Beautiful

Perfect 21
Please Subscribe to read the full chapter

Seperti janji mereka, Yerin datang menjemput Eunbi dirumah pada hari Minggu. Dia dan keluarga Eunbi memang cukup dekat, terlebih dengan status mereka yang menjadi sepasang kekasih. Yerin awalnya tidak menyangka kalau kedua orangtua Eunbi mendukung hubungan mereka. Tentu saja, siapa yang tidak terkejut menemui orangtua yang begitu terbuka mengenai hal sensitif tersebut di negara sensitif ini. Yerin benar-benar bersyukur akan hal itu. Dan dia berharap kedua orangtua nya juga sama terbukanya seperti orangtua Eunbi.

Benar, kedua orangtua Yerin tidak tahu hubungannya dengan Eunbi. Mereka hanya tahu Eunbi adalah junior saat di SMA dan teman dekat puterinya. Teman-teman mereka pun juga tidak tahu. Hanya segelintir orang yang benar-benar menjadi teman dekat saja yang tahu. Hal tersebut terpaksa mereka lakukan demi kebaikan mereka. Keduanya tahu bagaimana tajam dan ganasnya mulut netizen. Mereka hanya tidak ingin pasangan mereka terluka.

"Yerin?"

Jessica yang kebetulan tengah menyiram tanaman di halaman depan rumah terkejut melihat kekasih puterinya.

Yerin tersenyum ramah pada wanita paruh baya dihadapannya. "Annyeonghaseyo, Eomonim."

"Kau pasti ingin bertemu Eunbi. Dia masih ada di kamarnya. Sulit sekali dibangunkan," Jessica mendesah, memikirkan sifat buruknya dulu yang menurun pada puterinya.

"Naik saja keatas, nak. Dan bangunkan dia. Aku sudah menyerah."

Yerin terkekeh kecil mendengar penuturan Ibu Eunbi. Gadis itu mengangguk mengerti.

"Algesseoyo, Eomonim. Yerin masuk kedalam kalau begitu."

Setelah berpamitan dan meminta izin untuk masuk, Yerin langsung melangkahkan kakinya menuju kamar Eunbi yang sudah seringkali ia datangi. Dia bahkan sudah kehilangan hitungan berapa banyak dia kesana saking seringnya. Gadis Jung kemudian membuka pintu kamar Eunbi yang tak terkunci dan melihat kekasihnya masih meringkuk di ranjang. Melihat pemandangan itu membuatnya menyunggingkan senyum. Perlahan, Yerin berjalan mengendap kedalam kamar Eunbi lalu menekuk lututnya di sisi ranjang agar bisa melihat wajah damai kekasihnya. Seberapapun banyaknya dia menatap wajah cantik nan tampan milik Eunbi, Yerin tidak pernah merasa bosan. Keputusannya dulu membuka hati dan memberikan kesempatan kepada Eunbi merupakan keputusan paling tepat yang pernah ia buat. Dia bahagia memiliki Eunbi. Hidupnya terasa lengkap.

Yerin mengangkat tangannya untuk menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah kekasihnya. Gadis itu tersenyum lebar karena dapat melihat wajah Eunbi secara penuh. Alis hitamnya, mata indahnya yang menutup, hidung mungil nan mancungnya, dan juga bibir pinknya yang terasa lembut. Yerin memang belum pernah merasakan bibir itu, namun dia yakin rasanya pasti sangat lembut dan manis. Tanpa sadar, jari-jari lentik Yerin menyentuh bagian itu, mengusapnya pelan.

Perlakuan tersebut membuat Eunbi tersentak. Gadis yang lebih muda mengernyit sebelum membuka matanya. Begitu pandangannya mulai jelas, gadis Hwang membulat.

"Unnie!" pekik Eunbi dan langsung bangun dari tempat tidurnya. Gadis itu lalu meraih selimut untuk menutupi wajahnya.

"Unnie kenapa kemari?!" tanya Eunbi sedikit tidak santai. Jujur dia malu kekasihnya melihat wajah baru bangun tidurnya. Dia berharap kondisi wajahnya tidak terlalu membengkak. Kalau itu terjadi, pasti akan sangat memalukan.

Yerin terkekeh kecil sebelum berdiri tegak.

"Kau selalu cantik, Eunbi-ya. Tidak perlu khawatir seperti itu."

"Geojitmal!" teriak Eunbi. Gadis itu buru-buru turun dari ranjang dan berlari menuju kaca untuk melihat wajahnya sendiri. Kedua bola matanya lalu membesar.

"UNNIE WAJAHKU BENGKAK SEPERTI INI KAU BILANG CANTIK? OH SIAL!"

Tanpa membuang banyak waktu, Eunbi mulai berlari menuju kamar mandi yang untungnya satu unit dengan kamarnya. Pintu menutup dengan keras, membuat Yerin tertawa terbahak-bahak melihat tingkah kekasihnya.
































 

Eunbi melirik sebal kearah Yerin selama memakan sarapannya. Sedangkan gadis yang ditatap hanya bisa mengangkat bahu. Yerin sudah meyakinkan Eunbi kalau wajahnya tetap cantik meskipun sedikit bengkak. Namun Eunbi tetap merasa kesal karena Yerin langsung menerobos masuk ke kamarnya meski tahu gadis itu masih tertidur. Eunbi hanya ingin menunjukkan sisi sempurnanya dihadapan Yerin. Tapi kejadian tadi telah meruntuhkan segalanya. Eunbi kesal karena hal itu. Say bye bye untuk image cool dan perfect nya.

"Berhenti merajuk. Kau ingin kita kemana setelah ini?"

Eunbi menghela napas kasar. Yerin benar, tidak ada gunanya dia merajuk lebih lama. Hari ini harusnya mereka bersenang-senang setelah beberapa minggu terakhir tidak bisa bertemu karena sibuk. Eunbi berdiri dari kursinya, menimbulkan suara decitan. Gadis Hwang membawa piring kotor bekas makanannya ke wastafel.

"Kita akan menonton. Aku sudah mendapatkan tiket dari Moonbin kemarin." balas Eunbi ketika selesai menaruh piring kotor.

Yerin terdiam sejenak. Entah mengapa dia masih belum bisa menerima kenyataan kalau Moonbin hanyalah teman Eunbi, lebih tepatnya teman sejak kecil Eunbi. Gadis Jung tetap merasa cemburu kalau kekasihnya dekat-dekat dengan Moonbin. Padahal sudah berulang-kali Eunbi mengatakan kalau mereka hanya sahabat, tidak lebih, dan tidak akan pernah lebih. Atau memang pada dasarnya Yerin adalah gadis pencemburu akut?

"Jangan bilang unnie cemburu lagi?" Eunbi mengerutkan kening ketika melihat wajah kurang santai kekasihnya. Dia lalu menghela napas.

"Unnie, sudah kubilang ribuan kali Moonbin dan aku hanya teman. Dan juga bukan Moonbin saja teman pria yang kupunya, ada banyak di sekolah. Mereka juga tidak menganggapku sebagai wanita sama sekali." Eunbi memutar bola matanya mengingat hal itu. Semua teman pria Eunbi memang tak pernah menganggapnya sebagai wanita. Mereka menganggap Eunbi sama seperti mereka. Jadi kecil kemungkinan mereka menyukai Eunbi. Bisa-bisa dikira homo, begitu kata teman pria Eunbi.

"Aku tahu aku tahu. Geezz, aku hanya berpikir film yang akan kita tonton pasti tidak jauh-jauh dari Harry Potter. Dan aku sudah cukup bosan menonton film sihir yang tidak kupahami itu."

Eunbi mengerucutkan bibirnya. "Itu kata yang tidak pantas diucapkan kepada My Harry."

Yerin memutar bola matanya malas. "Terserah. Cepat kita pergi menonton Harry Harry mu. Setelah itu, giliran aku yang menentukan kemana kita pergi selanjutnya."

Eunbi mendesah, namun tetap menurut. "Ye ye ye algesseumnida, Yennie halmeoni."













 

Yerin menguap dan meregangkan tubuhnya begitu mereka keluar dari ruang bioskop. Benar sekali, selama film berlangsung, Yerin tidak memerhatikan film dan justru tertidur. Sudah dikatakan sebelumnya kalau Yerin ini tidak paham dengan film favorit Eunbi itu. Seberapapun dia mencoba mengerti film Harry Potter, Yerin tidak akan pernah mengerti. Mungkin karena film tersebut memiliki banyak episode dan Yerin tidak menontonnya diawal melainkan ditengah-tengah. Sebab itu dia merasa bingung dengan jalan ceritanya.

Lupakan tentang Harry Potter, Yerin segera menarik Eunbi ke tempat yang ingin ia kunjungi. Gadis yang lebih muda tidak protes dan membiarkan Yerin membawanya entah kemana.

Dan ternyata, kekasihnya membawa Eunbi ke,

"PC Bang?" tanya Eunbi yang segera dijawab anggukan antusias oleh Yerin.

"Kenapa kita kesini?"

"Kegiatan kuliah membuat kepalaku pening. Setidaknya dengan bermain game dapat me-refreshing otakku. Kajja kita masuk." Yerin menarik lengan Eunbi sebelum gadis itu sempat bereaksi.

"Kita tidak akan lama, Eunbi. Hanya dua jam. Aku janji." kata Yerin meyakinkan setelah melihat wajah kurang nyaman Eunbi.

"Bukan begitu. Maksudku, bermain di PC Bang tidak cukup 2 jam saja, unnie. Aku sering tak ingat waktu jika kemari, karena itulah Mommy melarangku bermain di PC Bang l

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Incarnadinejourney
#1
Chapter 13: Asik, akhirnya mendebutkan semua karya ciamiknya disini. Aku udah jarang buka tetangga sebelah soalnya.
avicennialba
#2
Chapter 7: Wohooo, senpai launching cerita baruuu. Otw baca