Crush

Perfect 21
Please Subscribe to read the full chapter

Sejak kejadian dimana Yerin menangis di toilet dan keduanya cuddling di asrama, Eunbi tidak lagi bertemu Yerin setelah itu. Eunbi juga sedikit kesulitan menghubungi gadis penyuka jibang. Hanya ada satu balasan yang Eunbi terima tiap gadis itu mengirim pesan. Itupun ketika malam hari. Dan setelahnya, Yerin tidak membalas apapun lagi.

Eunbi mencoba menjadi kekasih yang tak ingin terlalu mencampuri urusan gadis Jung. Mungkin saja Yerin tengah sibuk dengan kegiatan kuliahnya. Tapi terkadang hal itu menyiksanya. Eunbi sungguh merindukan Yerin. Dia ingin tahu bagaimana kabar kekasihnya itu. Apa dia makan dengan teratur? Apa dia tidur dengan nyenyak? Apa tugas kuliah membuatnya stress? Apa Sojung mengganggunya lagi? Apa harinya berlangsung lancar? Atau justru kebalikannya? Apa Yerin juga merindukannya?

Sigh.

Eunbi hanya bisa menghela napas memikirkan itu semua.

Ditengah semi-off hubungannya dengan Yerin, Eunbi kini jadi lebih sering menghabiskan waktu dengan Eunbi yang lain. Teman masa kecilnya itu ternyata tinggal tak jauh dari tempatnya. Mereka sering bergantian mengunjungi rumah satu sama lain sepulang sekolah. Menyalurkan kerinduan dan berbagi cerita selama mereka berpisah. Seperti sekarang ini misalnya.

Tapi kali ini berbeda, Yuna dan juga Juyeon ikut bersama Eunbi. Untuk Yuna, tentu saja gadis itu sekalian mencari muka di depan gadis incarannya. Tapi untuk Juyeon, sebenarnya Yuna yang memaksa gadis itu untuk ikut. Setidaknya jika ada Juyeon, Yuna jadi tidak terlalu gugup di depan Eunbi, atau kini mereka memanggilnya Eunha untuk membedakannya dengan Eunbi yang lain. Sebenarnya Yuna ingin mengajak Yewon, tapi gadis Kim bilang di memiliki acara. Pada akhirnya Yuna menyeret Juyeon sebagai gantinya.

Tiga gadis itu meletakkan tas mereka di sofa kediaman Jung. Yuna mengamati rumah milik Eunha dengan seksama. Menyalin apa saja yang ia lihat agar terekam jelas di memori otaknya.

'Wah, ini rumah calon pacarku,' begitu isi pikiran Yuna.

"Ingin minum apa?" tawar Eunha pada teman-temannya.

"Tidak perlu repot-repot, unnie. Tapi jika ada cola, boleh minta satu."

Eunbi memutar bola matanya mendengar jawaban Juyeon. Sedangkan Eunha membalasnya dengan tersenyum.

"Baiklah. Kalau kau bagaimana, Yuna?"

Yuna tersentak dari lamunannya ketika mendengar suara Eunha. Gadis itu mengerjap beberapa kali.

"U- Uh, a- apapun.. terserah."

Eunbi dan Juyeon kompak menaikkan satu alisnya melihat senior mereka tergagap seperti itu. Bukan tipikal seorang Choi Yuna. Eunbi lalu berpikir kembali. Apa Yuna benar-benar menyukai Eunha? Benar-benar dalam artian, bukan cuma crush semata, tetapi seperti.. jatuh cinta?

Heol.

Eunbi tidak percaya ini.

"Okay. Aku akan mengambil minuman kalian sebentar. Duduklah, dan buat diri kalian nyaman."

Tanpa disuruh pun Juyeon dan Eunbi sudah mendudukan pantat di sofa ruang tengah. Meninggalkan Yuna yang masih berdiri dengan wajah idiotnya. Eunbi menendang kaki Yuna, membuat gadis Choi menoleh.

"Unnie ingin berdiri terus disitu?"

Yuna tersenyum malu sebelum akhirnya ikut duduk disamping Eunbi.

Setelah Eunha kembali dengan membawa minuman dan juga makanan ringan, mereka memutuskan untuk menonton film bersama. Itu lebih baik daripada diam tanpa melakukan apapun. Eunha masih belum terlalu dekat dengan teman-teman Eunbi, meski Yuna sendiri adalah teman sekelasnya. Mungkin berlalunya waktu, Eunha akan merasa nyaman dengan mereka.

Ketika film yang mereka tonton berlangsung hampir setengah jalan, bel rumah Eunha tiba-tiba berbunyi. Eunbi menatap Eunha dengan tatapan bertanya. Kedua orangtua Eunha masih bekerja di jam sekarang ini. Dan setahu Eunbi, teman masa kecilnya itu belum memiliki teman yang mengetahui alamat rumahnya.

Lalu siapa yang bertamu?

"Aku akan membuka pintu dulu." ujar Eunha kemudian berdiri.

Hal pertama yang Eunha rasakan ketika membuka pintu pertama kali adalah membeku di tempat. Dia bahkan lupa bagaimana caranya bernapas, atau berkedip. Orang yang barusan memencet bel pintu rumah tersenyum kaku.

"Uhm, hello?"

Eunha mengerjap mata beberapa kali saat tersadar dari lamunannya. "O- Oh.. ya h- halo? A- Ada yang bisa kubantu?"

Dalam hati Eunha meringis malu. Ucapannya barusan terdengar seperti customer service yang baru pertama kali bekerja. Dan itu sangat memalukan. Terlebih di depan orang asing yang keterlaluan menawan di depannya. Ingin sekali Eunha menghilang detik itu juga.

"Hmm, aku tidak tahu apa alamat ini benar atau tidak, tapi.. apa disini ada Yuna?"

"Yuna? Maksudmu, Choi Yuna?"

"Oh, benar. Apa dia ada disini?"

"Ya. Dia ada di dalam. Uhm, k- kau bisa masuk dan meneㅡ"

"Ah tidak tidak. Tolong panggilkan Yuna saja. Aku tidak akan lama."

Eunha menatapnya sekali lagi untuk yang terakhir kalinya sebelum mengangguk, membalikkan direksi tubuh lalu memanggil Yuna.

"Yuna, a- ada yang mencarimu di depan." kata Eunha, mencoba menghirup udara sebanyak yang ia bisa. Dia tidak tahu kalau sejak tadi dia menahan napas selama berhadapan dengan manusia terlampau menawan di depan pintu rumahnya.

"Mencariku? Siapa?" Kening Yuna mengernyit bingung.

"Aku tidak tahu. Dia tinggi, berambut blonde, dan... sangat cantik." Eunha menggigit bibir bawahnya ketika membayangkan kembali sosok tersebut.

"Sojung unnie?" celetuk Eunbi, kemudian melirik Yuna yang duduk disampingnya. "Kau memanggil Sojung unnie kemari?"

Yuna menggeleng perlahan. Dia tidak ingat pernah memanggil Sojung kemari. Atau dia memang melakukannya, dan dia tidak sadar?

Yuna mengambil ponsel yang sejak tadi ia genggam kemudian membuka aplikasi chat.








 

Mother Sojung


|Choi Yuna share loc
|Ppalli!

📍location|

 













 

Yuna menelan ludahnya. Ternyata benar, dia mengirim lokasi kepada Sojung sebelumnya.

'Ugh, ini

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Incarnadinejourney
#1
Chapter 13: Asik, akhirnya mendebutkan semua karya ciamiknya disini. Aku udah jarang buka tetangga sebelah soalnya.
avicennialba
#2
Chapter 7: Wohooo, senpai launching cerita baruuu. Otw baca