Click

Perfect 21
Please Subscribe to read the full chapter

Menjadi diri sendiri itu penting, tetapi harus tahu batasan. Tidak semua orang menyukai semua sifat, sikap, dan tingkah lakumu. Terkadang kau juga harus melakukan sedikit kebohongan untuk menutupi apa yang orang lain keluhkan tentangmu. Dengan itu, mereka akan merasa nyaman berada di dekatmu. Tetapi sayangnya, Hwang Eunbi tidak bisa melakukan hal tersebut. Remaja tanggung itu terlalu jujur mengenai apa yang ada di pikirannya. Ditambah dengan wajah sedingin es, membuat siapa saja yang melihatnya merasa segan terhadap sang atlet. Eunbi telah membuat orang-orang menarik kesimpulan buruk hanya karena penampilannya. Itulah sebabnya mengapa gadis Hwang tidak memiliki banyak teman. Padahal anak-anak di usianya tengah gencar-gencarnya bersosialisasi, mencari teman dari berbagai penjuru sekolah, memaksimalkan masa muda mereka.

Meskipun begitu, Eunbi tidak pernah sekalipun merasa iri dengan mereka. Dia cukup berpuas diri hanya memiliki beberapa teman di sisinya. Setidaknya Eunbi tahu, beberapa temannya itu bersedia menerima apapun kelebihan dan kekurangan Eunbi tanpa menghakiminya seperti kebanyakan orang-orang. Gadis Hwang tidak perlu mengenakan topeng saat bersama dengan teman-temannya. Dan dia sungguh bersyukur akan hal itu.

Hanya saja ada satu nama yang berhasil membuat Eunbi memutuskan mengambil topengnya untuk ia pakai. Dan orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah kekasihnya sendiri, Jung Yerin.

Gadis yang lebih tua tidak ingin Eunbi menjadi seorang yang tertutup. Meskipun dia tahu mengubah kepribadian seseorang itu sulit. Yerin hanya tidak ingin kekasihnya akan menghadapi kesulitan di masa depan. Bagaimanapun bersosialisasi itu penting, terutama ketika dewasa. Sekalipun kau adalah orang paling introvert sedunia. Tidak selamanya kau bisa bergantung kepada keluarga atau teman dekat saja. Ada kalanya kau membutuhkan bantuan orang lain selain mereka. Yerin ingin menanamkan hal tersebut kepada kekasihnya yang bisa dibilang anti-sosial.

Sudah hampir setahun belakangan semenjak Yerin lulus, dia meminta bantuan Yewon untuk memonitoring Eunbi di sekolah. Namun hasilnya tidak terlalu baik. Eunbi tetap pada pendiriannya dalam menutup diri dari lingkungan sekitar. Kemajuannya hanya satu, yaitu memutuskan berteman dengan beberapa orang dari klub bulutangkis. Tetapi meskipun berteman, Eunbi tetap saja membangun dinding pembatas diantara mereka. Gadis itu tidak banyak berbicara dan lebih memilih menyibukkan diri dengan berlatih.

Oleh karena itu, Yerin akan menjalankan aksinya sendiri mulai sekarang. Dengan dalih ingin mengenalkan Eunbi kepada pelatih bulutangkis profesional di universitasnya guna mendapatkan beberapa saran untuk pertandingan final di klub (yang mana hanya akal-akalannya saja), Yerin membawa gadis Hwang ke kampus. Kebetulan hari itu bertepatan dengan studi kunjungan salah satu SMA di Ansan. Yerin ingin melihat bagaimana Eunbi dapat bersosialisasi ketika bertemu mereka. Atau mungkin bagaimana Eunbi dapat bersosialisasi dengan teman-temannya.

Begitu Yerin menyelesaikan kelas tambahan, gadis itu bergegas berlari menuju gerbang utama dan memberitahu Eunbi melalui ponsel. Kekasihnya tersebut sejak tadi menunggu Yerin di cafe dekat kampus. Yerin sedikit merasa bersalah karena membuat Eunbi menunggu cukup lama. Dia harap Eunbi tidak marah kepadanya setelah ini.

Beberapa saat kemudian, Eunbi datang dengan seragam SMA nya. Yerin cukup terkejut. Dia pikir Eunbi akan memakai pakaian kasual. Tapi, tidak mengapa juga, sih. Menggunakan pakaian apapun Eunbi tetap terlihat cantik di matanya.

"Kupikir ini masih hari Minggu?" Yerin bertanya untuk memastikan.

Eunbi mengangguk. "Sebelumnya aku memang pergi ke sekolah. Membersihkan ruang kelas karena sebentar lagi akan diadakan acara anniversary sekolah."

Yerin mengerti. "Apa kau menunggu lama tadi, Bi?"

"Kurang dari satu jam. Tapi tidak apa-apa, Juyeon menemaniku di cafe."

Gadis yang lebih tua melengkungkan bibirnya kebawah. "Maaf,"

Eunbi tersenyum tipis. "Sudah kubilang tidak apa-apa, unnie. Jadi, mana pelatih yang kau bilang itu? Apa beliau ada di dalam?"

"Ah, matta, aku lupa. Ayo masuk kedalam, Bi. Beliau mungkin saat ini sedang dalam perjalanan." bohong Yerin.

Eunbi yang tidak merasa curiga sama sekali mengangguk kemudian mengikuti Yerin masuk kedalam kampus. Ini adalah kali pertama Eunbi datang kesana. Jadi rasanya sedikit aneh.

Ketika dirinya masuk lebih dalam, Eunbi terkejut karena melihat suasana kampus yang ramai. Eunbi pikir kampus akan cukup sepi karena ini adalah hari Minggu. Itu juga sebabnya dia mengiyakan ajakan Yerin. Eunbi tidak perlu bertemu dengan orang banyak. Tapi ternyata dugaannya salah. Kampus cukup ramai dibanding apa yang Eunbi bayangkan. Sang atlet menggigit bibir bawahnya, mulai merasa tidak nyaman.

"Oh iya, apa aku belum memberitahumu kalau kampus tetap ramai meskipun hari Minggu?"

Eunbi menoleh, menatap Yerin kemudian menggeleng perlahan.

"Yeah, itu karena terkadang kami memiliki kelas tambahan di hari libur, seperti barusan, atau anak-anak sengaja datang kemari untuk berburu Wi-Fi, bermain basket, futsal, dan olahraga lain dengan teman-teman dari jurusan lain, atau karena kegiatan non-akademis. Kupikir tidak berbeda jauh ketika masih SMA?"

Gadis yang lebih muda hanya bisa tersenyum tipis sebagai respon. Harusnya Eunbi memikirkan kemungkinan itu juga sebelum menerima ajakan Yerin. Sekarang gadis itu menyesal telah datang kemari.

"Yerin-ah!"

Kedua manusia itu menoleh kebelakang ketika mendengar suara tersebut. Seorang gadis tinggi berambut hitam panjang yang digerai, mengenakan kemeja putih simpel dan bawahan skirt jeans, berlari kecil ke arah mereka.

"Aku mencarimu karena terkejut tiba-tiba menghilang setelah kelas usai."

Yerin menunjukkan cengiran lebarnya pada gadis itu.

"Mian, Soo."

Sooyoung memutar bola matanya malas. Tetapi kemudian pandangannya menangkap sesosok gadis berseragam SMA berdiri disebelah sahabatnya. Satu alisnya terangkat.

"Dia siapa?" tanya Sooyoung.

"Aah, ini juniorku sewaktu SMA," Yerin menyikut pinggang Eunbi yang hanya diam saja. "Perkenalkan dirimu." bisik Yerin.

Eunbi menghela napasnya pelan. Sungguh, dia tidak suka hal semacam ini jika bukan karena terpaksa.

"Annyeonghaseyo. Hwang Eunbi imnida." Eunbi memperkenalkan diri dengan malas, bahkan tanpa menatap lawan bicara.

Sooyoung yang melihat itu mengernyit. Kesan pertamanya pada junior Yerin adalah tidak sopan. Bagaimana bisa sahabatnya itu berteman dengan gadis yang tidak sopan? Lingkaran pergaulan Yerin memang luas, tetapi diantara mereka tidak ada satupun yang sikapnya seperti bocah tengil di hadapannya.

Yerin melihat kerutan dalam di kening Sooyoung. Gadis itu menghela napas. Sahabatnya pasti menilai Eunbi dengan buruk sekarang. Memang, perkenalan Eunbi barusan terkesan acuh. Bagi orang yang mendengarnya pasti merasa sedikit kesal. Yerin tidak akan menyangkalnya. Gadis Jung memukul bahu Eunbi, membuatnya memekik kesakitan.

"Unnie!"

"Lakukan dengan sopan!"

Eunbi berdecak, tapi tetap menuruti perintah kekasihnya. Gadis Hwang menatap teman Yerin sekilas kemudian menunduk.

"Hwang Eunbi imnida. Bangapseumnida." ulangnya lagi, kali ini dengan nada sedikit ramah.

Sooyoung menghiraukan Eunbi dan beralih menatap temannya kembali. "Apa yang dia lakukan disini?"

Yerin terkejut, tidak menduga pertanyaan itu sebelumnya. Gadis Jung menggigit bibir bawahnya. Tidak mungkin dia menjawab karena Eunbi ingin menemui pelatih bulutangkis karangannya itu. Sooyoung tahu dengan baik kalau dia tidak mengenal satu pun pelatih olahraga di universitas mereka.

Sebelum Eunbi menaruh curiga, Yerin buru-buru menarik Sooyoung menjauh. Sebelumnya Yerin memberi isyarat pada Eunbi untuk meminta waktu sebentar dengan temannya.

"Kau kenapa, sih?" Sooyoung melepas tarikan tangan Yerin ketika mereka berdiri cukup jauh dari tempat Eunbi.

"Untuk kali ini please ikuti saja ucapanku, okay? Aku berbohong kepadanya kalau aku akan mengenalkannya pada pelatih bulutangkis disini."

Sooyoung mengerutkan keningnya. "Kenapa kau berbohong?"

"Aku akan menjelaskannya nanti."

Yerin hendak berbalik menuju tempat Eunbi ketika Sooyoung menarik lengannya, membuatnya urung.

"Anak itu sungguh juniormu waktu SMA?" Sooyoung memastikan.

"Ya. Dan dia juga atlet bulutangkis kebanggaan kami."

"Tapi sikapnya menyebalkan."

"Aku tahu. Untuk itu aku membawanya kemari."

Sooyoung makin bingung mendengar ucapan sahabatnya. "Maksudmu?"

"Nanti saja penjelasannya, Sooyoung. Sekarang kau

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Incarnadinejourney
#1
Chapter 13: Asik, akhirnya mendebutkan semua karya ciamiknya disini. Aku udah jarang buka tetangga sebelah soalnya.
avicennialba
#2
Chapter 7: Wohooo, senpai launching cerita baruuu. Otw baca