The Chaebol(s) : Part 1

Something Kinda Crazy
Please log in to read the full chapter

author notes:
Hello! Aku mau berterima kasih ya untuk teman-teman yang udah sabar nungguin ceritanyaa. Here's chapter 3! Author notes ini sengaja aku taruh diawal sebagai pengingat aja, cerita ini heavily inspired by CRA dengan beberapa modifikasi DAN tentu saja modifikasinya itu fiksi yaa. Anyway, please let me know what's on your mind after reading this chapter! Without further ado, Enjoy!

 




= Something Kinda Crazy =

 

 


(Taeyeon Kim)

 

Agustus 2023 (di waktu yang sama saat Sooyoung sedang menelpon Irene) 


Setiap tahunnya acara fashion week bertaraf internasional diadakan di beberapa negara dan akan mengundang nama-nama artis papan atas, professional di bidang fashion, hingga keluarga-keluarga konglomerat yang seringkali tidak diketahui namanya oleh publik. 

 

Acara tahunan tersebut merupakan salah satu acara yang selalu dihadiri oleh Taeyeon untuk terus memperbaharui koleksi fashion miliknya. Selain itu ia juga selalu menyisipkan jadwal untuk mengunjungi salah seorang temannya yang merupakan pemilik toko perhiasan yang menjadi referensi para kolektor-kolektor dunia. 

 

Tidak, Taeyeon tidak mengoleksi perhiasan karena ia suka. Namun toko perhiasan itu merupakan ladang harta karun tersendiri baginya karena disana ia bisa bertemu dengan para istri-istri maupun anak konglomerat yang sedang ingin melengkapi koleksi mereka atau mereka yang sedang putus asa dan memerlukan suntikan dana secara instan tanpa diketahui oleh siapapun. 

 

Taeyeon biasanya akan mencoba untuk mendekati kelompok putus asa tersebut sembari bercengkrama seolah-olah ia juga tertarik pada dunia perhiasan. Ketika saatnya tepat, Taeyeon kemudian akan sedikit demi sedikit membuka informasi bahwa ia tertarik pada properti tertentu dan dengan sedikit riset yang tepat, Taeyeon dapat dengan mudah membeli aset berharga dari kaum putus asa tadi dengan harga yang terbilang ‘murah’. 

 

Kemampuan unik ini ia pelajari dari seseorang yang memiliki hubungan yang tidak akur dengannya, Heeja Bae, atau yang kini telah berganti nama menggunakan marga suaminya menjadi Heeja Kim. 

 

Hubungan Taeyeon dan Ibunya adalah hubungan tarik ulur, love and hate relationship, paling melelahkan yang pernah ia rasakan. Tipikal orang tua asia yang selalu membebankan banyak ekspektasi dan tanggung jawab kepada putri sulungnya. 

 

Tidak jauh berbeda dengan kakeknya, sifat pasif agresif dari Ibunya adalah salah satu sifat yang paling Taeyeon benci bersama dengan sifatnya yang selalu campur tangan dalam kehidupan anak-anak mereka. 

 

Namun tidak dapat dipungkiri, bakat yang menurun dari Ibunya ini merupakan salah satu kunci kesuksesannya sekarang yang telah membantu mengukirkan namanya di jajaran konglomerat dunia sebagai salah satu pemilik real estate terbesar dari Korea Selatan. 

 

Taeyeon memiliki kemampuan untuk dapat melihat potensi dari properti-properti mahal dengan harga miring yang dapat ia sulap di kemudian hari untuk mendatangkan keuntungan yang berlipat ganda. Harabeoji selalu mengatakan bahwa cucunya yang satu itu memiliki bakat supranatural yang diturunkan oleh Ibunya untuk meramalkan harga pasar. 

 

Tetapi lebih daripada itu, bisa dikatakan hubungannya dengan ibunya sangat tidak harmonis. Apalagi setelah ia dijodohkan dengan salah satu pewaris dari keluarga chaebol lainnya. Cobaan demi cobaan yang menimpa dirinya pada masa-masa itu membuat Taeyeon hidup layaknya dalam mode autopilot, hanya menjalani hari-harinya dengan kesibukannya yang sudah terjadwal hingga akhirnya ia dikaruniai seorang putri yang sangat ia kasihi. 

 

Kim Minjeong. 

 

Putrinya itu lahir disaat hujan salju tengah membanjiri kota Paris pada 1 Januari disaat orang-orang merayakan tahun baru. Saat itu pula Taeyeon memutuskan bahwa ia akan membuka lembaran baru dalam kehidupannya, untuk dirinya dan bagi putri kecilnya. 

 

Peduli setan dengan suaminya. Ia pun tidak pernah menaruh hati pada laki-laki itu. 

 

Kembali ke masa kini, saat ini Taeyeon tengah terlelap dengan pulas di atas kasur king size bed di salah satu suite terbaik Hôtel de Crillon, sebuah hotel bintang 5 di kota Paris, bersama putrinya yang masih balita. 

 

Kemarin mereka berdua baru saja melewati aktivitas outdoor yang cukup melelahkan yang sukses menguras habis tenaga Minjeong dan membuat gadis kecil itu terlelap hampir 12 jam lebih. 

 

Dering ponselnya membangunkan Taeyeon dari tidurnya dan mengaktifkan instingnya ketika ia menyadari bahwa ponsel yang kini tengah membuat keributan adalah ponsel pribadi yang nomornya hanya diketahui beberapa orang saja. 

 

Takut jikalau bunyinya akan membangunkan Minjeong, dengan segera Taeyeon mengangkat sambungan telepon tersebut tanpa melihat nama yang tertera terlebih dahulu. Perlahan-lahan ditinggalkannya kasur tersebut dan kini Taeyeon merebahkan dirinya pada sofa panjang di president suite tersebut. Setidaknya ia sudah memberikan jarak namun dari sini pun ia tetap bisa memantau putrinya. 

 

"UNNIE!!! MAYDAY MAYDAY!!!" 

 

Secara refleks Taeyeon menjauhkan ponselnya dari telinga dan memicingkan matanya untuk membaca nama kontak yang sedang mengganggunya. 

 

Sooyoungie

 

Park Sooyoung merupakan salah satu dari sedikit sepupu yang cukup dekat dengannya. Adik sepupunya yang satu itu terlampau ekspresif dan memiliki tenaga yang meluap-luap. Sooyoung merupakan sosok yang heboh, periang, pengasih -bagi orang yang tepat-, dan selalu menjadi sumber informasi-informasi menggemparkan. 

 

Harus Taeyeon akui keberadaan Sooyoung dalam jajaran para sepupu-sepupunya memberikan warna yang cukup bermakna. 

 

Singkatnya, She is such a bundle of Joy. 

 

"Mwoya…." suara parau Taeyeon terdengar pada sambungan telepon tersebut. 

 

"Eh? Unnie lagi apa deh? Suaranya serak banget?" 

 

"Park Sooyoung, kamu seriusan telepon aku cuma buat tanya itu?" 

 

"Oh.. ani… ani… Aku mau ngadu!!" 

 

Ya, selain itu Park Sooyoung juga merupakan sepupunya yang cukup manja. Sudah menjadi kebiasaan baginya untuk mendengar keluhan dan tangisan adik sepupunya itu. Kebanyakan karena hal yang sepele, tapi tidak jarang juga Sooyoung membawa berita yang penting. 

 

"Apa? Cepetan! Aku ngantuk…" 

 

"Bukannya disana masih siang? Unnie masih di Paris kan? Oh.. atau Unnie lagi sama oppa di Sydney?" 

 

Taeyeon mengerutkan keningnya. Terakhir ia ketahui suaminya itu berada di New York. Ia berusaha mengingat-ingat kapan ia mendapatkan informasi tersebut. 

 

"Kalau Unnie di Sydney, aku titip boneka koala dong!" 

 

"Aku masih di Paris."

 

"Lho? Aku kira oppa sama unnie? Soalnya aku liat dia main golf di tempat biasa Unnie dulu main? Aku liat di update instagramnya Richard. Eh bener kan yang punya itu Richard?" 

 

"Uhm… yeah Richard. Tapi aku udah nggak pernah kesana sejak Minjeong lahir… Too humid for her. By the way, kenapa telpon?" 

 

"Ah… Maja!! Juhyun Unnie!! Dia bilang dia mau datang chuseok besok!" 

 

Alis Taeyeon terangkat keheranan. Tumben sekali adik sepupunya yang itu mau datang chuseok dengan sukarela. 

 

"KATANYA DIA MAU BAWA PACARNYA!! KATANYA DIA MAU MINTA RESTU HARABEOJI!! PADAHAL SAMCHON SAMA GOMO AJA BELUM TAU!! ADUH DIA GILA BANGET DEH UNNIE!!" 

 

"H-huh?" 

 

"Iyaaa!! Unnie tau kan kalau Juhyun unnie itu udah lama punya pacar? Nah sekarang dia mau bawa ceweknya buat dateng chuseok besok? Aduh kepalaku udah mau pecah bayanginnya! Aku cuma takut harabeoji ngamuk. Unnie tolong dong kasih tau itu adeknya!"

 

Taeyeon terdiam sejenak. 

 

Bae Juhyun. Anak tunggal dari Bae Woosung dan Kim Heeae. 

 

Saat ini Bae Woosung dipercayai oleh dinasti keluarga Bae untuk mengurus salah satu perusahaan elektronik terbesar di negara ginseng itu. Sedangkan Kim Heeae berkecimpung di dunia perhotelan dan mengurus seluruh chain of hotels yang dimiliki oleh keluarganya di Korea, selain itu ibu dari Juhyun itu juga merupakan salah satu pengurus utama Bae Foundation. Sebuah Yayasan Pendidikan yang dimiliki oleh keluarga Bae. 

 

"Juhyun bilang apa ke kamu?" tanya Taeyeon singkat. 

 

"Juhyun unnie bilang dia mau bawa Wendy unnie pas chuseok besok. Katanya mau minta restu. Tapi masalahnya Unnie kan tau sendiri kalau Juhyun unnie itu orangnya nggak ketebak dan suka impulsif. Aku takut dia tiba tiba dateng di acara chuseok besok dan bikin geger! Udah cukup Hanchul samchon aja deh yang berulah! Kalau sampai Juhyun unnie juga berulah, bisa-bisa harabeoji ngamuk! Oh right, aku lupa bilang juga… don't take this in negative way, tapi Wendy unnie itu commoner…."

 

Sooyoung terus melanjutkan laporannya kepada Taeyeon sementara ibu satu anak tersebut sedang menerawang jauh. Kisah cinderella bukanlah suatu hal yang baru di dunia ini, namun ia tidak pernah membayangkan bahwa keluarga besarnya akan lagi-lagi jatuh pada cerita yang sama.

 

Ditengah-tengah sesi ‘laporan’ tersebut, ekor mata Taeyeon menangkap adanya pergerakan dari kasur tempat Minjeong terlelap. Putrinya itu sedang meregangkan tangan dan kakinya lalu terlihat bangkit perlahan dari posisi tidurnya. 

 

Sang gadis cilik berumur empat tahun tersebut mengusap-usap matanya dengan tangannya yang tak kalah mungil. 

 

Melihat hal ini, Taeyeon memilih untuk meninggalkan sofa yang ia tempati dan menghampiri Minjeong yang sesekali masih menguap lebar. Tidak lupa ia tekan tombol mute di layar ponselnya agar Sooyoung tetap bisa bercerita tanpa harus terganggu dengan suara Taeyeon. 

 

“Selamat pagi kesayangan mami, enak tidurnya?” tanya Taeyeon yang sudah terduduk di pinggir kasur. Tangan kanannya mengusap kepala putrinya dan menyampirkan rambut Minjeong ke balik telinganya. 

 

Minjeong mengangguk pelan, “Mami, Minjeong laper….”

 

“I see…. Mau sarapan sekarang? Tapi Minjeong harus sikat gigi dulu ya?”

 

Lagi-lagi gadis itu mengangguk sembari kembali menguap lebar. Ia menyandarkan kepalanya pada perut ibunya itu, setengah memeluk Taeyeon. 

 

“Mi…. ini udah hari sabtu. Papi mana mi?” 

 

Pertanyaan Minjeong cukup membuat hati Taeyeon terhenyak. Walau ia tidak sedikitpun menaruh hati pada laki-laki itu, namun selama ini Taeyeon selalu berusaha untuk memberikan sosok keluarga yang lengkap bagi Minjeong. Sayangnya, suaminya itu seringkali tidak memikirkan hal ini. Akhirnya Taeyeon-lah yang harus kelimpungan untuk membuat alasan ini dan itu agar putrinya tidak menyadari bahwa kedua orang tuanya tidak seharmonis yang ia lihat. 

 

“Papi masih ada rapat sayang. Minjeong bisa ya tunggu sedikit lagi?” 

 

Bibir Minjeong secara otomatis mengerucut masam. Sudah berapa kali ibunya mengatakan hal yang sama? Ia rasa ia sudah cukup sabar. 

 

“Mami juga kemarin bilang gitu!”

 

Ibu satu anak itu menarik napasnya dalam-dalam lalu memeluk putrinya untuk memberikan dirinya lebih banyak waktu berpikir dan mengarang cerita yang sekiranya masuk akal dan dapat diterima oleh putrinya. 

 

“Maaf ya sayang. Papi tadi telepon waktu Minjeong tidur. Tadinya Mami udah mau bangunin Minjeong, tapi kata Papi mending Minjeong istirahat lagi. Hari ini Minjeong mau ke Disneyland kan?”

 

Gadis cilik itu menggelengkan kepalanya. Wajahnya masih terbenam di perut sang ibu. 

 

“Gak mau. Nggak ada Papi.”

 

“Okay…..kalau gitu mau apa? Ayo mami temenin.”

 

Minjeong tetap terdiam. Sementara itu Taeyeon hanya bisa mengelus puncak kepala putrinya sebagai bentuk permintaan maaf. Tetapi tiba-tiba dalam keheningan itu, ia teringat akan salah satu temannya yang memiliki perkebunan dan deretan kuda peliharaannya. 

 

Mungkin berkunjung ke kebun milik keluarga Kwon bisa ia jadikan opsi untuk membujuk Minjeong. Apalagi putrinya itu sangat senang dengan hewan. 

 

“Minjeong mau naik kuda nggak? Mami punya temen yang punya banyak kuda lho.” 

 

“Eung? Emang boleh?”

 

“Boleh, asal Minjeong hati-hati nanti waktu naik kuda. Nah sekarang Minjeong harus mau mandi sendiri dan sarapan dulu.”

 

Minjeong mengangguk mantap. Persyaratan yang diberikan oleh ibunya itu terlampau mudah. Ia langsung melepas pelukannya dan melompat turun dari kasur. Melesat meninggalkan ibunya dan menghampiri meja yang ada di tengah president suite tersebut dan sedikit mengacak-acak beberapa tumpukan mainan yang ia simpan disana. 

 

“Minjeong mau ngapain?” 

 

“Minjeong mau mandi! Sekarang mau cari mongmong dulu!” 

 

Ah…. Taeyeon lupa kalau putrinya suka sekali main di bathtub dengan semua mainan-mainan karetnya itu. 

 

“Jangan lama-lama mandinya, nanti kamu kedinginan.”

 

“Iya mami….” 

 

Taeyeon tersenyum melihat putrinya yang sibuk memilah dan memilih mainan yang akan ia bawa ke kamar mandi. Setelah memastikan bahwa Minjeong sudah bisa masuk ke dalam bathtub dengan aman dan memastikan bahwa suhu air tidak terlalu panas, Taeyeon kembali berfokus pada pembicaraannya dengan Sooyoung. 

 

“Unnie denger aku nggak sih?”

 

“Iya, aku denger kok. Tadi urus Minjeong sebentar.”

 

“Omooo!! Keponakan aku gimana di Paris? Udah ke Disneyland belum?? Disana banyak princess-princess! Terus kalau malem ada atraksi lampu juga! Bagus deh!”

 

“Aku rasa dia bakal lebih tertarik sama dinosaurus daripada sama disney princess” kekeh Taeyeon. 

 

“Ah benar juga. Huh dia sih dari kecil sama oppa selalu dikasih mainan yang tomboy!” 

 

Taeyeon mengamini hal tersebut. Sebenarnya ia merasa bahwa suaminya itu dalam hatinya selalu berharap bahwa anak mereka adalah laki-laki. Entah mengapa suaminya itu selalu memberikan Minjeong mainan untuk anak laki-laki. Bahkan baju pemberian suaminya itu pun kebanyakan model uni. 

 

Karena hal ini pula Minjeong terbiasa memainkan model mainan seperti mobil remot kontrol dan pistol-pistolan dengan peluru busa lunak. Putrinya itu selalu berusaha keras agar ayahnya melirik dirinya dan mau bermain dengannya. 

 

Namun sejauh ini hasilnya masih nihil. 

 

Pria itu hanya memberikan perhatian pada Minjeong ala kadarnya saja. Jika ia sedang mood atau jika mereka sedang berada di tengah keramaian dan banyak mata yang memandang ke arah keluarga mereka dengan pandangan takjub dan iri. 

 

“Unnieeeee!! Tuh kan aku dianggurin lagi!” 

 

Taeyeon kembali menjauhkan teleponnya dari telinga ketika Sooyoung kembali merengek. 

 

“Arasseo….. Arasseo…..aku bakal ngomong dulu ke Juhyun. Aku matiin ya teleponnya sekarang.” 




 

 

 

= Something Kinda Crazy =






 

September 2023 (Hari-H Kedatangan Irene di Seoul)

 

Gerbang hitam tinggi dari salah satu mansion di kawasan seongbuk terbuka secara otomatis ketika penjaga di dalam pos menyadari kehadiran sebuah mobil Mercedes Maybach S580 berwarna nautical blue metallic yang cukup sering berkunjung ke mansion tersebut. 

 

Mansion bergaya modern dengan sentuhan tradisional korea tersebut memiliki mayoritas warna putih, abu, dan sedikit aksen warna hitam di sekelilingnya. 

 

“Mami….minjeong mau coba buat pizza lagi kayak kemarin. Boleh?” celetuk Minjeong saat mobil mereka berjalan pelan memasuki area halaman depan kediaman kakek Woosung dan nenek Heeae. 

 

Taeyeon tersenyum saat mendengar pertanyaan putrinya. Tentu saja, Minjeong selalu bersemangat ketika ia menyambangi kediaman keluarga Bae karena dapur keluarga Bae memiliki peralatan yang sangat lengkap dan staf-staf yang ramah. Mereka semua mengagumi Minjeong layaknya ia adalah cucu dari keluarga itu. 

 

Sebenarnya staf di rumahnya pun tidak kalah ramah, hanya saja mereka selalu kelewat ‘khawatir’ setiap saat Minjeong melakukan hal-hal yang extravaganza dan pada akhirnya karena mereka terlalu menyayangi putrinya itu, seringkali mereka justru membatasi ruang gerak Minjeong. Sedangkan putrinya itu selalu bergerak cepat layaknya mobil remot kontrol dengan batere penuh. 

 

“Nanti kita tanya Heeae halmeoni dulu ya? Atau mungkin Minjeong bisa main sebentar di halaman belakang waktu Mami ngobrol sama halmeoni, gimana?”

 

Minjeong mengangguk dengan semangat. Tawaran ini pun tidak kalah menarik baginya. 

 

Keluarga Bae memiliki sebuah mini zoo di halaman belakang mansion tersebut. Bae Woosung memiliki koleksi burung-burung langka dari berbagai belahan dunia serta beberapa hewan berkaki empat yang menurut Minjeong sangat lucu seperti Daehan, seekor anak macan Dahan dari Kalimantan dan Minguk, seekor anak harimau siberia yang diberikan oleh otoritas taman nasional Korea. 

 

Sementara itu Kim Heeae lebih menyukai hewan-hewan peliharaan dalam ukuran kecil seperti kucing, kelinci, dan hamster serta terdapat sebuah kolam ikan di halaman belakang yang merupakan satu-satunya tempat yang sering dikunjungi oleh Juhyun dengan suka rela. 

 

Taeyeon sangat ingat bagaimana sepupunya yang satu itu sangat penakut, bahkan hanya kelinci milik ibunya saja cukup membuatnya berteriak ketakutan. Sangat kontras dengan kedua orang tuanya yang sangat penyayang dengan hewan. 

 

Semenjak Juhyun pindah ke amerika, kini di dalam mansion keluarga Bae dapat ditemukan ahreum, seekor kucing bengal yang sangat disayangi oleh Kim Heeae. Yang mana kucing itu juga merupakan salah satu hewan favorit Minjeong karena menurut gadis kecil itu, Ahreum sangat cerdas dan lucu. 

 

Mobil Mercedes tersebut akhirnya terhenti dengan sempurna dan tak lama setelahnya pintu penumpang dibuka oleh supir mereka. Taeyeon mengucapkan terima kasih kepada supirnya dan menggandeng Minjeong untuk keluar dari mobil. Sepasang ibu dan anak tersebut turun dari mobil dan sudah disambut oleh beberapa pelayan yang cukup familiar dengan mereka. 

 

“Bibi!!” sapa Minjeong dengan antusias saat melihat salah seorang pelayang yang sering mengajaknya bermain. 

 

“Selamat datang nona kecil.”

 

“Ih! Aku nggak kecil!” dengus Minjeong sambil menghentakkan kakinya sebagai bentuk protes. 

 

Tentu saja orang dewasa yang ada disekitarnya justru tertawa melihat tingkah lucu dari Minjeong. 

 

“Anda sudah ditunggu oleh nyonya di ruang baca.” ujar salah seorang pelayan lainnya kepada Taeyeon. 

 

Kendati ia cukup heran dengan undangan ini, namun raut wajah Taeyeon tidak berubah. Ia hanya mengangguk dan kemudian menatap putrinya sejenak. 

 

“Minjeong main dulu ya sama bibi?”

 

“Ne…” 

 

Taeyeon menganggukkan kepalanya sebagai tanda bahwa pelayan keluarga Bae itu dapat mengajak Minjeong untuk bermain sembari ia harus berbicara empat mata dengan Kim Heeae.

 

Dalam perjalanan dari pintu masuk ke ruang baca, Taeyeon melewati lorong mansion yang sangat familiar baginya. Dahulu ia dan adiknya, Kibum, sering dititipkan ke rumah keluarga Bae terutama karena Juhyun dan Kibum seumuran. Paling tidak seminggu sekali Taeyeon dan Kibum akan berkunjung ke mansion ini. 

 

Berbeda dengan sepupu lainnya yang mungkin hanya berkunjung beberapa bulan sekali. Sebelum akhirnya Sooyoung lahir dan menjadi salah satu sepupu yang juga cukup dekat dengan Taeyeon dan Juhyun. Sama seperti Taeyeon, Sooyoung pun terbilang cukup sering berkunjung ke mansion ini. 

 

Taeyeon terhenti sejenak ketika matanya tertuju pada sebuah bingkai foto, dimana keturunan keluarga Bae generasi keempat, yakni ia dan jajaran sepupu-sepupunya itu sedang berlibur di Swiss ketika umurnya masih sekitar lima belas tahun dan Juhyun berumur tiga belas tahun.

 

Pada bingkai foto yang ia pegang terdapat foto mereka semua menunggangi kuda mereka masing-masing dan Juhyun terlihat sangat mencolok. Selain karena wajahnya yang ketakutan, kuda putih milik Juhyun memang sangat menawan. Walaupun Juhyun tidak bersahabat dengan hewan, namun ia sejak dini sudah dipaksa untuk fasih melakukan beberapa hal dan salah satunya adalah menunggangi kuda. 

 

Ibu satu anak tersebut tertawa pelan dan menaruh bingkai foto tadi kembali pada posisi semula. 

 

“Juhyun selalu marah kalau dia lihat foto ini.” ujar Taeyeon pada pelayan yang menemaninya. 

 

“Nyonya yang meminta agar foto itu ditaruh disini. Katanya untuk mengingat masa-masa muda.” 

 

Taeyeon tersenyum singkat dan melanjutkan langkahnya ke arah ruang baca. 

 

Sesampainya disana, ia sudah disapa dengan alunan musik Air on the G String from Suite No. 3 dan Kim Heeae yang terduduk di salah satu sofa dengan mata terpejam. 

 

Memahami bahwa wanita paruh baya itu sedang dalam momen heningnya, Taeyeon hanya mengangguk kepada pelayan yang mengantarkannya untuk memberikan tanda bahwa pelayan tersebut dapat meninggalkan mereka sekarang. 

 

Taeyeon memilih untuk menunggu hingga alunan musik tersebut selesai sembari berusaha menebak-nebak kemana arah pembicaraan mereka pagi hari ini. 

 

Entah kebetulan atau tidak, namun Kim Heeae kemarin meneleponnya dan meminta Taeyeon untuk datang ke rumah mereka sekitar pukul sepuluh pagi. Taeyeon sendiri tidak mendapatkan info lebih lanjut tentang alasan dari undangan tersebut namun ia juga tidak ingin terlihat terlalu penasaran. Menurutnya lebih baik terus terlihat netral seperti saat ini. 

 

Tepat saat ia menyadari bahwa alunan musik tersebut sudah mencapai akhirnya, Taeyeon sedikit berdeham untuk memberikan sinyal bahwa ia saat ini sudah hadir disana. 

 

“Pagi Gomo…” sapa Taeyeon. 

 

Kim Heeae perlahan membuka kedua matanya ketika ia mendengar suara keponakannya. Wanita paruh baya itu bangkit dari duduknya dan menyambut Taeyeon dengan hangat, diberikannya sebuah senyuman dan pelukan bagi Taeyeon. 

 

“Suaramu sedikit serak, kamu baik-baik saja kan?”  tanya Heeae. Kedua tangannya berada di pundak Taeyeon, matanya menatap keponakannya itu dari ujung kaki hingga ujung kepala dan menemukan tanda-tanda kelelahan yang cukup wajar ditemukan pada seorang wanita karir yang memiliki seorang anak. 

 

Taeyeon kembali sedikit berdeham, “Baik. Hanya saja mungkin perlu istirahat lebih.” 

 

“Perlu aku telepon dr. Doh?” 

 

Taeyeon menggelengkan kepalanya. Tangan kanannya menepuk tangan Heeae yang berada di pundaknya. 

 

“Tidak usah gomo….. Aku cuma sedikit kelelahan. Badanku belum menyesuaikan dengan kehidupan Seoul lagi.” 

 

“Aigoo! Benar juga! Aku lupa kalau kamu dan Minjeong baru kembali dari Paris! Bagaimana disana? Menyenangkan?”

 

“Indah, seperti seharusnya. Minjeong cukup suka dengan kota itu.” jawab Taeyeon dengan ramah. Ia masih berusaha menerka-nerka arah pembicaraan. 

 

Sementara itu Heeae mengarahkan mereka untuk duduk di sofa yang tadi ia tempati. Sang tuan rumah kemudian mengangkat gagang telepon rumah dan menekan beberapa tombol yang Taeyeon tebak akan tersambung kepada pelayan keluarga Bae. 

 

“Tolong buatkan teh hangat untuk Taeyeon…. Yuja saja boleh. Oh… tolong tuangkan sedikit madu di cangkir lainnya. Jangan dicampur. Nanti biar saya saja yang mencampurnya. Hm… oke… jangan terlalu panas. Ya, tolong di antar kesini. Terima kasih.”

 

Setelah sambungan telepon tersebut terputus, Heeae menyilangkan kedua kakinya dan menangkupkan kedua tangannya di atas lututnya. 

 

“Cuaca akhir-akhir ini sedang tidak menentu. Udara juga sedang tidak bagus. Kamu harus jaga kesehatan terutama untuk chuseok minggu depan. Jangan sampai ada om-om dan tante mu yang tahu kalau kamu sedang sakit. Jika perlu apa-apa telepon aku, jangan ke rumah sakit om mu itu.” 

 

Taeyeon mengangguk dan menyunggingkan senyumannya kembali, “Ne…gomo….akan aku ingat pesan ini.” 

 

Dalam hatinya ia berusaha untuk terus bersabar. Benarkah ibu dari Juhyun ini memanggilnya hanya untuk memberikan nasihat-nasihat seperti ini. 

 

“Bagaimana kabarmu dan Minjeong? Oh dan suami mu juga.”

 

“Kami baik-baik saja. Minjeong akan masuk sekolah tahun depan, dia sudah mendatangi beberapa calon sekolah dan dari beberapa sekolah tersebut ada yang ia sukai. Perusahaan juga baik-baik saja gomo. Aku rasa suamiku mengerjakan tugasnya dengan cukup baik.”

 

Kim Heeae terdiam sejenak. 

 

“Taeyeon… kamu tahu kan beberapa tahun ke belakang harabeoji-mu mempercayakan aku dan pamanmu untuk mengurus perusahaan induk keluarga kita. Selain mengurus perusahaan, harabeoji-mu juga meminta agar aku dan pamanmu mengurus keluarga kita. Entah sudah berapa banyak kenakalan sepupumu dan om maupun tantemu yang harus aku urus selama beberapa tahun ini.”

 

Kening Taeyeon mengkerut sejenak. Namun dengan segera ia mengembalikan ekspresinya dan berusaha untuk bereaksi senatural mungkin sembari berusaha mengingat-ingat apakah ia dan suaminya pernah berbuat kesalahan?

 

Jelas sekali bahwa pagi ini Heeae memanggilnya bukan untuk menanyakan keadaannya melainkan untuk memberikannya peringatan. 

 

‘Jangan melakukan hal bodoh yang bisa menghancurkan reputasi keluarga’

 

Kira-kira begitu pesan yang ia tangkap. 

 

Namun sebanyak apapun ia berusaha memutar ingatannya, Taeyeon tetap tidak bisa mengingat apakah ia pernah melakukan hal yang mencoreng nama keluarga besar mereka. 

 

“Ani…. bukan kamu.” 

 

“Ne?” 

 

Heeae terdiam sejenak saat melihat pelayan keluarga mereka memasuki ruang baca dengan nampan berisikan teh Yuja yang tadi ia minta. Kemudian ia tuangkan sedikit madu dan mengaduknya pelan sebelum ia sodorkan kepada Taeyeon. 

 

“Kamu tidak melakukan kesalahan dan gomo harap tidak akan pernah juga. Selama ini rapor mu selalu bagus. Harabeoji juga tahu itu. Tetapi mungkin kamu harus sedikit lebih memperhatikan suamimu.”

 

Rahang Taeyeon mengeras sejenak. 

 

“Kamu tahu kan kalau penggunaan semua aset keluarga ini akan selalu dilaporkan kepadaku dan pamanmu? Mungkin kalau kamu mau sesekali main ke perusahaan induk, pamanmu bisa memberikan laporannya kepadamu atau mungkin kalau kamu mau lebih banyak terlibat pada bisnis keluarga kita dibandingkan mengurus usaha buatanmu sendiri itu, aku dan pamanmu bisa membantumu untuk mengambil alih perusahaan yang saat ini dititipkan harabeoji ke suamimu.” 

 

Taeyeon menyesap teh yang diberikan kepadanya dengan perlahan. Ia berusaha mengulur lebih banyak waktu untuk menenangkan dirinya. Entah ia harus berterima kasih kepada bibinya ini atau justru ia harus marah karena kehidupan rumah tangganya di’-perhatikan’ dengan sangat ekstra seperti ini.

 

Namun lebih daripada itu, Apa yang suaminya telah perbuat di belakangnya hingga ia harus ‘dipermalukan’ seperti ini? 

 

Sementara itu cangkir teh yang ada di tangan Taeyeon sedikit menutupi wajahnya, membuat Heeae tidak bisa membaca ekspresi Taeyeon dengan sempurna. Tetapi dari gelagat keponakannya itu, Heeae tahu bahwa Taeyeon sudah menerima sinyalnya dengan sangat baik dan ia harap Taeyeon bisa bertindak sebagaimana mestinya sebelum chuseok datang.

 

Semoga keponakannya ini tidak salah paham dengan ucapannya barusan. Peringatan ini ia berikan bukan karena ia mau mempermalukan Taeyeon, justru ia memberikan peringatan dini agar keponakannya itu tidak memiliki celah untuk diserang pada chuseok mendatang. 

 

Sama seperti Juhyun, Heeae juga menyayangi Taeyeon dengan porsi yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan keponakan lainnya. Jika ditanya siapa keponakan favoritnya, maka Heeae akan dengan mudah menjawab, Kim Taeyeon. 

 

“Ah… omong-omong, Taeyeon-ah…. Aku ingin bertanya, apakah Juhyun sempat menghubungi mu akhir-akhir ini?” 

 

Terkejut dengan pertanyaan Heeae, Taeyeon sempat tersedak sedikit dan cukup mengejutkan Heeae yang kini telah memberikannya tisu untuk menyeka ujung bibirnya yang berantakan.

 

“Ehmm….. Juhyunie sempat meneleponku akhir agustus lalu. Menanyakan kabar Minjeong. Gomo tahu sendiri kalau Juhyun sangat memperhatikan Minjeong.” ujar Taeyeon setelah menyeka ujung bibirnya. Sedikit berbohong memang, mengingat bahwa awalnya yang menelepon adalah dirinya, bukan Juhyun. Tetapi tidak sepenuhnya bohong karena Juhyun memang menanyakan kabar Minjeong. 

 

“Ah.. benar juga. Dia tidak pernah kelewatan memberikan Minjeong hadiah walaupun ia ada di Amerika sana.”

 

“Oh… gomo tahu?”

 

Heeae tertawa pelan, “Sudah aku bilang kan, tidak ada yang aku tidak ketahui selama itu berhubungan dengan aset keluarga ini. Setiap tahun baru Juhyun selalu menyuruh salah seorang asisten rumah ini untuk membelikan hadiah untuk Minjeong dan mengantarkannya langsung ke rumahmu. Atau kadang-kadang ia akan mengirimkan barang dari Amerika langsung kan? Terakhir dia mengirimkan Minjeong satu set mainan arkeolog, dua bulan lalu.” 

 

Taeyeon cukup bergidik ngeri karena Heeae menerangkan dengan sangat tepat. 

 

Akhir-akhir ini Minjeong sedang tertarik dengan jaman purba dan Juhyun menemukan mainan yang tepat untuk keponakannya itu. Awalnya Taeyeon menolak karena ia tahu harga mainan tersebut terlalu mahal. Bahkan untuk dirinya pun, ia merasa itu terlalu mahal. Namun Juhyun yang kelewat mengagumi putri kecilnya itu tetap bersikukuh untuk

Please log in to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Bltrx82 #1
Chapter 6: too much plot twist 😭🤣🔥
Myheart210210 #2
Chapter 6: Ya tuhan nggak sabar jika ini harus update chapter selanjutnya dalam waktu lama😭
Krystaloxygen #3
Chapter 6: Surprise but not surprise. Tapi kek. Waw banyak sekali yang terjadi 🤣🤣
Krystaloxygen #4
Chapter 6: 😱😱😱😱😱😱
xabillx #5
Chapter 6: wendy: "surprise apa lagi ini ya tuhan 😫"
Irenebae32
#6
Chapter 6: Jadi Taeyeon dan Wendy adalah mantan wah bagaimana kelanjutannya yaa jadi penasaran dan bagaimana nanti tanggapan Irene
Irenebae32
#7
This story is really fun
idkfaw #8
Chapter 6: Àaaaasssdgdhhxjckxkckc
envyou2908
#9
Chapter 6: Wtf wentae!
Demima #10
Chapter 6: Wentae supermacy!! Aaagghhhh, cliffhanger-nyaaa… astagaaaa, kuatkan aku sampai next update, jebbaaaalll 🥹