga! Ini berbahaya…” jawab sang MC

“apa kita harus melanjutkannya?” tanya pihak panitia.

Producer terdiam. “tidak. Semua akan baik-baik saja.”

“kau yakin?”

“…..”

Saat masuk reff, ada beberapa tarian keduanya yang cukup menghentak dan membuat atap itu tergesek. Ditambah hentakan para penonton yang menggetarkan Hongdae—juga soundspeaker yang bisa saja memecahkan gendang telinga membuat panggung itu ikut bergetar.

Hingga mendekati akhir lagu, atap besi itu mulai tidak mampu menahan tumpuannya. Saat lampu panggung mati beberapa detik, Baro menyadari bahwa panggung yang tengah dipijakinya tidak beres. Namun Baro terus melanjutkannya sampai lagu selesai.

Baby jeo molle geurogge molle, gajima lonely love together!

PRANG!!! BRUK!

Tepat saat lagu selesai, atap roboh menimpa Baro dan Sandeul. Karena saat itu Baro berdiri di lebih dekat dengan soundspeaker, Baro tidak hanya tertimpa besi-besi berat itu melainkan juga soundspeaker. Panggung roboh sebagian, para penyelenggara bergegas menguhubungi ambulance dan polisi. Sebagian lagi sibuk berusaha membantu menyingkirkan soundspeaker dan besi-besi berat itu untuk menyelamatkan Baro dan Sandeul.

Penonton menjauh dari panggung, kecuali Young Na Ra.

Semuanya terjadi begitu cepat. Dalam kejapan mata, Na Ra melihat robohnya panggung itu. Ia juga melihat Baro yang tertimpa besi dan tak sempat menyelamatkan diri. Na Ra hampir mati rasa, kakinya merasa melayang di udara. Melihat Baro yang tak kunjung nampak diantara tumpukan besi membuat Na Ra kehilangan sebagian nyawanya.

Shock. Sekujur tubuh Na Ra gemetar. Ambulance berdatangan. Beberapa penyelamat datang menghampiri Na Ra yang terduduk lemas di bawah hujan dan sebagian lainnya berlarian menuju panggung ikut membantu menyelamatkan Baro, “nona, apakah anda baik-baik saja?”

Baro. Tuhan, semoga Baro dan Sandeul baik-baik saja.

“Baro…”

“Nona, hujan semakin deras sebaiknya nona berteduh di ambulance.”

 

Selang 15 menit, Besi sudah terangkat. Na Ra terduduk gusar di dalam ambulance. Tiba-tiba beberapa orang penyelamat menaikkan korban ke ambulance yang Na Ra naiki, Ia mengenali wajah itu. “Baro…”

“tuan, bagaimana keadaannya?”

“kritis, apa nona mengenalnya?”

“aku tunangannya.”

“tolong hubungi orangtuanya,” kata sang relawan yang sibuk memasang Oksigen di hidung Baro. Baro mengalami pendarahan hebat di kepala dan telinga. Baro juga mengalami patah dibagian leher dan kedua kakinya. seluruh tubuhnya lecet.

Ambulan mulai berjalan.

Na Ra bisa melihat Baro setengah sadar. “Na Ra…” panggil Baro.

“ya, Baro. Aku disini… bertahanlah, Kau pasti selamat.” Na Ra meraih tangan Baro yang terkulai lemas tak berdaya. Ia bisa merasakan darah di tangan Baro yang melekat ditangannya. Na Ra mengenggamnya dengan erat. “mianhaeyo… tetaplah disisiku…”
“kenapa kau minta maaf padaku? aku tidak akan pergi kemana-mana,”

“dengarkan aku,”

“ya,”

“aku mencintaimu. Hanya mencintaimu, jadi tetaplah bersamaku.”

“ya, pasti.”

“Na Ra…” panggil Baro, matanya menatap lemah ke wajah Na Ra.

“Ya..” Na Ra bisa melihat airmata menetes diwajah Baro. Na Ra berusaha kuat, Baro kau pasti bi

“nae… s…s…sa..sar..ang…ha..e…”

 

Dan tiba-tiba tangan Baro terasa dingin dan lemas. Sinar matanya perlahan meredup, tatapannya kosong ke arah  Na Ra. Bagai di terjang tsunami, Jiwa Na Ra terguncang. Ia tidak bisa merasakan hembusan nafas Baro bahkan detakan jantungnya. Jantung Na Ra seakan berhenti beberapa mili detik.

Hari itu. Baro pergi dengan seikat janji yang Ia bawa mati.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet